BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

ANALISIS SEKTOR DETERMINAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BANTUL TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*) Bekerja di BPS Provinsi Kalimantan Tngah

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi (Suryana, 2000). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari perencanaan pembangunan menurut Basuki (2008) adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Todaro (2003:28), mendefenisikan bahwa pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB III METODE PENELITIAN

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Konsep Otonomi Daerah Seperti yang diketahui semenjak orde reformasi bergulir ditahun 1998, ditahun 1999 lahir Undang-undang No. 22 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 25 tentang Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Melalui undang-undang tersebut daerah selaku otak dari penentu pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan mengurus daerahnya sendiri untuk dapat bersaing disegala bidang. Untuk menguatkan konsep tersebut ditahun 2004 melalui peraturan perundangundangan, dibentuk undang-undang baru pada tanggal 15 Oktober 2004, yaitu Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diikuti dengan dibentuknya Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah. Adanya pembaharuan pada undang-undang yang telah dibuat ditahun 1999, menjadi jawaban atas tuntutan kesungguhan pemerintah dalam menjalankan pemerintahan yang adil dan merata kaitannya dengan pengaplikasian daerah otonom. Seperti yang diketahui bahwa kedua undang-undang tersebut menjadikan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang pelaksanaanya dilakukan melalui prinsip otonami daerah dan peningkatan pada poros demokrasi maupun kinerja daerah dalam rangka peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang terbebas dari masalah korupsi, kolusi dan 10

11 nepotisme. Sementara itu, dengan dibentuknya Undang-undang No 32 dan 33 ditahun 2004, konsep tentang otonomi daerah diperkuat lagi dengan penambahan beberapa point baru. Dalam undang-undang yang baru disebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah adalah dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, pendapatan daerah lain-lain yang sah. Adapun pendapatan asli daerah sebagai sumber pembiayaan berasal dari daerah itu sendiri seperti yang disebutkan dalam undang-undang tersebut adalah pendapatan yang berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi, hasil dari perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah. Melalui pendapatan-pendapatan yang diperoleh tersebut, diharapkan daerah mampu menciptakan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat didaerah otonom. B. Konsep Pembangunan Arsyad dalam Erawati dan Yasa (2011) mendefinisikan pembangunan sebagai suatu proses yang mencakup pembentukan intuisi-intuisi baru, pembangunan industri-industri alternatif, dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara daerah dengan sektor swasta. Sedangkan dalam konsep yang dijelaskan oleh Adisasmitra (2005), disebutkan bahwa konsep

12 pembangunan termasuk didalamnya pembangunan ekonomi daerah juga merupakan suatu proses, yaitu proses dimana adanya perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk peningkatan jumlah dan kualitas produktifitas, identifikasi pasar baru dan adanya suatu proses transformasi pengetahuan. Dengan adanya pembangunan ekonomi diharapkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara bisa terintegrasikan menjadi lebih baik, karena dalam pembangunan tersebut terkandung beberapa indikator saling berkaitan serta mempengaruhi satu-samalain yang dapat dijadikan fungsi dari pembangunan. Adapun indikator-indikator yang dapat dijadikan fungsi dari pembangunan ekonomi terutama kaitannya dengan pembangunan ekonomi daerah adalah (Almulaibari, 2011) : 1. Potensi sumber daya alam 2. Tenaga kerja dan sumber daya manusia 3. Investasi modal 4. Prasarana dan sarana pembangunan 5. Transportasi dan komunikasi 6. Komposisi industri 7. Teknologi 8. Situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah 9. Kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah 10. Kewirausahaan 11. Kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas

13 C. Konsep Pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan yang terjadi pada output perkapita dalam jangka panjang atas penggunaan beberapa faktor yang dapat menstimulus proses pertumbuhan tersebut (Boediono, 1999). Sedangkan menurut Todaro (2000), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas secara bertahap dan jangka panjang dari negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dalam hal ini adanya peningkatan output, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan, dimana antar daerah yang satu dengan daerah yang lainnya bisa saja diartikan berbeda. Namun umumnya, secara tradisional indikator yang sering digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggunakan besarnya Gross Domestic Product dan Gross Domestic Regional Product pada suatu propinsi, kabupaten atau kota. Menurut Tarigan (2004), Gross Domestic Regional Product (PDRB) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan. Diamana diantara kedua jenis penggolongan PDRB tersebut terdapat perbedaan baik dari segi definisi maupun dari segi penggunaan (application). PDRB menurut harga berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga-harga ditahun berjalan, sedangkan PDRB menurut harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga tahun dasar. Dari kedua definisi tersebut jelas kedua jenis PDRB tersebut memiliki arti yang berbeda satu-samalain, yaitu PDRB

14 menurut harga berlaku menunjukkan besarnya penghasilan dari hasil output yang dapat dihasilkan oleh suatu daerah pada periode tersebut. Sementara itu, PDRB menurut harga konstan menunjukkan besarnya output atau kuantitas barang yang dapat dihasilkan oleh suatu daerah setiap tahunnya, sesuai dengan tahun dasar yang digunakan. Seperti yang sudah diketahui, adanya peningkatan pada output dalam suatu wilayah tidak serta-merta terjadi secara spontan, melainkan terjadi karena adanya dorongan atau stimulus dari beberapa faktor-faktor ekonomi. Menurut para ahli ekonomi terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang dituangkan dalam teorinya masing-masing. Berikut ini beberapa teori yang menjelaskan proses dan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya : 1. Teori Basis Ekonomi Pengertian ekonomi basis di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis. Artinya pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sekor tersebut secara otomatis menjadi sektor basis. Sektor basis bisa mengalami kemajuan ataupun kemunduran. Adapun sebab-sebab kemajuan sektor basis adalah: a. Perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi b. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah c. Perkembangan teknologi

15 d. Adanya pengembangan prasarana ekonomi dan sosial Sedangkan jika dilihat dari beberapa faktor penyebab kemunduran sektor basis adalah sebagai berikut: a. Adanya perubahan permintaan di luar daerah b. Kehabisan cadangan sumberdaya Teori basis ekonomi dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) dalam (Bambang, 2008) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Dalam teori basis ekonomi bahwa semua wilayah merupakan sebuah sistem sosioekonomi yang terpadu. Teori inilah yang mendasari pemikiran teknik location quotient, yaitu teknik yang membantu dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat keswasembada (self-sufficiency) suatu sektor. Aktivitas perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor kegiatan, yaitu aktivitas basis dan non basis. Kegiatan basis merupakan kegiatan yang berorientasi ekspor keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan, sedangkan kegiatan non basis berorientasi lokal yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat dalam batas wiayah perekonomian yang bersangkutan. Menurut Glasson (1990), Konsep dasar ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu :

16 a. Sektor-sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barangbarang dan jasa ke tempat diluar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan b. Sektor-sektor non basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barangbarang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal didalam batas perekonomian masyarakat bersangkutan Sektor basis merupakan sektor yang melakukan aktifitas berorientasi ekspor keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Sektor basis memiliki peran penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis menimbulkan efek ganda dalam perekonomian regional. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran bersifat lokal. Inti dari teori ini adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Strategi pembangunan daerah yang muncul berdasarkan teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

17 Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah atau lapangan kerja. Penggabungan lapangan kerja basis dan lapangan kerja non basis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut. Demikian pula penjumlahan pendapatan sektor basis dan pendapatan sektor non basis (Tarigan, 2007). Aktivitas basis memiliki peranan penggerak utama dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah digunakan analisis Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional (Emilia, 2006). LQ menggunakan rasio total nilai PDRB disuatu daerah (kabupaten/kota) dibandingkan dengan rasio PDRB pada sektor yang sama di wilayah referensi (provinsi/nasional). D. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai sektor basis telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Analisis yang digunakan sebagian besar adalah analisis shift-share dan LQ. Selain menggunakan analisis tersebut, ada pula yang menggunakan analisis tipology klassen. Penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini diantaranya ada bebrapa yaitu penelitian yang dilakukan oleh

18 Agus tri basuki pada tahun 2004 yang berjudul Analisis Pengembangan Ekonomi dan Investasi Propinsi Maluku Tahun 2000-2004. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor yang menjadi unggulan propinsi maluku dan mencari strategi yang dapat di kembangkan di propinsi maluku. Penelitian ini menggunakan 3 alat analisis berupa Shift Share (SS), Location Quotient (LQ) dan Typology Klassen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Propinsi Maluku mengalami pergeseran pembangunan yang berpengaruh positif artinya pergeseran pembangunan dapat dilihat dari laju pertumbuhan yang signifikan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan PDRB disusul oleh sektor pertanian, diikuti oleh sektor angkutan. Sedangkan sektor yang mengalami perubahan negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian. Propinsi Maluku memiliki tiga sektor unggulan yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Berdasarkan kepada karakteristik wilayah dan sumber daya yang dimiliki Propinsi Maluku maka dapat dikembangkan strategi pembangunan ekonomi yang mengarah kepada pengembangan pertanian yang mendukung industri pariwisata dan perdagangan bebas, dengan alasan: 1. Perdagangan bebas Zona Asean sudah di mulai, sehingga kita harus selalu berfikir tentang globalisasi 2. Propinsi Maluku sangat berdekatan dengan Philipina dan sehingga pengembangan pariwisata juga diarah ke Propinsi Ambon dan sekitarnya

19 3. Pertanian, perdagangan, Hotel dan Restoran serta angkutan dan kominikasi masih merupaka sektor unggulan Propinsi Maluku. Penelitian yang dilakukan oleh Rita Erika & Sri Umi Minarti W yang berjudul Analisis sektor sektor ekonomi dalam rangka Pengembangan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Kota Kediri. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil pokok permasalahan sektor-sektor ekonomi manakah yang berpotensi menjadi unggulan dalam pembangunan ekonomi Kota Kediri serta apakah kebijakan pembangunan ekonomi kota kediri sudah sesuai dengan hasil analisis sektor yang menjadi unggulan. Metode analisis yang digunakan berupa LQ, MRP dan Tyologi Klassen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Kediri memiliki empat sektor unggulan yaitu Sektor industri pengolahan, sektor keuangan, persewaan dan komunikasi, sektor kontruksi dan sektor jasa-jasa. Sehingga kebijakan pembangunan ekonomi Kota Kediri belum sesuai dengan hasil analisis sektor yang menjadi unggulan. Karen arah kebijakan pembangunan ekonomi Kota Kediri tersebut hanya melihat dari sisi internalnya saja yaitu kontribusi sektoral dan sosial.