Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology

dokumen-dokumen yang mirip
FILSAFAT ILMU ( PHS 101 ) Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology. oleh:

FILSAFAT ILMU ( PHS 101 )

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Revolusi konstruktivisme mempunyai akar yang kuat dalam sejarah

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATANKONSTRUKTIVISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS DAN KREATIF

Penelitian di Bidang Manajemen

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu: 1) Sebanyak 27 siswa (79,4%) kurang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles pada kalimat pertama dalam bukunya, Metaphysics,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri merupakan suatu konsep yang digunakan untuk membedakan individu. mengenai image yang dimiliki seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

TEORI BELAJAR PIAGET

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

KELOMPOK 3. Pembelajaran Konstruktif & Kognitif

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN

Joko Widodo 1. Kata kunci: pembelajaran konstruktif; struktur logis; proses berpikir; dan relevansi.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

BAB II KAJIAN TEORI. matematika, (B) proses berpikir berdasarkan teori Jean Piaget, (C) tinjauan materi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada Bab II ini akan dikaji pustaka yang relevan dengan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

Incorporating Nonhuman Knowledge into The Philosophy of Science

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayati Dwiguna, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan, Pelaksanaan dan

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan

BAB II Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman sebagai Analisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional Indonesia menyatakan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan untuk masa selanjutnya (Desmita, 2012). Hurlock (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

Transkripsi:

Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology DOSEN PEMBIMBING BAPAK MUHAMMAD ADIB, M.Si Nama kelompok : VII B 1. Andik Setiawan (071311333020) 2. Firman Bagus Budiono (071311333084) 3. Yohannes Arif Chendana (071311333062) 4. Enrico Putra Pamungkas (071311333016) 5. Bayu Priambodo (071311333054) UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU POLITIK 1

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridho-nya kami dapat menyelesaikan review jurnal kami dengan judul Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology. Jurnal ini terfokus pada permasalahan ke Konstruktivisme. Konstruktivisme menunjukkan bahwa posisi teoritis yang diselenggarakan oleh para peneliti tidak hanya memandukan letak dasar mereka, tetapi juga menentukan apa yang akan ditafsirkan sebagai masalah penelitian, prosedur teoritis yang digunakan, dan apa yang merupakan pengamatan dan bukti. Pada dasarnya kontruktivisme ini merupakan metode atau gagasan untuk mengansumsikan sesuatu dengan rancangan rancangan yang sesuai dengan apa yang ingin dikonstruksikan. Dengan demikian, konstruktivis mengemukakan bahwa penelitian itu tidak memihak, terpisah, nilai-netral subyek, yang berusaha untuk mengungkap obyek dengan jelas dilihat atau fenomena. Dengan kata lain sesuai dengan fakta dan fenomena yang terjadi. Dalam makalah ini, kami mencari tahu bagaimana konstruktivisme dapat memberikan kita wawasan ke dalam sifat dasarnya berbasis penelitian yang konsisten dan strategis. kita tidak hanya mengamati struktur organisasi dan melaporkan temuan yang ada. Namun juga berperan dalam proses menentukan struktur yang lebih atau kurang mungkin untuk diambil. bagian dari komunitas praktek, yang secara kelembagaan menghasilkan pengetahuan tentang strategi melalui serangkaian berbasis aturan percakapan. Dengan mendefinisikan asumsi bersama percakapan ini, masyarakat, dan lembaga, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih halus dari teori dan cerita dalam bidang kita. Yang tentunya dapat kita kembangkan melalui tingkat kecerdasan masing masing individu dalam menerapkannya. 2

ISI POKOK Jurnal internasional yang berjudul Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology yang digagas oleh Raza Mir dan Andre Watson membahas tentang spekulasi atau asumsi yang mendasari daripada inti konstruktivisme yang mendasari suatu penelitian untuk disebarluaskan dalam suatu tatanan yang sudah terstruktur. Manajemen strategis dan filsafat ilmu menjawabpertanyaan penting tentang penerapan teori masa lalu untuk hadir dalam situasai sekarang ini. Analisis kontruktivis konsep kelompok, konsep strategis yang muncul untuk membantu kita memahami bagaimana temuan penelitian tentang kelompok startegis dapat digunakan dalam pengendalian analisis yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua penelitian didasarkan pada berbagai asumsi. Dalam makalah ini, kami menyelidiki bagaimana konstruktivisme memberikan kita pengetahuan ke dalam sifat yang pada dasarnya bersifat terstruktur atau strategis. Mereka tidak hanya mengamati struktur organisasi dan melaporkan temuan mereka. Mereka juga berperan dalam proses menentukan struktur yang lebih atau kurang mungkin untuk diambil. Mereka adalah bagian dari komunitas praktek, yang secara kelembagaan menghasilkan pengetahuan tentang strategi melalui serangkaian bernaung pada aturan percakapan. Dengan mendefinisikan asumsi bersama percakapan ini, masyarakat, dan lembaga, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih halus dari teori dan cerita dalam bidang kita pelajari bersama. Dalam makalah ini dijelaskan adanya gagasan atau asumsi penting yang disepakati oleh para konstruktivis, yaitu : 1. Pengetahuan adalah sebuah teori yang berasal dari beberapa dorongan-dorongan. 2. Pemisah antara peneliti dan fenomena dalam penyelidikan saling berkaitan. 3. Pemisahan antara teori dan praktek cenderung tidak ada. 4. Konstruktivisme merupakan sebuah metodologi. Untuk memberikan suatu pemahaman dalam mempelajari konstruktivisme, dikemukakan beberapa prinsip antara lain : 1. Manakah teori terbaik yang paling dekat dengan kebenaran; 2. Suatu kebenaran teori menjelaskan kekuatan kbenaran suatu prediksi 3. Dorongan menuju kebenaran yang dibuktikan oleh fenomena; 4. Pembuktian ataupun penyangkalan bisa dibuktikan dengan suatu realitas publik. 3

URAIAN, CONTOH DAN ANALISIS Konstruktivisme lebih menunjukkan simbol-simbol yang memiliki arti tertentu yang dibuat oleh para konstruktivis. Simbol ini dalam suatu organisasi diterapkan oleh para manajer, missal dengan menimbulkan rutinitas pekerjaan. Dalam kaitannya dengan peran konstruktivisme, kami menyimpulkan dengan mengidentifikasi konstruktivisme untuk penelitian manajemen strategis. Ada beberapa teknik penelitian yang cocok untuk pengamatan konstruktivis, diantaranya etnografi, analisis kelembagaan, analisis tekstual, penyelidikan apresiatif dan analisis sejarah. Beberapa teknik diatas lebih memfokuskan konstruktivisme sebagai suatu metodologi. Sehingga, dapat disimpulkan metode kuantitatif dapat digunakan dalam metodologi konstruktivis. Demikian pula, metode kualitatif dapat digunakan dalam metodologi realis. Keduanya difokuskan pada spekulasi atau asumsi bukan pada teknik. Dalam analisisnya diambillah suatu sampel yaitu perusahaab M. analisisnya meliputi : 1. Cara pertama akan mengungkap lokasi perusahaan M berdiri 2. Cara kedua akan menghasilkan fenomena yang menunjukkan organisasi lain selain perusahaan M, dan bagaimana mereka tetap bertahan. Dalam cara pertama memfokuskan kepada kemunculan perusahaan M melalui fenomena dalam konteks waktu, ruang, dan sejarah. Dalam cara kedua mereka sampai pada kesimpulan bahwa teori yang dipandu oleh perintah efisiensi ekonomi dapat ditumbangkan oleh pelaku seperti negara, pengusaha, dan struktur keluarga Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan dari perspektif konstruktivis telah mampu untuk menerangi aspek yang berbeda dari perusahaan M. Hal itu menunjukkan bahwa meskipun keberhasilan fenomenal di Amerika Serikat, perusahaan M adalah contoh untuk struktur organisasi yang kurang stabil. Dalam konteks yang berbeda, struktur yang berbeda bekerja lebih baik untuk organisasi. Ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana masalah yang pada dasarnya sengaja untuk diciptakan oleh penyalahgunaan realis penelitian agar dapat diatasi dengan jalan lain untuk metode konstruktivis. 4

RELEVANSI FILSAFAT DENGAN ILMU POLITIK Menurut kelompok kami ketika ini dikaitkan dengan disiplin ilmu kami Ilmu Politik, kami rasa keterkaitan tentu saja ada dan muncul ketika realitas yang ada di masyarakat menunjukkn hal tersebut. Metode strategis konstruktivisme sama halnya ketika kita bicara mengenai bagaimana ketika sistem politik itu berjalan dan memiliki konstruksi didalamnya guna menunjang apa yang menjadi capaian dari suatu tujuan. Menjadi gambaran nyata dari perwujuadan relevansi filsafat dengan ilmu politik. Maka bisa kita ketahui bahwa relevansinya itu benar benar nyata dan sesuai dengan realitas yang berkembang di masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Memulai bahasan tentang asumsi-asumsi yang didasari oleh inti konstruktivisme suatu penelitian untuk diinformasikan dalam suatu tatanan yang terstruktur dengan baik. Metodologi konstruktivis bekerja pada tingkat asumsi, bukan pada tingkat teknik. membawa asumsi yang dibuat oleh peneliti ke permukaan bahwa metodologi lain yang diam bukan berarti membatasi kita dalam mengolah pikiran kita. Dengan kata lain kita dapat kesimpulan hasilnya, sehingga mengarah ke penerapan lebih fokus, serta membantu peneliti dan praktisi menghindari bahaya sesuatu yang umum yang terlalu berlebihan. Ada seorang tokoh mengungkapkan bahwa secara khusus, banyak teori telah menggunakan filsafat ilmu untuk menguji asumsi yang melekat pada titik tertentu yang dianggap vital. Bahwa panduan strategi penelitian disertai dengan pelaksanaan yang sesuai akan membawa dampak baik bagi siapapun. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua penelitian didasarkan pada berbagai asumsi yang bukan hanya sekedar omong kosong. Dengan demikian, konstruktivis menantang gagasan bahwa penelitian dilakukan dengan tidak memihak, terpisah, nilai-netral subyek, yang berusaha untuk berpandangan obyektifitas dengan jelas dilihat dari berbagai fenomena. Sebaliknya, mereka memandang peneliti sebagai pengrajin, sebagai suatu hal yang merupakan bagian dari jaringan yang menciptakan pengetahuan dan akhirnya menjadi suatu panduan praktek dalam penerapan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, penulis menyoroti tentang pengertian konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil 5

dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi yang mereka lakukan dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka seingga muncul interaksi antara satu sama lain. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan sebuah permasalahan. persoalan yang sesuai (Suparno, 2008:28). Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh tiap-tiap orang yang mempelajarinya. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi tetapi merupkan suatu proses yang berkembang terusmenerus tanpa mengenal batasan. Dan dalam proses itulah keaktivan dan kesungguhan seseorang dalam mengejar dan memperjuangkan ilmu akan sangat berperan. Berbicara tentang konstruktivisme tidak dapat lepas dari peran Piaget. J. Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Menurut Wadsworth (1989) dalam Suparno (2008), teori perkembangan intelektual Piaget dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang biologi. Teori pengetahuan Piaget adalah teori adaptasi kognitif. Seperti setiap organisme selalu beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat mempertahankan dan memperkembangkan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia. Berhadapan dengan pengalaman, tantangan, gejala dan skema pengetahuan yang telah dipunyai seseorang ditantang untuk menanggapinya. Dan dalam menanggapi pengalaman-pengalaman baru itu kontruksi pengalaman seseorang dapat terbentuk lebih rinci, dapat pula berubah total sesuai perkembangan manusianya sendiri. Bagi Piaget, pengetahuan selalu memerlukan pengalaman, baik pengalaman fisis maupun pengalaman mental. Berkenaan dengan asal-usul konstruktivisme, menurut Von Glasersfeld (1988) dalam Paul Suparno (2008), pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun sebenarnya gagasan pokok konstruktivisme sudah dimulai oleh Gimbatissta Vico, epistemology dari Italia. Dialah cikal bakal konstruktivisme. Pada tahun 1970, Vico dalam De Antiquissima Italorum Sapientia mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Dia menjelaskan bahwa mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Bagi Vico pengetahuan lebih menekankan pada struktur konsep yang dibentuk. Lain halnya dengan para empirisme yang 6

menyatakan bahwa pengetahuan itu harus menunjuk kepada kenyataan luar. Namun menurut banyak pengamat, Vico tidak membuktikan teorinya (Suparno: 2008). Sekian lama gagasannya tidak dikenal orang dan seakan hilang. Kemudian Jean Piagetlah yang mencoba meneruskan estafet gagasan konstruktivisme, terutama dalam proses belajar. Gagasan Piaget ini lebih cepat tersebar dan berkembang melebihi gagasan Vico. 7

Andik setiawan Firman Bagus Budiono Yohannes arif chendana (071311333020) (071311333084) (071311333062) Enrico Putra Pamungkas Bayu priambodo (071311333016) (071311333054) 8