BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia adalah aset atau unsur yang paling penting diantara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelaksanaan Identifikasi Kebutuhan IKL merupakan kegiatan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

DIKLAT SEBAGAI SUATU SISTEM. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia, saat ini dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa memerlukan dua asset utama yaitu sumber

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

MODUL PROSEDUR DAN PELATIHAN KERJA. Miftakhul Farida Susanti

yang semakin tinggi, menuntut kita sebagai bagian dari bangsa di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan melalui peningkatan kualitas manusia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. PUSDIKLAT PNS Pemerintahan Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun luar organisasi. upaya untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama

2015 ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA DAERAH SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai target capaian organisasi dalam visi-misi. Tentunya, aspek SDM baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alnis Dwipayana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PEND AHULUAN. Dewasa ini banyak sekali pihak yang melaksanakan pelatihan baik itu

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI. kualitas sumber daya manusianya melalui penyelenggaraan diklat secara terus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. karyawan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari lagi.

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. professional. Semua ini bertujuan agar organisasi memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

I. PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 154 Tahun 2000

garis kemiskinan, yang disebabkan tidak dimilikinya kemampuan, pengetahuan kembangkan melalui upaya pendidikan, karena pada hakekatnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang giat-giatnya

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA SURAKARTA

KATA PENGANTAR. Tebing Tinggi, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten Empat Lawang,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia mampu menciptakan berbagai macam inovasi dan merupakan komponen utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar bisa memenuhi kebutuhan pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sudah bersifat global. Perubahan-perubahan kondisi ekonomi menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Luas wilayah Provinsi Banten adalah 9.662,92 Km2, dengan pertumbuhan

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

KAK/TOR PER KELUARAN KEGIATAN

tugas yang dilakukannya. Sumber Daya Manusia yang disoroti pengembangannya dalam penelitian ini adalah SDM karyawan sebuah perusahaan di Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin menglobal menuntut sebuah negara lebih siap dan mampu. untuk bersaing dan sekaligus bekerja sama dengan Negara-negara

Jl. KH. Dimyati No. 27 Telp./Fax (0357) Pacitan

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN PRODUKTIVITAS PEGAWAI PADA KANTOR DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki oleh

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi adalah Sumber Daya Manusia (SDM) terutama pada. suatu organisasi atau instansi pemerintah maupun swasta.

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu aset sehingga perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Adapun pengertian pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003: melimpah, Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki potensi-potensi

I. PENDAHULUAN Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998 telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidia Susantii, 2015 Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan tertentu, dimana usaha-usaha untuk mewujudkan maksud

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia adalah aset atau unsur yang paling penting diantara unsur unsur organisasi lainnya. SDM penting dikarenakan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi dan merupakan pengeluaran pokok organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Di sisi lain, SDM penting sebab merupakan penggerak / motor terhadap sumber daya sumber daya lain dalam organisasi. Untuk itu, perhatian terhadap SDM dalam organisasi sangat penting untuk dilakukan secara terus menerus. Peran SDM yang sangat penting terhadap eksistensi dan kemajuan suatu organisasi telah menjadi dasar bagi organisasi untuk melakukan pemeliharaan SDM itu. Pemeliharaan terhadap SDM dilakukan melalui serangkaian program / kegiatan yang bersifat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Kebijakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Departemen Pertanian tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (Diklat), adalah berdasarkan pendekatan diskrepansi dengan maksud meningkatkan kompetensi kerja pada sasaran yaitu peserta pelatihan. Dalam konteks kepegawaian, pendidikan dan pelatihan jabatan PNS (diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS (pasal 1, PP No.101 tahun 2000). Dalam pasal 2 PP tersebut disebutkan bahwa diklat bertujuan untuk : 1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas 1

2 jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi; 2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa; 3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat; 4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik. Adapun sasaran diklat adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan jabatan masing masing. Peningkatan kualitas Aparatur Negara yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lembaga dan tata kerja Aparatur Negara yang diarahkan pada penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan yang semakin efektif dan efisien. Meningkatkan kualitas Aparatur Negara ditandai dengan respon Aparatur Negara terhadap perkembangan aspirasi masyarakat dan melakukan upaya untuk meningkatkan keterpaduan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Aparatur Negara. Sebagaimana tertulis di dalam Garis Besar Haluan Negara 1999 2004 bahwa pembangunan Aparatur Negara diarahkan pada peningkatan kualitas kinerjanya sehingga mampu melaksanakan tugas tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara lebih professional, efektif dan efesien. Oleh karena itu pembinaan aparatur Negara yang dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan suatu upaya yang sangat penting dan strategis.

3 Keberadaan Aparatur Negara di Indonesia sebagaimana halnya pada negara-negara berkembang lainnya mempunyai peranan yang sangat menentukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suradinata (1996:2) dalam jurnal pedoman penyelenggaraan diklat pertanian bahwa pemerintah Indonesia merupakan keseluruhan penyelenggara kekuasaan negara dengan memanfaatkan Aparatur Negara, segenap daya dan dana demi tercapainya tujuan negara Indonesia dan terlaksananya tugas pemerintahan, sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pelaku pembangunan pertanian (petugas, petani, pengusaha dan stakeholder lainnya) dewasa ini dituntut untuk memiliki kompetensi dan daya kompetitif. Kompetensi dapat diartikan sebagai faktor mendasar yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan lebih, yang membuatnya berbeda dengan seorang yang mempunyai kemampuan rata-rata atau biasa saja. Sedangkan daya kompetitif sangat diperlukan ketika seseorang berhadapan dengan orang (pelaku) lain dalam memenangkan suatu keadaan atau peristiwa tertentu. Dengan dua kekuatan ini diharapkan dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing baik di tingkat regional maupun global. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi dan daya kompetitif adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti secara terarah dan sistematis sehingga menjadikan satu kebutuhan dan keniscayaan untuk semua organisasi atau institusi pada era globalisasi dewasa ini.

4 Diklat akan efektif dan efisien apabila dilaksanakan dengan pendekatan integral. Pertama, menyangkut subjek/pelaku diklat dan kedua, terkait dengan proses/tahapan dalam penyelenggaraan diklat itu sendiri. Para pelaku pelaksana merupakan subjek yang harus secara aktif memberikan respon, peran, tanggung jawab dan akuntablitas serta umpan balik yang harus dilaksanakan secara bersama baik oleh penyelenggara diklat, peserta diklat maupun oleh instansi pengirim peserta (atasan langsung peserta diklat). Selanjutnya, penyelenggaran diklat harus memperhatikan manjemen diklat melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengevaluasian diklat yang terpadu dan berkelanjutan. Dengan perkataan lain, konsep dasar model pelatihan yang integral digambarkan bahwa diklat dimulai dengan proses penelusuran kebutuhan diklat, proses penentuan tujuan diklat, proses perencanaan program diklat, proses pelaksanaan diklat serta proses evaluasi diklat. Mengacu pada konsep di atas maka penelusuran kebutuhan diklat merupakan langkah awal dalam penyelenggaraan diklat. Untuk itu maka diperlukan suatu usaha untuk melaksanakan penelusuran kebutuhan diklat secara sistematis agar diklat dapat diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan organisasi/institusi. Diupayakan pula pendekatan sinergis atau kerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar mendukung penyediaan tenaga kerja yang produktif dan efisien melalui pengembangan pendidikan luar sekolah. Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 10 ayat (2) dan (3) menjelaskan sebagai berikut: Ayat (2), jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan

5 berkesinambungan. Ayat (3) jalur pendidikan di luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan dimulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sedangkan pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan di luar sistem persekolahan yang dilaksanakan melalui beberapa program yaitu program pendidikan keluarga, pendidikan dasar berkelanjutan, pelatihan, pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan fungsional dan pendidikan sejenis lainnya. Pendidikan non-formal memiliki tujuan dan kegiatan yang terorganisasi, diselenggarakan dilingkungan masyarakat dan lembaga lembaga, untuk melayani kebutuhan belajar khusus para peserta didik yang sesuai dengan pengertian Pendidikan Non Formal. Pengertian Pendidikan Non Formal menurut Coombs (D. Sudjana, 2004:22) yaitu: Pendidikan non formal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Dari pengertian diatas jelas bahwa untuk mengetahui karakteristik, pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai dan kebutuhan masyarakat tidak hanya diperoleh melalui jalur pendidikan formal. Pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah pun dapat menjadikan seseorang lebih berdaya bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat. Salah satu pendekatan PLS yaitu melalui Training Need Assessment atau Identifikasi Kebutuhan Latihan (IKL) di BBPP Lembang. BBPP Lembang merupakan salah satu lembaga aparatur negara dari sekian banyak yang tersebar di seluruh Indonesia. BBPP bergerak dalam bidang

6 pelatihan pertanian yang dikatakan merupakan salah satu jenjang pendidikan luar sekolah yang disediakan untuk masyarakat petani yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan adanya lembaga aparatur negara sangat membantu pemerintah dalam mengembangkan potensi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang akan dilaksanakan, maka hal yang perlu ditinjau kembali adalah berkaitan dengan penerapan kurikulum. Penerapan metode (teknik dan materi) serta pemilihan sasaran (peserta) diklat dan yang benar benar sesuai / relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Penelaahan atas hal tersebut adalah akan lebih tepat bila mengkajinya dengan suatu pendekatan yang disebut dengan Taining Need Assessment atau Identifikasi Kebutuhan Latihan. Penilaian kebutuhan pendidikan dan pelatihan menjadi hal penting dalam langkah awal dan utama sebelum menyelenggarakan sebuah program pelatihan khususnya dalam mendukung kualitas program pelatihan. Training Need Assessment atau Identifikasi Kebutuhan Latihan (IKL) dianggap lebih efektif untuk mengembangkan atau meningkatkan sumber daya manusia (aparatur pemerintah dan non aparatur), khususnya dalam mendukung kualitas program pelatihan yang akan diselenggarakan. Maka dalam penelitian ini penulis akan meneliti Efektivitas pelaksanaan identifikasi kebutuhan latihan (IKL) dalam mendukung kualitas pelatihan pertanian di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka penulis mengidenifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pelatihan pertanian yang diselenggarakan di BBPP Lembang 90 % dilaksanakan dari hasil Identifikasi Kebutuhan Latihan (IKL) 2. Pelatih pelatih tidak memahami masalah yang berkaitan dengan pekerjaan peserta di tempat kerjanya 3. Peserta yang telah diikutsertakan dalam diklat, tidak ada peningkatan prestasi kerjanya setelah kembali ke tempat kerja nya 4. Kurangnya motivasi peserta karena materi yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan C. Perumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah: Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Identifikasi Kebutuhan Latihan (IKL) dalam Mendukung Kualitas Pelatihan Pertanian di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Dari hasil identifikasi masalah tersebut maka diperoleh pertanyaan penelitian sebagai beriktu: a. Bagaimana proses pelaksanaan identifikasi kebutuhan latihan (IKL) yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang? b. Apa saja hambatan - hambatan dalam identifikasi kebutuhan latihan (IKL) yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang?

8 c. Bagaimana kualitas pelatihan pertanian yang diselenggarakan dari hasil identifikasi kebutuhan latihan (IKL) di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan identifikasi kebutuhan latihan (IKL) yang diselenggarakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang b. Untuk mengetahui factor penghambat pengelola dalam mendukung kualitas pelatihan pertanian melalui identifikasi kebutuhan latihan (IKL) di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang c. Untuk mengetahui kualitas pelatihan yang diselenggarakan dari hasil identifikasi kebutuhan latihan (IKL) di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang E. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini adalah: a. Kegunaan teoritik, Menambah pengetahuan dan referensi bagi penulis mengenai pengelolaan program khususnya dalam perencanaan program pelatihan yang berbasis Competency Based Training (CBT). b. Kegunaan praktis, dimana hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi Satuan Pendidikan Luar Sekolah, untuk lebih mengembangkan

9 dalam mendukung Kualitas Program Pelatihan yang diselenggarakan dengan konsep analisis kebutuhan F. Definisi Operasional Penjelasan istilah istilah yang dipakai dalam suatu penelitian sangatlah diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu para pembaca dalam memahami penelitian tersebut dan menghindari terjadinya kekeliruan serta salah penafsiran, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu: 1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:8) mendefinisikan efektif dengan ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) atau dapat membawa hasil, berhasil guna, usaha, tindakan) efektivitas diartikan keadaan berpengaruh : hal berkesan atau keberhasilan (usaha, tindakan). Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektif atau tidaknya pelaksanaan identifikasi kebutuhan latihan dalam mendukung kualitas pelatihan pertanian. 2. Identifikasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah, mendiagnosis dan menentukan kebutuhan, sumber sumber dan hambatan pelatihan. 3. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan (IKL) adalah kegiatan mengidentifikasi jenis dan kebutuhan pelatihan untuk mengatasi kesenjangan kinerja yang ada dengan tingkatan kinerja yang diharapkan dalam suatu organisasi.

10 4. Analisis kebutuhan diklat adalah penentuan perbedaan antara keadaan yang nyata dan kondisi yang diinginkan dalam kerja manusia dalam suatu organisasi atau kelompok organisasi dalam pengertian, pengetahuan, keterampilan dan sikap (Tafe, Training Needs Analysis) dalam Soebagio Atmodiwirio, (2002:87). 5. Kualitas diartikan sebagai kesesuaian dengan standar tertent, kesesuaian dengan kebutuhan tertentu, kesepadanan dengan karakteristik dan kondisi tertentu, keselarasan dengan tuntutan zaman, ketersediaan pada saat yang diperlukan, keterandalan dalam berbagai kondisi, daya tarik yang tinggi dan sebagainya (Miarso, 2004:545) dalam Bambang Warsita, (2008:258). 6. Menurut Kenneth R. Robinson (1988) dalam Soebagio Atmodiwirio, (2002:37) pendidikan dan pelatihan adalah proses kegiatan pembelajaran antara pengalaman untuk mengembangkan pola perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan, keterampilan atau sikap untuk mencapai standar yang diharapkan. 7. Pertanian merupakan suatu industry berlandaskan suatu proses produksi khas yang memperoleh energi dari matahari dan menggunakan energi tersebut lewat proses pertumbuhan biologi tumbuhan dan hewan untuk mengolah masukan mineral, air dan udara menjadi biomassa berguna. (Mosher, 1966) dalam Toyojuwono Notohadiningrat, (1994). 8. Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang (BBPP) adalah suatu lembaga pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai pertanian.

11 G. Asumsi Dasar Masih terbatasnya pengetahuan penulis, maka penulis mengemukakan beberapa anggapan dasar yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Hasil IKL harus diperkuat pula dengan Survey Kebutuhan Pelatihan (Training Need Survey atau Training Need Assessment). Kegiatan survei (atau assessment) dilakukan sebelum satu jenis pelatihan dilaksanakan, dan survei pasca pelatihan dilaksanakan untuk melihat efektivitas pelatihan tersebut. 2. Menurut Tovey (2004) dalam Laporan Identifikasi Kebutuhan Latihan, (2009) kegiatan pelatihan secara menyeluruh harus melalui tahapan sebagai berikut, yaitu: (1) Perencanaan pembelajaran orang dewasa (Planning adult learning); (2) Identifikasi kebutuhan pelatihan (Training need assessment/training need survey); (3) Analisa kebutuhan pelatihan (Training need analysis); (4) Rancangan dan pengembangan pelatihan (Design and develop training); (5) Pelaksanaan pelatihan (Deliver training); dan (6) Evaluasi dan validasi pelatihan (Training evaluation and validation). 3. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Laporan Identifikasi Kebutuhan, (2009) pada umumnya kegiatan identifikasi kebutuhan latihan mencakup tiga jenis analisis: a). Analisis organisasi yang pada hakekatnya menyangkut pertanyaan: dimana atau bagaimana didalam organisasi atau institusi ada personil yang memerlukan pelatihan. Setelah itu

12 dipertimbangan biaya, peralatan, dan perlengkapan yang dipergunakan. b). Analisis pekerjaan (job analysis) yang antara lain menjawab pertanyaan: apa yang harus diajarkan atau diberikan dalam diklat, agar para karyawan yang bersangkutan mampu melakukan pekerjaan secara efektif. c). Analisis Pribadi yang menjawab pertanyaan: siapa yang membutuhkan diklat dan diklat jenis apa. H. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Definisi Operasional, Asumsi Dasar dan Sistematika Penulisan. BAB II : Kajian pustaka yang didalamnya membahas beberapa Teori dan Konsep Mengenai Identifikasi Kebutuhan Latihan (IKL), pelatihan, dan kualitas. BAB III : Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Pengolahan dan Analisis Data. BAB IV : Deskripsi analisis data hasil penelitian tentang Efektifitas pelaksanaan identifikasi kebutuhan latihan (IKL) di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang, Pengolahan data hasil penelitian, serta Pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan saran