BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai usaha atau keinginan yang dilakukan dengan sengaja dan teratur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kata lain, setiap individu ingin mengembangkan potensi-potensi atau kemampuankemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

I. PENDAHULUAN. pendidikan sangatlah penting untuk memajukan kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. dari saat masih anak-anak yang mendapat pendidikan dari orang tuanya

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu proses kegiatan pembentukan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kawan-kawan menjelaskan bahwa perubahan dibedakan menjadi empat lapis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

I. PENDAHULUAN. dan berpartipasi secara aktif dalam pembangunan. Pendidikan memegang. agar mutu pendidikan dapat terus ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya agar menjadi pribadi yang bermutu. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas yang cukup berat diantaranya sebagai fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Indikator keberhasilan sekolah dalam mengemban tugasnya dapat dilihat dari pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik (Nurwati, 2004). Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Ditengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidakberhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas. Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik 1

2 seperti mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan yang gemilang dalam belajar yaitu dengan mengembangkan perilaku belajar efektif selama mengikuti proses pendidikan. Dalam kegiatan belajar akan timbul berbagai masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi guru. Bagi guru misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar berhasil, bagaimana membuat rencana bagi siswa, menyesuaikan proses belajar, penilaian hasil belajar, kesulitan belajar dan sebagainya. Bagi siswa sendiri masalah-masalah belajar yang mungkin timbul adalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, mempersiapkan ujian dan sebagainya. Sehingga perlunya program bimbingan dan konseling untuk membantu siswa agar berhasil dan mencapai prestasi akademik yang diinginkan (Yusuf & Nurihsan, 2008). Pembelajaran di sekolah bertujuan untuk keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang ditandai dengan tercapainya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Untuk mencapai standar kelulusan dan standar kompetensi ini siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor ekstern atau disebut faktor luar yaitu faktor yang berasal dari luar individu seperti sarana belajar, ekonomi orang tua, lingkungan dan metode mengajar guru. Faktor intern atau faktor dalam yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri, seperti motivasi belajar, minat, tingkat kecerdasan, sikap dan kebiasaan belajar. Di sekolah sering ditemukan siswa yang memiliki tingkat intelegensi cukup, ekonomi orang tua memadai, lingkungan

3 mendukung, namun prestasi belajarnya masih dibawah rata-rata atau dibawah potensinya. Hal ini dimungkinkan oleh faktor kebiasaan belajar yang kurang baik atau negatif. Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pada kenyataannya di lapangan, hasil belajar siswa di sekolah tidak selalu sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Indikasinya adalah masih banyak ditemukan siswasiswa yang menunjukkan tidak dapat mencapai hasil belajar dengan baik. Beberapa diantaranya adalah berkenaan dengan masih rendahnya kualitas perilaku belajar siswa. Karakteristik siswa yang tidak memiliki perilaku belajar efektif pada umumnya adalah malas belajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, sering menunda-nunda pekerjaan atau tugas yang diberikan guru, dan lain sebagainya (Sriyono, 2011; Sarjun, 2010; Supena, 2010) Rendahnya kualitas perilaku belajar siswa tersebut ditunjukkan dengan nilai-nilai prestasi siswa yang naik turun atau tidak stabil. Siswa cenderung mengabaikan tugas jika kurang mendapatkan pengawasan dari guru. Siswa menunjukkan kurang kesadaran dan dorongan dari dalam diri sendiri untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Padahal ini merupakan bentuk perilaku belajar yang berkaitan dengan motivasi yang semestinya terefleksikan dalam perilakuperilaku siswa seperti menyukai pencapaian tujuan yang sulit, menginginkan penentuan rekor baru, ingin sukses dalam tugas sulit, dan senang mengerjakan sesuatu yang belum selesai sebelumnya (McClelland, 1985:224).

4 Fenomena serupa dijumpai di SMA Negeri 11 Garut. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama bertahun-tahun juga diperkuat oleh hasil studi observasi terhadap siswa kelas XI IPS selama penelitian berlangsung menunjukkan adanya permasalahan belajar yang muncul yaitu rendahnya kualitas perilaku belajar siswa. Data tentang kondisi siswa tersebut diperkuat pula dengan hasil wawancara kepada guru BK, wali kelas, serta guru mata pelajaran. Berdasarkan data hasil pra survei yang dilakukan terhadap keadaan siswa kelas XI IPS tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas. 2) Siswa kurang percaya diri (malu) untuk mengajukan pertanyaan pada saat guru menyampaikan materi. 3) Kurangnya semangat, ketekunan, dan keuletan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. 4) Kurangnya keterlibatan siswa pada saat proses pembelajaran. 5) Siswa kurang serius dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 6) Rendahnya keinginan siswa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. 7) Rendahnya keinginan dan semangat siswa untuk belajar di rumah maupun di sekolah. 8) Rendahnya motivasi siswa untuk mencapai prestasi yang baik. 9) Siswa sering ribut di kelas saat proses belajar. 10) Nilai mata pelajaran hampir turun drastis dari semester sebelumnya.

5 Secara teori dapat dijelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti metode pembelajaran, kemampuan siswa, minat, motivasi, fasilitas, bimbingan, keadaan ekonomi, tingkat inteligensi siswa, kecerdasan emosional siswa, perilaku belajar efektif, dan lain-lain. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah yang dijumpai seperti tersebut diatas yaitu berakar dari masih rendahnya perilaku belajar efektif siswa sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X1 IPS SMAN 11 Garut Tahun Pelajaran 2012/2013. Studi pendahuluan yang dilaksanakan di SMAN 11 Garut berupa penyebaran instrumen awal yaitu angket perilaku belajar efektif menunjukkan hasil yang mendukung data-data observasi yang telah dilakukan oleh penulis. Secara lebih spesifik, masalah perilaku belajar yang menjadi fokus kajian di SMAN 11 Garut tersebut tercermin dalam lima dimensi, yaitu: (1) sikap belajar, (2) minat belajar, (3) kemandirian belajar, (4) motivasi berprestasi, dan (5) pengelolaan diri dalam belajar (academic self management). Berdasarkan hasil penghitungan ststistik menunjukkan perolehan skor siswa dalam perilaku belajar efektif secara keseluruhan dalam kelima dimensi sebanyak 60,53% berada pada kategori rendah, 31,58%, berada pada kategori sedang, dan 7,89% berada pada kategori tinggi. Perolehan skor rendah yang cukup banyak mengindikasikan bahwa kualitas perilaku belajar efektif siswa yang tergambar dalam kelima dimensi yang diperoleh dari aspek-aspek dan indikator-indikator pendukung penelitian ini masih sangat rendah. Selain itu, bagi siswa yang memperoleh skor

6 sedang secara keseluruhan, jika tidak mendapat penanganan atau tindak lanjut yang tepat dikhawatirkan bisa berubah menjadi lebih buruk. Berdasarkan fenomena di atas, kiranya diperlukan suatu upaya preventif dan kuratif dari bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku belajar siswa supaya lebih efektif sehingga mereka dapat mencapai prestasi yang baik. Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub sistem pendidikan memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian proses pembelajaran dengan memfasilitasi siswa agar mampu mencapai perkembangannya dengan optimal. Bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa mengembangkan perilaku belajar efektif ialah bimbingan akademik (belajar), karena bimbingan belajar merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik yang meliputi kebiasaan belajar, mengembangkan motivasi berprestasi, cara belajar yang efektif, dan menyelesaikan tugas-tugas (Juntika Nurihsan, 2003:21). Bimbingan akademik (belajar) untuk meningkatkan perilaku belajar efektif siswa disusun dalam rancangan program bimbingan dan konseling yang direncanakan secara sistematis, terarah, dan terpadu sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Program bimbingan belajar selain dapat membantu siswa dalam meningkatkan perilaku belajar efektif juga dapat membantu siswa mengatasi permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul terkait dengan tugas perkembangan siswa SMA yang berada dalam rentang usia remaja. Berdasarkan fenomena yang dipaparkan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan program bimbingan dan konseling

7 khususnya dalam ranah bimbingan belajar untuk meningkatkan perilaku belajar efektif siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 11 Garut Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Para pakar pendidikan mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu upaya untuk membantu siswa ke arah perkembangan yang optimal. Berdasarkan hal tersebut, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya guru bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku belajar efektif siswa khususnya kelas XI IPS di SMA Negeri 11 Garut Tahun Pelajaran 2012/2013. Upaya ini dipandang penting karena perilaku belajar efektif siswa berkaitan erat dengan prestasi belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh para siswa secara optimal. Sedangkan pada kenyataannya, prestasi yang sudah dicapai oleh siswa kelas XI IPS pada umumnya belum optimal bahkan tergolong rendah. Berdasarkan fenomena tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan secara umum sebagai berikut: Bagaimana program bimbingan belajar yang dapat diterapkan di SMA untuk mengembangkan perilaku belajar efektif siswa. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi kondisi objektif pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMAN 11 Garut khususnya bimbingan belajar yang telah dilaksanakan saat ini, kualitas perilaku belajar efektif siswa khususnya kelas XI IPS, program bimbingan dan konseling hipotetik

8 yang dapat diterapkan, serta evaluasi terhadap proses dan hasil program bimbingan dan konseling hipotetik tersebut. Selanjutnya permasalahan ini dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan, yaitu : 1. Bagaimana gambaran atau profil perilaku belajar siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 11 Garut Tahun Pelajaran 2012/2013? 2. Seperti apa rumusan program bimbingan belajar untuk mengembangkan perilaku belajar efektif siswa? 3. Apakah program bimbingan belajar efektif untuk mengembangkan perilaku belajar efektif siswa? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh suatu program bimbingan dan konseling khususnya dalam bidang bimbingan belajar yang dapat diterapkan di SMA untuk mengembangkan perilaku belajar efektif siswa yang diharapkan akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta menangani permasalahan yang terkait di dalamnya. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1. Memperoleh gambaran empirik mengenai kualitas perilaku belajar efektif siswa kelas XI IPS di SMAN 11 Garut Tahun Pelajaran 2012/2013.

9 2. Merumuskan program bimbingan belajar yang sesuai sehingga dapat menambah wawasan guru pembimbing dalam mengembangkan perilaku belajar efektif siswa kelas XI IPS di SMAN 11 Garut Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Memperoleh gambaran keefektifan program bimbingan belajar untuk mengembangkan perilaku belajar efektif siswa kelas XI IPS di SMAN 11 Garut Tahun Pelajaran 2012/2013. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini bisa dilihat dari 2 segi, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian untuk kemajuan dunia pendidikan khususnya dalam bidang keilmuan bimbingan dan konseling. Diharapkan pula penelitian ini menghasilkan suatu rancangan program bimbingan dan konseling di SMA khususnya bidang bimbingan belajar untuk mengembangkan perilaku belajar efektif siswa yang diharapkan akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta mampu menangani permasalahan yang terkait didalamnya. 2. Secara praktis adalah: a. Sebagai masukan bagi para pendidik, yaitu bagi guru pembimbing, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam pengembangan program

10 bimbingan dan konseling khususnya bidang bimbingan belajar untuk mengembangkan perilaku belajar efektif yang diharapkan akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta mampu menangani permasalahan yang terkait didalamnya. b. Bagi pihak sekolah khususnya kepala sekolah sebagai pemegang otoritas dalam pengambilan keputusan dan kebijakan adalah sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku belajar efektif siswa, juga sebagai pedoman bahwa program bimbingan dan konseling di SMA penting untuk diselenggarakan berdasarkan rancangan yang matang oleh tenaga profesional. c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi agar siswa lebih memotivasi diri untuk selalu berusaha mencapai prestasi belajar yang maksimal. Selanjutnya, setelah mendapatkan layanan bimbingan dan konseling melalui program yang terencana, terarah, dan terpadu, diharapkan siswa akan dapat lebih memahami dan mengenali dirinya serta tugas dan kewajibannya sebagai pelajar sehingga akan terwujud di dalam dirinya perilaku belajar efektif. E. Asumsi Penelitian Penelitian ini dilakukan atas dasar beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Perilaku belajar seorang siswa akan berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikannya dan pencapaian hasil belajarnya.

11 2. Perilaku belajar efektif bukanlah bakat alamiah atau bawaan sejak lahir dari siswa. Perilaku individu tergantung pada tujuan dan cita-citanya. Siswa dapat membentuk sendiri perilaku belajarnya sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapainya. Setiap siwa yang telah mengalami proses belajar, perilakunya akan tampak berubah. 3. Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga individu sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat (Rochman Natawidjaya, dalam Winkel, 1991:67). 4. Bimbingan akademik ialah bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik (Juntika Nurihsan, 2003: 21). 5. Bimbingan belajar merupakan bimbingan yang tepat untuk mengembangkan motivasi siswa dalam mencapai suatu prestasi dan membantu siswa dalam menghadapi permasalahan akademik atau belajar misalnya menemukan cara belajar yang tepat, cara mengatasi kesukaran-kesukaran dalam belajar, dan cara mengelola diri dan waktu dalam belajar, serta menciptakan suasana yang kondusif dalam belajar (Dewa Ketut Sukardi, 2002: 464). F. Lokasi, Subyek, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 11 Garut berdasarkan atas pertimbangan, antara lain bahwa SMA tersebut sudah memiliki program

12 bimbingan dan konseling, namun belum terstruktur dan tersusun secara sistematis khususnya dalam bidang bimbingan belajar. Populasi dan sampel yang diteliti adalah siswa kelas XI IPS sebanyak 3 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 114 orang. Pemilihan siswa kelas XI IPS sebagai subyek penelitian didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: 1. Siswa SMA sudah mampu berpikir secara abstrak. Hal ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah. 2. Siswa SMA kelas XI berada pada masa remaja madya (middle adolescence) yang sedang mengalami tahap krisis identitas diri sehingga perlu diarahkan perilakunya khususnya yang berkaitan dengan perilaku belajarnya supaya lebih efektif. 3. Siswa SMA jurusan IPS pada umumnya sering dipandang negatif sebagai siswa yang tingkat intelektualnya rendah, perilakunya buruk, sering berbuat onar, dan lain sebagainya. Ironisnya paradigma negatif seperti itu acapkali memang terjadi. Seperti halnya yang terjadi di SMAN 11 Garut, siswa kelas XI IPS seringkali menjadi bahan pembicaraan para guru yang mengajar di kelas tersebut. Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi diperoleh hasil bahwa siswa kelas X1 IPS SMAN 11 Garut terindikasi memiliki perilaku belajar yang rendah atau tidak efektif. Waktu penelitian akan dilaksanakan sejak bulan Pebruari sampai bulan Agustus 2013 dengan mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.