RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor yang paling berperan dalam perekonomian Kota Bogor apabila dilihat dari kecilnya kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB Kota Bogor, namun demikian kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota Bogor dari tahun 1999 hingga 2003 terus mengalami. Kebutuhan konsumsi pangan masyarakat Kota Bogor selama tahun 2003 yang dapat dipenuhi oleh produksi lokal adalah sebesar 60,52% untuk daging sapi, domba, ayam dan babi dan untuk susu adalah sebesar 84,23%. Sektor pertanian di Kota Bogor walaupun bukan sektor yang memberikan kontribusi utama bagi PDRB tetapi tampaknya sektor ini harus lebih digalakkan kembali untuk lebih menunjang kegiatan agroindustri yang sedang dikembangkan di Kota Bogor. Jumlah unit usaha agroindustri setiap tahunnya mengalami peningkatan, dari total 1.574 unit usaha pada tahun 1999 berkembang menjadi 2.079 unit usaha pada tahun 2003, dengan total nilai output pada tahun tersebut Rp. 228.195.960,- yang berasal dari 32 unit usaha agroindustri skala menengah/besar. Perkembangan agroindustri tentu saja tidak terlepas dari peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku kegiatan industri tersebut. Walapun kontribusinya terhadap PDRB tidak besar, namun jumlah penduduk yang diserap oleh sektor pertanian tidaklah kecil. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor pertanian di Kota Bogor selama tahun 2000 hingga 2003 adalah rata-rata sebesar 4,34% per tahun. Kota Bogor sebagai suatu kawasan perkotaan mempunyai lahan pertanian yang efektif seluas 3.466,43 Ha terdiri dari lahan sawah 1.006 ha, lahan kering 1.479,67 ha, lahan pekarangan 868,29 ha, dan lahan

perkebunan 309,62 ha. Kota Bogor memiliki sumber daya manusia yang sangat diperlukan bagi pengembangan agribisnis di Kota Bogor, yaitu aparat dan para stake holders, serta sarjana-sarjana pertanian yang dihasilkan oleh salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia yaitu Institut Pertanian Bogor yang berlokasi di kota ini. Selain itu, terdapat beberapa lembaga penelitian pertanian di Kota Bogor yang menghasilkan berbagai penelitian dan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk meningkatkan produktivitas usahatani maupun nilai tambah bagi produk yang dihasilkan. Dan bila dilihat dari aspek pasar Kota Bogor berada pada lokasi yang strategis, yaitu selain berdekatan dengan Ibukota Jakarta juga berdekatan dengan Kawasan Andalan (Kawan) Bodetabek yang merupakan kawasan unggulan sektor industri dan manufaktur yang berorientasi ekspor dan ramah lingkungan, Kawan Bopuncur yang merupakan kawasan unggulan sektor agribisnis dan agrowisata, dan Kawan Sukabumi dan sekitarnya yang merupakan kawasan unggulan sektor wisata, agribisnis dan kelautan. Hasil analisa input output yang telah dilakukan sebelumnya (FEM, 2004) menunjukkan sektor pertanian adalah sektor yang berorientasi lokal tidak tergantung impor dan mampu menarik pertumbuhan output sektor hulunya, serta memiliki nilai multiplier output dan multiplier pendapatan yang tinggi, sehingga merupakan sektor yang sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan sektor-sektor perekonomian yang terdapat di Kota Bogor Melihat peranan sektor pertanian yang masih cukup penting dan potensi daerah yang dimiliki oleh Kota Bogor, maka perlu dirumuskan alternatif strategi yang tepat untuk mengembangkan agribisnis di Kota Bogor dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan potensi daerah yang ada secara efektif dan efisien. Untuk mengembangkan agribisnis di Kota Bogor dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) bagaimana peranan sektor pertanian dan sub-sektor - sub-sektornya terhadap perekonomian Kota Bogor; (2)

bagaimana strategi pengembangan agribisnis yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kota Bogor, dan merumuskan alternatif serta menentukan strategi pengembangan agribisnis dalam rangka pembangunan daerah Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah deskriptif melalui metode survei. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan alat analisis yaitu Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share, kemudian dilanjutkan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil perhitungan LQ, yang merupakan sektor basis dalam perekonomian Kota Bogor selama tahun 1999-2003 adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor listrik, gas, dan air bersih. Sedangkan sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa bukan merupakan sektor basis, artinya sektor-sektor ini belum mampu memenuhi kebutuhan di dalam daerah. Walaupun sektor pertanian bukan sektor basis dalam perekonomian Kota Bogor, tetapi setelah dilakukan analisis LQ untuk subsektor - sub-sektor pertanian terdapat dua sub-sektor pertanian yang merupakan sub-sektor basis yaitu sub-sektor peternakan dan hasilhasilnya dengan sub-sektor perikanan. Sedangkan dari hasil perhitungan analisis shift share, menunjukkan bahwa selama periode tahun 1999 sampai 2003 semua sektor ekonomi di Kota Bogor mengalami kenaikan pendapatan (PDRB) termasuk sektor pertanian. Faktor-faktor penentu pengembangan agribisnis sumber daya alam, keberadaan SDM pertanian, aspek pemasaran, modal usaha, kebijakan pemerintah, pemanfaatan tekonologi tepat guna dan hasil-hasil penelitian dan pengembangan (litbang). Aktor atau pelaku yang berperan dalam pengembangan agribisnis di Kota Bogor adalah pemda dan dinas/instansi terkait lainnya, petani atau kelompok tani, pelaku usaha atau swasta, dan

lembaga keuangan atau koperasi. Sedangkan beberapa tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan pendapatan petani, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatan PAD. Beberapa alternatif strategi pengembangannya adalah kerjasama dengan berbagai pihak, pengembangan sentra agribisnis, optimalisasi sumberdaya pertanian, kemitraan, pembinaan terpadu, dan menumbuhkembangkan jaringan informasi agribisnis. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik AHP terhadap pendapat gabungan dari para pakar secara vertikal diketahui bahwa faktor penentu dalam strategi pengembangan agribisnis di Kota Bogor adalah kebijakan pemerintah Kota Bogor (0,7570), sedangkan pelaku utama dalam pengembangan agribisnis di Kota Bogor adalah pemerintah daerah beserta dinas instansi terkait (0,6765). Prioritas tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengembangan agribisnis Kota Bogor adalah meningkatkan pendapatan petani (0,9133), dan strategi utama yang digunakan adalah menumbuhkembangkan jaringan informasi agribisnis (0,7591). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan: (1) Dalam merumuskan kebijakan pembangunan daerah Kota Bogor yang berorientasi peningkatan pendapatan wilayah, maka sektor yang harus dikembangkan adalah sektor-sektor yang mempunyai nilai multiplier output dan multiplier income tinggi yaitu sektor pertanian; (2) Pembangunan pertanian berorientasi agribisnis yang dilaksanakan di Kota Bogor sebaiknya mengacu pada peningkatan nilai tambah produk dan peningkatan produktivitas sektor pertanian untuk perkembangan industri hulu dan hilirnya; dan (3) Pemerintah daerah beserta dinas instansi terkaitnya agar lebih meningkatkan peranannya terutama dalam memfasilitasi petani dalam penyediaan modal usaha, pemasaran produk, dan pemanfaatan teknologi tepat guna dan hasil-hasil litbang.

Kata Kunci: Strategi, Pengembangan Agribisnis, Kota Bogor, LQ, Shift share, Input Output, AHP.