Pengaruh kastrasi terhadap performan produksi Sapi Persilangan Wagyu berdasarkan umur yang berbeda

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Muchamad Luthfi, Tri Agus Sulistya dan Mariyono Loka Penelitian Sapi Potong Jl. Pahlawan 02 Grati Pasuruan

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

PERFORMANCE AND CARCASS PERCENTAGE OF BRAHMAN CROSS STEER SUPLEMENTED BY DIFFERENT IN PREMIX CONCENTRATE ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Pengaruh Pemberian Zeolit dalam Ransum Terhadap Performans Mencit (Mus musculus) Lepas Sapih

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Pengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan Ukuran-Ukuran Tubuh dan Kosumsi Pakan Pedet FH Betina Lepas Sapih

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

HASIL DAN PEMBAHASAN

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

Hubungan antara bobot badan induk dan bobot lahir pedet sapi Brahman cross pada jenis kelamin yang berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

Evaluasi Pertambahan Bobot Badan Sapi Aceh Jantan yang Diberi Imbangan Antara Hijauan dan Konsentrat di Balai Pembibitan Ternak Unggul Indrapuri

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

SKRIPSI. PERFORMAN AYAM ARAB YANG DIBERI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) PADA UMUR 8-13 MINGGU. Oleh: Ardianto

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

INOVASI PAKAN KOMPLIT TERHADAP PERTAMBAHAN BERAT BADAN HARIAN TERNAK SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

PENGARUH PEMBERIAN RUMPUT RAJA (Pennisetum purpupoides) DAN TEBON JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) BETINA

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

E. Rianto, Nurhidayat, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Materi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

PENGARUH PENGGUNAAN PAKAN SUPLEMEN DALAM RANSUM BASAL KUALITAS RENDAH TERHADAP KECERNAAN ENERGI PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE DI PETERNAKAN RAKYAT

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

Suplementasi Tepung Jangkrik Sebagai Sumber Protein Pengaruhnya Terhadap Kinerja Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

PERFORMAN OF STEER RED AND WHITE BRAHMAN CROSS IN FINISHER PHASE. Student at Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University

PENGARUH BERAT BADAN AWAL TERHADAP PENCAPAIAN HASIL PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN RAKYAT

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

PARAMETER TUBUH DAN SIFAT-SIFAT KARKAS SAPI POTONG PADA KONDISI TUBUH YANG BERBEDA SKRIPSI VINA MUHIBBAH

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

Tatap muka ke 2 & 3 POKOK BAHASAN II II. FAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN PROSES PRODUKSI TERNAK POTONG

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum L.) SEBAGAI FEED ADDITIVE

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

LAMA REKONDISI BOBOT BADAN DOMBA EKOR GEMUK YANG DIBERI RANSUM KOMPLIT PASCATRANSPORTASI

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016

PENGARUH TINGKAT PROTEIN-ENERGI RANSUM TERHADAP KINERJA PRODUKSI KAMBING KACANG MUDA

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

Transkripsi:

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 53-58 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Pengaruh kastrasi terhadap performan produksi Sapi Persilangan Wagyu berdasarkan umur yang berbeda Kuswati, Ravenska, Nareswara Hapsari, Aulia Puspita Anugra Yekti, dan Trinil Susilawati Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang Jl. Veteran Malang 65145 Jawa Timur Kuswatibx@yahoo.com dan aulia_pay@yahoo.com ABSTRACT: The purpose of this research was to know the effect of castration to Wagyu crossbreed cattle production performance based on age difference and know the appropriate age to do castration. The materials used in this research were 37 heads of 3- month old and 28 heads 4 months calf castration. The method was case studies with purposive sampling. Data were analyzed using unpaired t test. The results showed that the calf castration age of 3 months and 4 months showed significantly different (P <0.05) in daily body weight gain and feed conversion. The average daily weight gain of 3 months old calf castration was 0.78 kg / head / day and 4 months old calf castration was 0.85 kg / head / day and feed conversion of 3 months old calf castration was 5.14 and 4 months old calf castration was 4.48, while the feed intake of the research results were not significantly different. The average feed consumption of 3 months old calf castration was 3.82 kg / head / day and 4 months old calf castration was 3.66 kg / head / day. Calves were castrated on 4 months old showed higher daily weight gain than the calf castration on 3 months old. This could be concluded that 4 months old was more appropriate to do castration. Keywords: Average daily gain, calf stock, feed convertion, castration PENDAHULUAN Wagyu merupakan sapi asli Jepang yang sudah diperkenalkan di beberapa negara. Keunggulan Wagyu dibandingkan dengan sapi lainnya adalah memiliki kualitas daging terbaik di dunia dengan rasa dan tekstur yang lembut. Wagyu terdiri dari 4 bangsa yaitu Japanese Black (Kryosh), Japanese Red (Akaushi), Japanese Shorthorn and Japanese Polled (Pezza, 2014). Japanese Black merupakan salah satu bangsa dengan banyak peminat di beberapa negara karena memiliki kualitas marbling lebih tinggi dibandingkan dengan tipe sapi Wagyu yang lain. Industri peternakan sapi potong tidak terlepas dari manajemen dan pengelolaan yang baik dengan memperhatikan produktivitas ternak dan efisiensi pertambahan bobot badan. Kastrasi adalah manajemen rutin di sebagian besar sistem produksi ternak dengan proses menghilangkan fungsi alat reproduksi dengan cara mematikan sel kelamin jantan. Sapi kastrasi lebih mudah dalam hal penanganan dan meningkatkan kualitas daging (Grandin, 2015). Kastrasi mengakibatkan ternak 53

cenderung menjadi jinak dan sifat jinak sapi adalah sifat yang diharapkan dalam usaha penggemukan karena membantu konversi pakan menjadi daging. Kastrasi dapat dilakukan pada ternak pada usia berapapun, akan tetapi pada usia ternak yang lebih muda memberikan penyembuhan lebih cepat dan meminimalisir rasa sakit pasca kastrasi (Bretschneider, 2005). Anak sapi dengan umur lebih tua menunjukkan rasa sakit yang lebih tinggi saat dikastrasi dibandingkan anak sapi pada umur 3 minggu. Hasil penelitian Micol, et al, (2009) menyebutkan bahwa kastrasi pada umur 2 bulan memiliki pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan umur 10 bulan (1,63 vs 1,34 lbs/day). Kastrasi sudah banyak dikenal dalam dunia peternakan, khususnya ternak yang ditujukan dalam penggemukan dengan tujuan mengontrol tingkat pertumbuhan ternak, efisiensi pertambahan bobot badan ternak dan memperbaiki kualitas daging (Marti S. 2014). Waktu pelaksanaan kastrasi memberikan efek terhadap kinerja selama penggemukan dan karakteristik karkas. Ternak yang dikastrasi memiliki temperamen yang lebih jinak sehingga cenderung memiliki aktifitas gerak yang sedikit. Hal itu menyebabkan lebih banyak energi yang mendukung pembentukan daging. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh kastrasi terhadap performan produksi sapi Persilangan Wagyu berdasarkan umur yang berbeda. MATERI DAN METODE Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Austasia Stockfeed Unit Pembibitan Jabung Lampung Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai 6 September sampai 17 November 2016. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedet jantan sapi Persilangan Wagyu umur 3 bulan sebanyak 37 ekor dan umur 4 bulan sebanyak 28 ekor pedet. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Prosedur penelitian Penimbangan saat kastrasi, perawatan 1, perawatan 2 dan penimbangan setelah sembuh dari kastrasi. Pedet jantan digiring menuju kandang penjepit kemudian dilakukan kastrasi dengan metode tertutup. Metode tertutup menggunakan cincin karet yang dimasukkan dan dikaitkan pada pangkal skrotum untuk menjepit yang dibantu dengan tang. Cincin karet dikaitkan hingga rapat, sehingga sirkulasi darah dan zat pakan yang terjadi pada bagian bawah ikatan karet terhenti. Skrotum dan testis akan mengering dan akhirnya terlepas setelah 3 minggu dikastrasi. Penimbangan saat perawatan pedet kastrasi. Perawatan dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 1 bulan dengan pemberian antibiotik dan antilalat pada bagian skrotum kemudian dilakukan penimbangan setelah perawatan atau saat pedet dinyatakan sembuh dari kastrasi. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari dan pakan yang diberikan berupa complete feed. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan. Variabel utama yang diamati yaitu bobot badan dan pertambahan bobot badan harian, sedangkan variabel pendukung yaitu konsumsi pakan dan konversi pakan. 54

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh kastrasi terhadap pertambahan bobot badan harian Hasil pengamatan dari Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) pedet jantan sapi Persilangan Wagyu pada umur yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis data menunjukkan bahwa PBBH pedet yang dikastrasi pada umur 3 bulan dan 4 bulan berbeda nyata (P<0,05). Pedet yang dikastrasi pada umur 4 bulan memiliki pertambahaan bobot badan harian lebih tinggi dibandingkan pedet umur 3 bulan. Tabel 1. Rata-rata dan standar deviasi pertambahan bobot badan harian pedet sapi persilangan Wagyu Umur Bobot badan awal (kg) Bobot badan akhir (kg) Rata-rata PBBH 3 bulan 83±12,85 105±16,56 0,78±0,12 a 4 bulan 118±32,50 146±37,99 0,85±0,08 b Rataan 100,5±22,67 125,5±27,27 0,81±0,1 Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Manajemen penyapihan dilakukan pada umur 3 bulan. Pedet-pedet yang berumur 4 bulan sudah melewati masa penyapihan kemudian dilakukan kastrasi. Sedangkan pedet-pedet yang berumur 3 bulan penyapihan dilakukan bersamaan dengan kastrasi, pedet umur 3 bulan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan peluang cidera akibat proses pengkastrasian, karena kastrasi dilaksanakan bersamaan dengan penyapihan. Orey (2008) menyatakan bahwa stres akibat kastrasi dapat dihindari dengan melakukan prosedur kastrasi secara tepat dan menggunakan peralatan yang benar serta bersih sehingga dapat mengurangi terjadinya infeksi. Hasil penelitian yang berbeda dengan Micol et al., (2009) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa sapi jantan yang dikebiri pada usia 2 bulan memberikan bobot badan lebih tinggi dibandingkan dengan sapi jantan yang dikebiri pada usia 10 bulan (1,65 lbs/hari dan 1,34 lbs/hari), namun tidak sejalan dengan hasil penelitian yaitu kastrasi pada umur yang lebih muda memberikan PBBH yang lebih rendah. Pedet umur 4 bulan pada perawatan kastrasi 1 mengalami penurunan bobot badan harian sebesar 0,11 kg. Perawatan kastrasi 2 menunjukkan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,03 kg dan setelah dinyatakan sembuh sebesar 0,01 kg. Pedet umur 3 bulan menunjukkan penurunan bobot badan harian pada perawatan kastrasi 1 sebesar 0,06 kg, sedangkan perawatan kastrasi 2 sebesar 0,02 kg hingga setelah sembuh mengalami penurunan bobot badan harian sebesar 0,01 kg. Dilihat pada saat periode kesembuhan kastrasi, PBBH tidak menunjukkan pertambahan bobot badan, kedua umur kastrasi menunjukkan penurunan sebesar 0,01 kg. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh cidera dari pelaksanaan kastrasi yang menimbulkan penurunan bobot badan harian, disamping karena konsumsi pakan dikonversi untuk proses kesembuhan kastrasi sehingga PBBH belum stabil. Kastrasi adalah menghilangkan organ pembentuk spermatozoa. Testis memiliki dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa dan hormon androgen. 55

Androgen mendukung perkembangan organ aksessoris, karakteristik seksual dan perilaku ternak jantan. Androgen dapat meningkatkan perkembangan otot sejalan dengan meningkatnya retensi nitrogen. Hal tersebut juga mengingatkan bahwa dalam pertumbuhan ternak menunjukkan peningkatan ukuran linear, bobot dan retensi nitrogen. Androgen memiliki kemampuan menahan nitrogen dalam tubuh, sehingga terjadi pertambahan bobot badan karena adanya pertambahan protein. Pada ternak kastrasi mengalami pertambahan bobot badan, namun hal ini disebabkan adanya penambahan lemak akibat berkurangnya aktifitas pejantan (Ihsan, 2011). Feradis (2010) menyatakan bahwa fungsi testosteron mempengaruhi perkembangan proses fisiologis dan perkembangan ternak muda. Tanpa adanya testosteron tingkah laku seksual tidak akan timbul. Testis dihilangkan saat ternak masih muda, tidak akan berkembang sebagai ternak jantan dan terjadi kegagalan dalam perkembangan kelamin sekundernya. Sedangkan kastrasi pada ternak yang telah mencapai pubertas hanya menyebabkan sedikit perubahan pada penampilan karena sifat kelamin sekunder ataupun sifat seksual tidak menurun. Peningkatan pertambahan bobot badan harian diimbangi dengan meningkatnya konsumsi pakan. Ratarata konsumsi pakan pedet kastrasi umur 3 bulan adalah 3,82 kg/ekor/hari sedangkan pedet kastrasi umur 4 bulan adalah 3,66 kg/ekor/hari yang secara statistik tidak berbeda nyata seperti yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata dan standar deviasi konsumsi dan konversi pakan pedet persilangan Wagyu Umur Konsumsi pakan (kg/ekor/hari) Konversi pakan 3 bulan 3,82±1,24 5,15±2,70 a 4 bulan 3,66±1,13 4,48±3,57 b Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Pakan yang dikonsumsi pedet kastrasi baik pada umur 3 bulan dan 4 bulan ditujukan untuk penyembuhan dari kastrasi, sehingga asupan nutrisi tidak ditujukan dalam pertambahan bobot badan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan, pedet kastrasi baik pada umur 3 dan 4 bulan memiliki tingkat konsumsi yang relatif sama dengan pertambahan bobot badan harian yang berbeda nyata. Pedet yang dikastrasi umur 4 bulan menunjukkan pertambahan bobot badan harian yang lebih tinggi. Pakan diberikan berupa complete feed sesuai fase yang sama yaitu fase grower dengan kandungan protein kasar 17,26%, bahan kering 65% dan ME 11.20. Konsumsi bahan kering yang dihasilkan pedet kastrasi umur 3 bulan dan 4 bulan relatif sama seperti yang tersaji pada Tabel 3. Konsumsi BK dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya: 1) faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Standar kebutuhan BK untuk pedet adalah 0,45-2,72 kg (NRC, 2001). Kemampuan sapi mengkonsumsi pakan dalam bentuk bahan kering setiap harinya sebanyak 3% dari bobot badan. Konsumsi BK pedet kastrasi umur 3 bulan sebesar 2,48 kg atau sebesar 2,66% dari bobot badan, 56

sedangkan pedet kastrasi umur 4 bulan sebesar 2,38 kg atau sebesar 1,84 % dari bobot badan. Dari data tersebut diketahui bahwa konsumsi bahan kering kedua umur pedet kastrasi hampir mencukupi dari kebutuhan. Tabel 3. Konsumsi bahan kering dan protein kasar pedet kastrasi umur 3 bulan dan 4 bulan Konsumsi Umur pedet kastrasi 3 bulan 4 bulan Konsumsi BK 2,48 kg 2,38 kg Kebutuhan 2,79 kg 3,87 kg %BB 2,66 1,84 Konsumsi PK 0,43 kg 0,41 kg Kebutuhan 0,39 kg 0,54 kg Konsumsi PK dari kedua umur kastrasi tidak menunjukkan perbedaan nyata. Konsumsi PK mampu memenuhi kebutuhan ternak dari kedua umur. Konsumsi protein kasar pada ransum 0,100-0,598 kg/ekor/hari untuk bobot badan 45-150 kg (NRC, 2001). Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata konversi pakan pedet kastrasi umur 3 bulan adalah 5,15±0,87 sedangkan pedet kastrasi umur 4 bulan adalah 4,48±0,48. Hasil ini secara statistik berbeda nyata, artinya perbedaan umur kastrasi pedet persilangan Wagyu memberikan perbedaan terhadap konversi pakan. Konversi pakan yang baik pada penelitian ini adalah pedet kastrasi umur 4 bulan. Angka yang lebih rendah menunjukkan efisiensi penggunaan pakan. Konversi pakan sebagai patokan untuk memantau atau menggambarkan kinerja penggemukan sapi potong. Priyanto, dkk (2015) menyatakan bahwa rendahnya angka konversi pakan menandakan ternak tersebut lebih efisien mengubah nutrisi pakan menjadi masa tubuh dengan indikasi peningkatan PBBH yang cepat dan selisih periode. yang cukup signifikan. KESIMPULAN Pedet kastrasi umur 4 bulan menunjukkan performan terhadap pertambahan bobot badan harian yang lebih tinggi sebesar 0,85 kg/ekor/hari dibandingkan pedet kastrasi umur 3 bulan sebesar 0,78 kg/ekor/hari. Oleh karena itu kastrasi lebih tepat dilakukan pada pedet umur 4 bulan. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih kepada PT AusAsia Lampung yang telah memfasilitasi penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Bretschneider, G. 2005. Effects of age and method of castration on performance and stress response of beef male cattle: A review. Livestock Production Science. Volume 97, Issues 2 3, November 2005, Pages 89 100 Feradis. 2010. Reproduksi ternak. Penerbit Alfabeta. Bandung: 13-14. Grandin, T. 2015. Improving animal welfare 2 nd Edition. Colorado State University. USA. Ihsan, M. N. 2011. Ilmu reproduksi ternak dasar. UB Press. Malang. Marti, S., Realini C. E., Bach, A., Pérez-Juan, M., Devant, M. 2014. Effect of castration and slaughter age on performance, carcass, and meat quality traits of Holstein calves fed a high-concentrate diet. J. Anim. Sci.2013.91:1129 1140. 57

Micol, D., M. P. Oury, B. Picard, J. F. Hocquette, M. Briand, R. Dumont, D. Egal, R. Jailler, H. Dubroeucq, and J. Agabriel. 2009. Effect of age at castration on animal performance, muscle characteristics and meat quality traits in 26-month-old Charolais Steers. Livestock Sci. 120(1-2):116 126. NRC. 2001. Nutrient requirements of beef cattle: Seventh Revised Edition: Update 2000. Subcommittee on Beef Cattle Nutrition. Committee on Animal Nutrition. National Research Council. Orey, D. 2008. The beef cow-calf manual. Alberta Agriculture and Food. Edmonton, Alberta. Canada. Pezza, K. 2014. Backyard farming: Raising cattle. Hatherleigh Press. New York. Priyanto, R., A. M. Fuah dan E. L. Aditia. 2015. Peningkatan produksi dan kualitas daging sapi lokal melalui penggemukan berbasis serealia pada taraf energi yang berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 20 (2): 108-114. 58