BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting, dimana dalam kehidupan masyarakat sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal ini dikarenakan sektor perbankan merupakan suatu lembaga yang mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran pembayaran (Veithzal dkk, 2007:109). Perbankan di Indonesia sudah merasakan berbagai macam reformasi, pada tahun 1988 pemerintah bersama BI melangkah lebih lanjut dalam deregulasi perbankan dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto 88) yang menjadi titik balik dari berbagai kebijakan penertiban perbankan 1971 1972. Pemberian izin usaha bank baru yang telah dihentikan sejak tahun 1971 dibuka kembali oleh Pakto 88, demikian pula dengan ijin pembukaan kantor cabang atau pendirian BPR menjadi lebih dipermudah dengan persyaratan modal ringan. Suatu kemudahan yang sebelumnya belum pernah dirasakan oleh dunia perbankan. Salah satu ketentuan fundamental dalam Pakto 88 adalah perijinan untuk bank devisa yang hanya mensyaratkan tingkat kesehatan dan aset bank telah mencapai minimal Rp 100 juta. Pakto 88 juga mempunyai efek samping dalam bentuk penyalahgunaan kebebasan dan kemudahan oleh para pengurus bank. Lalu kredit macet menjadi sangat tinggi. Bersamaan dengan kebijakan Pakto 88, BI secara intensif memulai pengembangan bank-bank sekunder seperti bank pasar, bank desa, dan badan kredit desa (www.bi.go.id).
Bagi perbankan nasional aspek permodalan merupakan hal yang sangat penting karena dalam persaingan global membutuhkan kekuatan permodalan yang sangat besar. Penilaian terhadap rasio permodalan yang lazim digunakan untuk mengukur kesehatan bank yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) yang didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR). Menurut PBI No. 10/15/PBI/2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sebuah bank mengalami risiko modal apabila tidak dapat menyediakan modal minimum sebesar 8%. Dengan penetapan CAR pada tingkat tertentu dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya resiko. CAR adalah rasio modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Modal yang dimaksud terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti sendiri terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal (Rizky, 2008:233). Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) merupakan nilai total dari masing- masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko dari masing- masing aktiva. CAR yaitu Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko (Dendawijaya, 2000:122). Menurut Riyadi (2006:161) CAR yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari ATMR, atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko operasional, ini tergantung pada
kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/ standar internasional yang di keluarkan oleh Banking of International Settlement (BIS). Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh De Bondt dan Prast (2000), Ghosh et al. (2003), Godlewski (2005) serta Senyonga dan Prabowo (2006) yang menguji mengenai rasio permodalan bank membuktikan bahwa modal bank merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam mengembangkan usahanya dan menampung risiko kerugian dan kebangkrutan. Faktor-faktor yang memengaruhi CAR antara lain Kualitas Aset, Likuiditas, Rentabilitas, dan Efisiensi Operasional. Kesiapan dalam menghadapi risiko kerugian, bank berkewajiban menjaga kualitas aktiva produktifnya. Penilaian kualitas aset mencerminkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya. Aktiva Produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah maupun valas yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya (Siamat, 2005:319). Menurut Siamat (2001:174) kredit bermasalah atau sering juga disebut Non Performing Loan (NPL) yaitu kualitas aktiva kredit yang bermasalah akibat pinjaman oleh debitur yang gagal melakukan pelunasan karena adanya faktor eksternal. Batas minimum NPL yaitu 5 persen. Peningkatan NPL akan mencerminkan risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Apabila semakin tinggi NPL maka tunggakan bunga kredit semakin tinggi sehingga menurunkan pendapatan bunga dan Capital Adequacy Ratio (CAR) akan turun pula.
NPL merupakan pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Fatwal, 2012). Terdapat perbedaan dalam hasil penelitian sebelumya, dinamakan research gap. Penelitian mengenai pengaruh NPL terhadap CAR dilakukan oleh Roos (2011), Andersson (2013) dan Indrawati (2008) bahwa NPL berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap CAR. Namun hal yang berlainan dikemukakan oleh Wahyuni (2009) dan Tracey (2011), yang memperoleh hasil NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Selain Kualitas Aset Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank. Menurut Kasmir (2008 : 286) rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Kata lain yaitu, dapat membayar kembali pecairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Bank dikatakan likuid jika bank dapat membayar semua hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek (tabungan, giro, dan deposito) serta mampu membayar dan dapat memenuhi semua permintaan kredit yang harus dipenuhi. Likuiditas dihitung dengan rasio Loan to Deposits Ratio (LDR) Menurut PBI No. 15/7/PBI/2013 Pasal 10, Batas bawah LDR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen). Batas atas LDR Target; 1) sebesar 100% (seratus persen) sampai dengan tanggal 1 Desember 2013; dan 2) sebesar 92% (sembilan puluh dua persen) sejak tanggal 2 Desember 2013. Pertumbuhan kredit yang diberikan lebih tinggi dari jumlah dana yang dihimpun menyebabkan peningkatan nilai LDR namun menurunnya nilai CAR. Apabila pertumbuhan jumlah kredit lebih besar daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun maka hal tersebut akan membuat nilai LDR semakin tinggi. Akibat
dari nilai LDR yang tinggi maka kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin rendah (Dendawijaya, 2008:116). Penelitian mengenai pengaruh LDR terhadap CAR dilakukan oleh Al-Tamimi (2013) bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Hal yang berlainan dikemukakan oleh Anjani (2013) dan Yuanjuan et.al (2012) menemukan hasil bahwa LDR memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap CAR. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecukupan modal bank adalah Rentabilitas. Rentabilitas atau Profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank memperoleh laba atau keuntungan dengan modal yang dimilikinya. Rasio profitabilitas ini yang digunakan adalah Return On Assets (ROA) karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas dengan pendekatan ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income (Kasmir, 2010:297). Menurut Dendawijaya (2008:118), semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dengan semakin besar ROA maka semakin meningkat pula CAR. Penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap CAR dilakukan oleh Fitrianto dan Mawardi (2006) bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap CAR. Namun hal yang berlainan dikemukakan oleh Sulistyorini (2011) dan Sefri (2010) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap CAR. Sesuai dengan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yakni SE No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, ketentuan untuk ROA minimal yang ideal bagi bank adalah 1.5%. Artinya bahwa jika bank memperoleh keuntungan di bawah nilai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maka bank tersebut dinyatakan masih belum optimal dalam mengelola asetnya.
Selain Kualitas Aset, Likuiditas, dan Rentabilitas, Efisiensi Operasional juga mempengaruhi CAR secara langsung. Efisiensi operasional merupakan efisiensi perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya dalam menghasilkan penjualan, sehingga biaya dapat diminimalkan dan akan tercapai laba yang maksimum. Semakin efisien perusahaan menggunakan total asetnya, maka total cost akan semakin kecil dan net profit semakin besar. Sedangkan efektivitas perusahaan yang dimaksud adalah efektivitas perusahaan dalam manajemen aktiva baik lancar maupun tetap, dan juga efektivitas struktur pendanaan aktiva-aktiva tersebut, sehingga tingkat pengembalian lebih besar dari dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut (Sawir, 2005:133). Efisiensi Operasional dapat diukur dengan rasio Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Hariyani, 2010:54). Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.15/7/DPNP tanggal 8 Maret 2013 dijelaskan bahwa rasio BOPO yang harus dijaga bank umum tidak lebih dari 85%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai BOPO sudah memenuhi kriteria Bank Indonesia. Menurut Joliana (2013) semakin besar rasio BOPO menunjukkan bank yang kurang efisien dalam mengendalikan biaya operasionalnya. Sedangkan semakin kecil rasio BOPO maka semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya. BOPO yang besar mengandung arti biaya operasional yang ditanggung lebih besar daripada pendapatan operasional sehingga kemungkinan modal digunakan untuk menutupi biaya operasional tersebut. Untuk itu BOPO yang besar akan menurunkan CAR, dan BOPO yang rendah akan meningkatkan CAR.
Penelitian mengenai pengaruh BOPO terhadap CAR dilakukan oleh Shitawati (2006) dan Roos (2011) yang menyebutkan bahwa secara parsial BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap CAR. Namun hal yang berlainan dikemukakan oleh Chatarine (2014) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang tidak sama (research gap) pada masing-masing variabel yang memperngaruhi Rasio Kecukupan Modal Perbankan yang telah dijabarkan diatas. Maka penelitian ini menggunakan judul Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Rentabilitas, dan Efisiensi Operasional terhadap Rasio Kecukupan Modal Perbankan di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2013-2014. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Dari paparan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah untuk penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Apakah kualitas aset berpengaruh terhadap rasio kecukupan modal perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014? 2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap rasio kecukupan modal perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014? 3. Apakah rentabilitas berpengaruh terhadap rasio kecukupan modal perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014? 4. Apakah efisiensi operasional berpengaruh terhadap rasio kecukupan modal perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas aset terhadap rasio kecukupan modal perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap rasio kecukupan modal perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh rentabilitas terhadap rasio kecukupan modal perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014. 4. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi operasioanal terhadap rasio kecukupan modal perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1) Kegunaan teoritis a) Memberikan bukti empiris mengenai variabel-variabel yang dapat mempengaruhi rasio kecukupan modal perbankan. 2) Kegunaan praktis Bagi lembaga perbankan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan dana dalam rangka menjaga Kecukupan Modal Perbankan. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara terperinci serta sistematis untuk memberi gambaran yang jelas dan mempermudah pembahasan tentang penelitian ini. Adapun pola umum sistematika penyusunan skripsi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori yang berasal dari berbagai literatur yang dianggap relevan dengan permasalahan yang ada agar dapat diakomodasikan sebagai argumentasi yang akurat sesuai dengan pokok permasalahan dan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, subyek dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian yang diperoleh setelah dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu dalam laporan penelitian ini disajikan pula hasil pengujian hipotesis yang selanjutnya dilakukan pembahasan atas semua hasil penelitian dan pengujian hipotesis dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang digunakan sebagai acuan dan hasil penelitian sebelumnya. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini diuraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan topik penelitian ini.