PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA K.G.P.A.A. MANGKUNAGORO I PROVINSI JAWA TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA R.

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEWENANGAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NO SERI.D PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. D

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. UMUM. Sejalan...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daer

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 14 TAHUN 2000 TENTANG PUNGUTAN MASUK PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL BUNAKEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 01 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

Transkripsi:

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2003 Tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan, Pengelolaan Tahura dilaksanakan oleh Gubernur, Walikota/ Bupati, telah keluarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.353/Menhut-II/2004, 28 September 2004, tentang Penetapan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Produksi Tetap pada Kelompok Hutan Bunder menjadi Taman Hutan Raya; b. bahwa kawasan Taman Hutan Raya Bunder memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain dan kekayaan alam hayati serta non hayati yang sangat beragam sehingga perlu diberikan perlindungan; c. bahwa kawasan Taman Hutan Raya Bunder memiliki ekosistem Karst dengan singkapan batuan kapur yang spesifik, letaknya strategis sehingga memiliki berbagai potensi untuk tujuan penelitian, pendidikan dan ekowisata; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 Juncto Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827); 3. Undang undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419; 4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang) Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4412); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 44,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5116); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217); 10. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts- II/2003 Tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan, Pengelolaan Tahura dilaksanakan oleh Gubernur, Walikota/ Bupati; 11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut II/ 2010 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; 12. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.353/Menhut-II/2004, 28 September 2004, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Produksi Tetap Pada Kelompok Hutan Bunder Petak 11,15.20, 21 dan Banaran Petak 19,22,23,24 seluas + 617 Ha yang

Terletak di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY Menjadi Taman Hutan Raya; 13. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 7); 14. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025; (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 Nomor 1) Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA dan GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Taman Hutan Raya yang selanjutnya disingkat Tahura adalah Taman Hutan Raya Bunder.

2. Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. 3. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya. 4. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela untuk menikmati keunikan dan keindahan alam. 5. Blok Perlindungan adalah bagian dari kawasan tahura yang mutlak harus dilindungi dan pengunjung dilarang memasuki kecuali untuk kepentingan penelitian dan pengelolaan kawasan. 6. Blok Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan tahura yang secara intensif diperuntukkan untuk kegiatan wisata, pengusahaan, pengelolaan dan pengembangan serta budidaya tanaman. 7. Blok Lainnya adalah bagian dari kawasan Tahura yang ditetapkan karena adanya kepentingan khusus guna menjamin efektivitas pengelolaan Tahura. Blok Lainnya antara lain terdiri dari blok tradisional, blok religi, blok budaya, dan blok sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, kegiatan adat budaya, perlindungan nilai-nilai budaya, atau sejarah. 8. Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya adalah panduan yang memuat tujuan, kegiatan, dan perangkat yang diperlukan untuk pengelolaan taman hutan raya. 9. Perlindungan adalah pengakuan pemerintah terhadap hak dan kewajibannya sebagai mitra yang telah disepakati bersama untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. 10. Pemanfatan jasa lingkungan adalah bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya, seperti pemanfatan untuk wisata alam, pemanfatan air, pemanfatan keindahan dan kenyamanan.

11. Pemanfatan kawasan adalah bentuk pemanfatan kawasan pada Tahura dengan tidak mengurangi fungsi kawasan. 12. Kerjasama adalah kesepakatan antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga tentang pengelolaan Tahura yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban. 13. Kolaborasi Pengelolaan Tahura adalah pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan Tahura secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 14. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. 15. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 16. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta 17. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Pengelolaan Tahura dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, lestari, berkeadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan. Pasal 3 Pengelolaan Tahura bertujuan untuk: a. terjaminnya kelestarian Tahura serta pelestarian plasma nutfah hutan Indonesia; b. membentuk, memelihara, melengkapi, dan melestarikan koleksi tumbuhan dan satwa serta potensi Tahura;

c. tercapainya optimalisasi pemanfatan Tahura untuk tujuan koleksi tumbuhan, satwa dan budidayanya. d. terwujudnya tata kelola yang profesional, sinergis, dan partisipatif; e. terwujudnya pengembangan Tahura sebagai kawasan kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, pariwisata dan rekreasi; dan f. terwujudnya Tahura sebagai simpul pertumbuhan dan pengembangan kawasan sekitarnya. BAB III FUNGSI KAWASAN Pasal 4 Kawasan Tahura berfungsi untuk: a. perlindungan sistem penyangga kehidupan; b. pengawetan konservasi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa; c. pemanfatan secara lestari, sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; d. budidaya dan produksi tumbuhan dan satwa; dan e. obyek pariwisata. Pasal 5 (1) Kawasan Tahura dibagi dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan. (2) Pembagian kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. blok perlindungan; b. blok pemanfaatan; dan c. blok lainnya.

BAB IV TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH Pasal 6 Pemerintah Daerah mempunyai tugas melaksanakan perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan Tahura. Pasal 7 Pemerintah Daerah berwenang: a. menentukan kebijakan; b. menyediakan infrastruktur dasar; c. memberikan izin; dan d. melakukan pembinaan dan pengawasan. BAB V PENGELOLAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 8 Pemerintah Daerah mengelola Tahura dengan tahapan sebagai berikut: a. perencanaan; b. pelaksanaan; dan c. pembinaan, pengendalian dan pengawasan. Bagian Kedua Perencanaan Pasal 9 (1) Rencana pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, meliputi : a. penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang; b. penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah; dan

c. penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek. (2) Rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sebagai acuan pengelolaan: a. pemanfaatan kawasan sebagai pembangunan sarana dan prasarana serta kelembagaan pengelolaan yang memadai; b. perlindungan hutan sebagai penyangga kehidupan; dan c. pengawetan tumbuhan dan/atau satwa langka, tumbuhan dan/atau satwa yang memiliki nilai budaya dan kearifan lokal bagi masyarakat, serta yang berpotensi untuk menunjang budidaya. (3) Tata cara penyusunan rencana pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur. Bagian Ketiga Pelaksanaan Paragraf 1 Umum Pasal 10 Pelaksanaan pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi : a. pemantapan dan penataan kawasan; b. pengelolaan potensi kawasan; c. perlindungan dan pengamanan kawasan; d. pembinaan lingkungan hidup; dan e. pengembangan pariwisata. Paragraf 2 Pemantapan dan Penataan Kawasan Pasal 11 Pemantapan dan penataan Kawasan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi: a. pengukuhan status kawasan mulai dari penunjukan, penataan batas, sampai pada penetapan status kawasan; b. pemeliharaan batas dan tanda batas kawasan termasuk rekonstruksi batas; dan

c. penataan kawasan ke dalam Blok Perlindungan, Blok Pemanfaatan dan Blok lainnya. Paragraf 3 Pengelolaan Potensi Kawasan Pasal 12 Pengelolaan potensi kawasan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi: a. inventarisasi dan identifikasi potensi kawasan; b. pembagian lokasi pemanfaatan; c. peningkatan nilai kawasan; dan d. rehabilitasi kawasan yang rusak. Paragraf 4 Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Pasal 13 Perlindungan dan pengamanan kawasan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c dilakukan dengan kegiatan: a. perlindungan dan pengamanan batas fisik kawasan; b. identifikasi daerah rawan gangguan; c. pemasangan tanda larangan di tempat yang strategis; d. patroli berkala dan berkesinambungan; e. melibatkan masyarakat sekitar melalui pengamanan swakarsa; dan f. penyediaan pos-pos jaga. Paragraf 5 Pembinaan Lingkungan Hidup Pasal 14 Pembinaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d meliputi: a. mempertahankan dan mengembangkan sumber daya alam dan sumber daya hayati yang telah ada;

b. mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan baik secara langsung atau tidak langsung yang diakibatkan oleh kegiatan Tahura; dan c. melakukan pemulihan lingkungan hidup. Paragraf 6 Pengembangan Pariwisata Pasal 15 Prinsip-prinsip pengembangan pariwisata di Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e meliputi: a. pariwisata yang ramah lingkungan; b. partisipasi masyarakat di sekitar; dan c. Memberi ruang terhadap berkembangnya budaya lokal. Pasal 16 Jenis Usaha Pariwisata yang dapat dikembangkan di Kawasan Tahura meliputi: a. penyediaan Jasa Wisata Alam, antara lain: 1) informasi pariwisata; 2) pramuwisata; 3) transportasi; 4) perjalanan wisata; 5) cinderamata; dan/atau 6) makanan dan minuman. b. penyediaan Sarana Wisata Alam, antara lain: 1) wisata tirta; 2) akomodasi; 3) transportasi; 4) wisata petualangan; atau 5) usaha lainnya yang sejenis.

Pasal 17 (1) Penyediaan Jasa Wisata Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a dapat dilakukan di seluruh kawasan Tahura dengan ketentuan tidak mengganggu fungsi dan peruntukan blok. (2) Penyediaan Sarana Wisata Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b hanya dapat dilakukan pada blok pemanfaatan dan blok lainnya. Bagian Keempat Pembinaan, Pengawasan Dan Pengendalian Pasal 18 (1) Gubernur harus melakukan Pembinaan, pengawasan dan pengendalian melalui SKPD/Unit Kerja terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya. (2) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi. (3) Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirumuskan dalam bentuk rencana aksi Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Tahura. (4) Koordinator Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD/Unit Kerja yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan. BAB VI KOLABORASI DAN KERJASAMA Bagian Kesatu Kolaborasi Pasal 19 (1) SKPD/Unit Kerja yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan dapat mengadakan Kolaborasi dalam mengelola Tahura. (2) Kolaborasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan: a. penataan kawasan; b. penyusunan rencana pengelolaan kawasan suaka alam dan atau kawasan pelestarian alam;

c. pembinaan Daya Dukung Kawasan; d. pemanfaatan kawasan; e. pendidikan, penelitian dan pengembangan; f. perlindungan dan Pengamanan Potensi Kawasan; g. pengembangan Sumber Daya Manusia dalam rangka mendukung pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; h. pembangunan sarana dan Prasarana dalam rangka menunjang pelaksanaan kolaborasi; dan i. pembinaan Partisipasi Masyarakat. Pasal 20 Kolaborasi pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 (1) dapat dilakukan dengan pihak: ayat a. pemerintah pusat; b. pemerintah daerah lain; c. kelompok masyarakat sekitar; d. perorangan, kelompok orang atau badan hukum baik dari dalam maupun luar negeri; e. lembaga swadaya masyarakat nasional, dan internasional yang bekerja di bidang lingkungan hidup; dan/atau f. lembaga pendidikan dan penelitian. Pasal 21 (1) Kolaborasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dibuat dengan perjanjian tertulis. (2) Perjanjian kolaborasi paling kurang memuat: a. kegiatan yang akan dikolaborasikan; b. hak dan kewajiban para pihak; c. jangka waktu; d. berakhirnya perjanjian kolaborasi, dan e. pengaturan setelah berakhirnya kolaborasi. (3) Kontribusi kolaborasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dapat berupa: a. sumber daya manusia; b. sarana dan prasarana;

c. data dan informasi; d. pendanaan;dan/atau e. dukungan lain sesuai kesepakatan bersama. (4) SKPD/Unit Kerja yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan melaporkan perjanjian kolaborasi secara tertulis kepada Gubernur. Bagian Kedua Kerjasama Pasal 22 (1) SKPD/Unit Kerja yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan dapat mengadakan Kerjasama dalam mengelola Tahura. (2) Obyek kerjasama pengelolaan Tahura antara lain: a. pengawetan; b. pembangunan; c. pemanfaatan; d. pemeliharaan; e. perlindungan dan pengamanan; dan/atau f. pemungutan. (3) Kontribusi kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa: a. sumber daya manusia; b. sarana dan prasarana; c. data dan informasi; d. pendanaan; dan/atau e. dukungan lain sesuai kesepakatan bersama. Pasal 23 Kerjasama pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (1) dapat dilakukan dengan pihak: ayat a. badan hukum Indonesia; b. badan hukum Asing; c. kelompok orang; atau d. orang perorangan.

Pasal 24 (1) Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dibuat dalam perjanjian tertulis. (2) Perjanjian kerjasama paling kurang memuat: a. kegiatan yang akan dikerjasamakan; b. hak dan kewajiban para pihak; c. jangka waktu; d. berakhirnya perjanjian, dan e. pengaturan setelah berakhirnya kerjasama. (3) SKPD/Unit Kerja yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan melaporkan perjanjian kerjasama secara tertulis kepada Gubernur. Bagian Ketiga Larangan Pasal 25 Dalam perjanjian kolaborasi atau kerjasama memuat larangan paling kurang : a. menelantarkan kawasan pemanfatan yang telah mendapat izin. b. membebankan sebagai jaminan kawasan yang diusahakan. c. memindahtangankan izin pengusahaan tanpa persetujuan Gubernur atau pejabat yang ditunjuk d. mengubah status dan fungsi Tahura. e. mengalihkan hak atas tanah atas kawasan Tahura. BAB VII PERIZINAN Pasal 26 (1) Setiap orang yang akan memanfaatkan Tahura wajib mendapat izin Gubernur atau pejabat yang ditunjuk. (2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kegiatan pendidikan, dan penelitian;

b. kegiatan non komersial; atau c. kegiatan komersial. (3) Jenis Izin pemanfaatan Tahura sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. Pemanfaatan jasa lingkungan; b. Pemanfaatan kawasan; c. Pemungutan hasil hutan kayu; dan d. Pemungutan hasil hutan bukan kayu (4) Tata cara dan persyaratan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 27 (1) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Tahura antara lain: a. turut serta dalam pengelolaan Tahura atas dasar kolaborasi atau kerjasama; b. turut serta dalam menjaga keberlangsungan Tahura; c. turut serta memberi informasi, saran serta pertimbangan dalam pengelolaan Tahura; dan/atau d. turut serta dalam melakukan pengawasan dalam pengelolaan Tahura (2) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Tahura diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur BAB IX PENYIDIKAN Pasal 28 Selain oleh Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidikan atas pelanggaran ketentuan di dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 29 (1) Setiap orang yang memanfaatkan Tahura tanpa izin dari Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HAMENGKU BUWONO X Diundangkan di Yogyakarta pada tanggal SEKRETARIS DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ICHSANURI LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013 NOMOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER I. UMUM Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Oleh sebab itu, Pengembangan Taman Hutan Raya BUNDER merupakan suatu pilihan yang tepat dalam melakukan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yang sekaligus untuk mendukung spesifikasi Yogyakarta sebagi kota pendidikan dan kota wisata. Taman Hutan Raya Bunder sebagai taman hutan raya yang mampu memberikan akomodasi bagi konservasi sumberdaya alam di bidang kehutanan dan kegiatan pariwisata dengan pengelolaan secara profesional dan mandiri serta diharapkan ikut serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Secara garis besar fasilitas pengelolaan yang diperlukan adalah untuk mewadahi seluruh kegiatan yang terkait dengan pengelolaan Tahura Bunder baik sebagai Hutan Konservasi maupun sebagai Tempat Wisata dan Pendidikan. Sarana dan Prasarana yang direncanakan harus disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan sesuai pengembangan yang direncanakan. Konsep pengembangan kawasan Tahura Bunder berorientasi pada pembangunan ( development) dan pelestarian ( conservation). Dalam orientasi pembangunan, diarahkan pada pengoptimalan pengembangan dan pemanfaatan potensi yang dimiliki di mana terdapat bagian kawasan yang dapat dimanfaatkan berdasar sumberdaya yang dimiliki untuk mewadahi aktivitas rekreasi dan wisata dengan minat khusus. Sedangkan

dalam orientasi pelestarian, diarahkan untuk tetap berada pada jalur dan rambu-rambu konservasi sumber daya alam yang dimiliki di mana terdapat bagian kawasan yang lebih difokuskan pada pelestarian sumberdaya untuk keperluan keseimbangan ekosistem dan penelitian. Tahura sebagai suatu kawasan dengan berbagai kepentingan yang sangat luas perlu adanya pola pengelolaan yang profesional sehingga dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Pemerintah dan masyarakat memiliki tanggung jawab bersama dalam menjaga kelangsungan Tahura. Tanggung jawab ini muncul melalui pendanaan untuk kepentingan infrastruktur dasar dan infrastruktur yang diperlukan guna mencapai optimalisasi fungsi Tahura. Mekanisme kolaborasi dan kerjasama merupakan langkah yang diperlukan untuk menunjang kepentingan tersebut. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Yang dimaksud dengan: - Asas manfaat adalah pengelolaan Tahura dapat memberikan manfaat secara edukasi, ekologi, ekonomi dan sosial budaya. - Asas lestari adalah pengelolaan Tahura dilakukan secara berkelanjutan dan tetap melestarikan fungsi kawasan Tahura sebagai kawasan edukasi, ekologi, ekonomi dan sosial budaya. - Asas keadilan adalah memberikan kesempatan yang sama kepada para pihak untuk terlibat dalam pengelolaan tahura. - Asas kebersamaan adalah dalam pengelolaan Tahura dapat dilakukan secara bersama-sama dengan para pihak melalui kerjasama/kolaborasi. - Asas keterbukaan adalah dalam pengelolaan Tahura terbuka bagi para pihak untuk berpartisipasi. - Asas keterpaduan adalah dalam pengelolaan Tahura dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan kepentingan nasional, regional, sektor lain, dan masyarakat setempat

Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Rencana pengelolaan Jangka Panjang disusun untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, Rencana Pengelolaan Jangka Menengah disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan Rencana pengelolaan Jangka Pendek disusun untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14

Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18: Kolaborasi Pengelolaan Taman Hutan Raya adalah pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan Kawasan Taman Hutan Raya secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Kerjsama adalah perjanjian antara Pemerintah Daerah dengan Swasta (investor) untuk mampu mengoptimalkan utilisasi ekonomi Taman Hutan Raya. Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26

Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR