KONVENSI INTERNASIONAL DAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PERLINDUNGAN KEHATI DAN MTA

dokumen-dokumen yang mirip
Latar Belakang dan Tujuan Pemberlakuan MTA

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERIZINAN PENELITIAN ASING. PP No 41/2006

LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2006

Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA

PEDOMAN PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL(PPM) ATAU MATERIAL TRANSFER AGREEMENT (MTA)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan

1.1. Latar Belakang dan Tujuan

2013, No.73.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KebijakanKeanekaragamanHayati. FakultasPertaniandanPeternakan

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengkajian. Keamanan. Pangan. Produk. Rekayasa Genetik. Pedoman.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

Pengelolaan dan Pengawasan Sumber Daya Genetik serta Scientific Access bagi Peneliti Asing

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.11/MEN/2010 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. NOMOR 112 /M/Kp/X/2009.

RUU RANCANGAN UNDANG-UNDANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

Indonesian Culture Collection (InaCC) Sebagai Pusat Depositori Nasional Untuk Koleksi Mikroba

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya daratan,

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah

LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ilmu Pe

PEDOMAN PERJANJIAN PENGALIHAN MATERIAL DI LINGKUNGAN LIPI

KONTRAK PERKULIAHAN. Nama Mata Kuliah : UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Kode Mata Kuliah : JIO MANFAAT MATA KULIAH

RANCANGAN TUGAS TATAP MUKA (PERTEMUAN) KE-12

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 734/Kpts/OT. 140/12/2006 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Aspek Legal Produk Rekayasa Genetik

PERSETUJUAN ATAS DASAR INFORMASI AWAL [PADIA] PRIOR INFORMED CONSENT Untuk AKSES TERHADAP SUMBER DAYA GENETIK For ACCES TO GENETIC RESOURCES

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.83/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

LAPORAN PELATIHAN ETIK DASAR PENELITIAN KESEHATAN

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

KEBIJAKAN BIOTEKNOLOGI DALAM KERJASAMA DI BIDANG MIKROBIOLOGI

LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGUATAN RISET DAN PENGEMBANGAN KEMENRISTEKDIKTI

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN

Terjemahan Naskah International Treaty on Plant GeneticResources for Food and Agriculture

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

Material Transfer Agreement Dan Izin Penelitian Asing

The 4 th Session of the Governing Body of the International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture Tahun 2011;

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN

PERLINDUNGAN KEPADA PETANI KECIL DALAM UNDANG-UNDANG NO. 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REGISTRI PENELITIAN KLINIK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP AKSES DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURNAL PERJANJIAN INTERNATIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN KERTAS POSISI WWF INDONESIA TENTANG PEMANFAATAN TRADISIONAL SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KONSERVASI

LATAR BELAKANG DAN POKOK-POKOK PERUBAHAN UU NO 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

BREEDER RIGHTS AND FARMERS RIGHTS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

TERJEMAHAN: INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CATATAN DAN USULAN DALAM PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PERTANYAAN SURVEY EVALUASI PROGRAM INSENTIF RISET

Transkripsi:

KONVENSI INTERNASIONAL DAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PERLINDUNGAN KEHATI DAN MTA MUHAMMAD AGIL (FKH IPB) Pelatihan Penyusunan MTA Konvensi Internasional dan Peraturan Perundang- Undangan Terkait Perlindungan Kehati dan MTA Dirjen Riset dan Pengembangan, KEMENRISTEK DIKTI Hotel Santika BSD City, 4 Mei 2017

LATAR BELAKANG Perkembangan Kemajuan Penelitian Hayati dan Industri Bioteknologi: Problematik Negara Berkembang 2

STATUS AND BENEFIT FROM BIODIVERSITY Population: Indonesia 240 Mio (Asean: 600 Mio) To be one of the 17 megadiversity Country Indonesia is the second largest country in biodiversity resources after Brazil, including resources for vaccine development 3

INDONESIA Archipelagic state Marine Tropical Region Mega diversity country High Heterogenity in numbers and species

Indonesia: Sundaland & Wallacea, 2 dari 25 hotspots di dunia 5

Manfaat dan Pentingnya Biodiversity Bagi Manusia dan Pembangunan Memberikan kontribusi terhadap 40% ekonomi dunia 80% kebutuhan masyarakat miskin berasal dari biodiversity Pemanfaatan tradisional : pangan, pakaian, energi, peralatan, kertas, tinta, dlsb Pemanfaatan untuk pertanian Pemanfaatan untuk kedokteran (10 sampai 20 spesies tanaman dimanfaatkan untuk obat-obatan) Peran agama dan kebudayaan 6

Konvensi Internasional dan Perundangan-Undangan Perlindungan Keanekaragaman Hayati Tujuan Konvensi dan Perundang-Undangan Konservasi Pemanfaatan berkelanjutan Pembagian keuntungan yang adil dan seimbang 7

Konvensi Internasional dan Perundangan-Undangan Perlindungan Keanekaragaman Hayati KONVENSI INTERNASIONAL Convention on Biological Diversity (CBD) International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological Diversity Nagoya Protocol on Access and Benefit Sharing from their Utilization 8

Konvensi Internasional dan Perundangan-Undangan Perlindungan Keanekaragaman Hayati UU No. 5 tahun 1994 ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati UU No. 21 tahun 2004 ratifikasi Protokol Cartagena untuk Keamanan Hayati untuk Konvensi Keanekaragaman Hayati UU No. 4 tahun 2006 ratifikasi Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian UU No. 11 tahun 2013 ratifikasi Protokol Nagoya untuk Akses Sumber Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang 9

Bagaimana Dengan Adanya Transfer Material/Sampel 10

Aspek Penting dalam Pengelolaan Transfer Material Harus bersifat institusional, saling menguntungkan, dan perlindungan IPR (Institusi vs Individu) Harus dilengkapi dengan dokumen kerjasama (MoU vs MoA/LoA vs MTA) Harus mengikuti aturan perundang-undangan (UU/PP/Permen RI & CBD & Nagoya Protokol) Harus menjamin keamanan Negara dan perlindungan sumberdaya alam Indonesia 11

Mengapa Harus ada MTA??? Mengapa sekarang masalah spesimen diregulasi... Apa salahnya...? Mengapa penelitian di Indonesia diatur dengan regulasi MTA...? 12

Issue Utama Kerjasama penelitian int l semakin meningkat di Indonesia Sadarkah peneliti Indonesia akan posisinya dalam Berbagai penelitian..? Adakah yg tidak pas..? Sejauh mana institusi (FK/PT/LP) memfasilitasi peneliti dalam menangani berbagai perjanjian dan perijinan penelitian? 13

Material Transfer Agreement (MTA) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006 tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture yang di dalamnya terdapat pengaturan mengenai Material Transfer Agreement (Perjanjian Pengalihan Bahan) yang memperbolehkan pertukaran sampel dan/atau spesimen antar negara untuk kepentingan penelitian 14

Perundang-Undangan & Peraturan Penyusunan MTA UU No. 4 tahun 2006 ratifikasi Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian PERMENTAN No.1 tahun 2009 Pedoman Penyusunan Perjanjian Pengalihan Material PERMENKES No. 657 tahun 2009 Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya PERKA LIPI No. 9 tahun 2014 Pedoman Perjanjian Pengalihan Material 15

Material Transfer Agreement (MTA) MTA seharusnya adalah bagian turunan dari pasalpasal dalam MoA (dokumen High Call) apabila ada kegiatan pertukaran sampel dan/atau spesimen antara lembaga/institusi yang melakukan kerjasama penelitian. Apabila sbg perjanjian tunggal maka MTA harus disusun sebagai dokumen High Call 16

PENYUSUNAN MATERIAL TRANSFER AGREEMENT (MTA) 17

PERMASALAHAN Walaupun sebenarnya posisi Peneliti Indonesia kuat tapi sering mengalami disavantage / advantage semu dalam transaksi dengan pihak asing Otoritas peneliti Indonesia akses terhadap bahan penelitian belum diapresiasi sebagai power dan sharing dalam kerjasama penelitian Peluang yang ada justru dipandang sebagai suatu kendala (MTA???) MTA adalah proteksi dan Bargaining Document bagi peneliti Indonesia 18

SITUASI DILEMATIS Penelitian dengan pemeriksaan laboratorium di Luar Negeri yang sebenarnya dapat dilakukan di dalam negeri dengan alasan laboratorium Indonesia belum berkualitas Penelitian multi-senter yang diorganisir International Funding dengan membawa spesimen Indonesia ke luar negeri tanpa imbal manfaat bagi Peneliti Indonesia Sumberdaya Penelitian di Indonesia terbatas 19

ISSUE SENTRAL (1) Statement: Pengiriman materi biologik tanpa benefit sharing yang fair harus dihentikan. Transaksi penelitian biodiversitas atau biomedik selama ini dilakukan oleh individual, bukannya oleh institusi peneliti. Akibatnya, pihak peneliti dan institusinya tidak memperoleh peningkatan kapasitas (individual / institusional) sehingga peneliti tidak pernah setara dengan pihak manca negara 20

ISSUE SENTRAL (2) Evidence: sebagian besar peneliti yang mengajukan permohonan pengiriman spesimen ke Management Authority tidak memiliki kontrak antara pihak sponsor dengan institusi tempat dilakukannya penelitian tersebut. Kalaupun toh ada, dokumen yang didapati adalah MOU atau sekedar surat penugasan dari sponsor terhadap peneliti bukan kontrak/agreement yg mengikat 21

RESEARCHER S PURPOSES Professional Recognition - Professional Esteem; Publicity - Publications in Scientific Journal, PROFESSIONAL WELL-BEING Wealthiness Royalty, Financial Freedom, 22

INVESTIGATOR PENELITIAN INDONESIA Principal Investigator (PI) belum tentu peneliti Sering diposisikan sebagai sample collector bukan peneliti Dapat saja investigator = Peneliti Sering langsung kontak oleh sponsor / CRO tanpa melibatkan institusi Hak-hak investigator sangat minimal dan tidak terproteksi Acknowledgement (-) ; Professional indemnity insurance (-) 23

APA PENTINGNYA MTA??? MTA merupakan aspek penting dalam penelitian. MTA banyak dilakukan di bidang ilmu hayati (life sciences), kesehatan, maupun bidang lain. Pertimbangan perlindungan pengetahuan dan kearifan lokal, kekayaan hayati dan non hayati, maupun peningkatan keuntungan kerjasama penelitian internasional. MTA adalah perjanjian yang dipergunakan untuk menggambarkan syarat dan kondisi dalam tukar menukar material penelitian. 24

DALAM HAL APA MTA DIPERLUKAN??? Melindungi kepemilikan material penelitian dan informasi yang ada. Material dan/ atau informasi merupakan rahasia dagang. Material penelitian adalah bahan berbahaya, menular atau dilindungi oleh peraturan perundang-undangan mis. material yg bersifat unik atau kekayaan alam yang dilindungi Adanya pertimbangan potensi kepemilikan dan paten. Adanya pertimbangan terhadap hak hasil penelitian yang diperoleh dari material tersebut. 25

POIN-POIN PENTING YG HARUS ADA DI DALAM DOKUMEN MTA (1)??? Penerima tidak dapat mengubah, memodifikasi, maupun mengembangkan material penelitian tanpa pemberitahuan dan persetujuan tertulis dari pemilik Setiap temuan, komposisi atau invensi yang diperoleh, pengurangan dan penambahan dengan menggunakan material penelitian adalah milik pemilik material Penerima harus memberitahu pemilik material terhadap referensi yang menggunakan material tersebut 26

POIN-POIN PENTING YG HARUS ADA DI DALAM DOKUMEN MTA (2)??? Material penelitian tidak dapat dipergunakan pada manusia, tanaman dan hewan yang dikonsumsi sebagai makanan atau kepentingan komersial Larangan menggunakan material pada riset yang mempunyai kewajiban pada pihak ketiga. 27

CONTOH MTA (IPB dan Kemenkes) MTA Type lengkap (IPB & Kemenkes) MTA Type Sederhana (IPB & Kemenkes) MTA LIPI MTA Komersial 28

KASUS & PERMASALAHAN Bagaimana status penelitian dgn dana Technical Assistance (TA)??? Bagaimana status penelitian kerjasama asing dengan Pemda dan LSM??? Bagaimana status kegiatan summer course, internship atau field training yang mengambil dan membawa keluar sampel??? 29

KESIMPULAN MTA adalah dokumen penting yg harus ada mendampingi transfer material penelitian, dan sebagai dokumen perlindungan dan pengamanan bagi peneliti Indonesia MTA harus menjadi turunan dari MoA dan MoA adalah dokumen perjanjian High Call Apabila MTA dibuat tanpa ada payung MoA, maka MTA harus dibuat sebagai dokumen kontrak transfer material yang bersifat High Call 30

TERIMA KASIH Thank You