BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. formal masuk kategori pendidikan dasar yang cukup strategis dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Perubahan Lingkungan Fisik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERISTIWA BENDA PADAT DALAM AIR MELALUI KEGIATAN PRAKTIKUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya di laboratorium, dengan demikian IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses. Untuk itu ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut. (1) IPA tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi juga proses. (2) Sasaran pembelajaran IPA harus utuh menyeluruh dan (3) pembelajaran IPA akan lebih berarti apabila dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif (Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006) Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Alam untuk sekolah dasar meliputi aspekaspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: energi, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.1.2. Metode Inkuiri Menurut Noehi Nasution (2004:5.9) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai inkuiri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa yang harus ditempuh oleh murid dengan bimbingan peneliti untuk sampai pada penemuan-penemuan, dan bukan penemuan itu sendiri. Contoh pendekatan inkuri yang kita kenal adalah apa yang dilakukan Fransesco Redi (1621-1687). Redi berpendapat lain, bahwa larva itu tidak muncul dengan sendirinya. Tetapi larva itu berasal dari telur yang diletakkan oleh lalat yang hinggap pada daging. Redi kemudian menguji dugaannya atau hipotesisnya dengan percobaan sederhana. 6

7 Dari uraian tersebut kesimpulan yang dapat kita ambil adalah dalam metode inkuiri Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu pertama membuat perumusan hipotesis, kedua menguji hipotesis itu. Jadi apabila kita menemui suatu masalah yang perlu jawaban, tidak begitu saja dijawab, tetapi memakai langkah-langkah pencarian untuk menemukan jawabannya yang benar. 1. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode inkuiri 1) Siswa dikelompokkan dalam tiap kelompok terdiri dari lima murid. Seorang sebagai ketua, seorang pencatat, seorang pengarah, seorang pemantau diskusi dan seorang perangkum. 2) Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk LKS 3) Siswa melakukan diskusi dan percobaan dengan bimbingan guru 4) Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan diolah, diklasifikasikan, ditabulasi dalam laporan kerja kelompok. 5) Laporan hasil diskusi kelompok 6) Tanggapan siswa dari kelompok lain 7) Guru memberikan penegasan dan penguatan terhadap hasil diskusi siswa dan menarik kesimpulan umum. Menurut Sanjaya (2008:202), menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: (1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa (2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan (3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 7

8 2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 8

9 6. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. 2. Tujuan pembelajaran inkuiri antara lain sebagai berikut: 1) mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri. 2) mengembangkan kemampuan berfikir para siswa. Proses berfikir terdiri dari serentetan keterampilan-keterampilan yang memerlukan latihan dan pembiasaan. 3) melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi yang benar-benar dihayati 4) mengembangkan sikap ingin tahu, berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun kelompok. 3. Ciri-ciri pembelajaran inkuiri 1) Menggunakan keterampilan proses 2) Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu 3) Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah 4) Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri 5) Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau eksperimen, 6) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan mengumpulkan data mengadakan pengamatan, membaca/ menggunakan sumber lain. 7) Siswa melakukan penelitian secara indivdu/kelompok untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. 8) Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan. 4. Sasaran dan Syarat Pembelajaran Inkuri Sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiri adalah: 1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar 2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran 3) Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiri. 9

10 Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inquiri bagi siswa adalah: 1) Aspek sosial dikelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi 2) Inquiri berfokus pada hipotesis 3) Penggunaan fakta sebagai evidensi 5. Peranan Guru dalam Pembelajaran Inkuiri Peranan guru dalam pembelajaran inquiri yaitu: 1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir 2) Fasilitator, menunujukkan jala kelua jika siswa mengalami kesulitan 3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat 4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas 5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan 6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas 7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa. 6. Keunggulan Metode inkuiri Metode inkuiri ini memiliki keunggulan yaitu: 1) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. 5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. 10) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 2.1.3. Belajar Slameto dalam Uno (2011 : 139) mengatakan bahwa pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil 10

11 pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Uno (2008 : 18) bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri aturannya (termasuk konsep, teori dan definisi). Menurut Nasution dalam Uno (2001 : 141) bahwa belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial. Perubahan itu pada dasarnya didapatkannya berupa kemungkinan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Lebih lanjut Uno (2011 : 142) menyimpulkan pendapat dari beberapa ahli di atas, konsep belajar diidentifikasi beberapa unsur penting yang termuat dalam definisi belajar, yaitu sebagai berikut : 7. Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses mental dan emosional yang terjadi secara sadar. 8. Belajar adalah mengalami, dalam hal ini terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik / psikis maupun lingkungan sosial. Winataputra (2008:1.21) mengutip pendapat beberapa ahli tentang belajar antara lain: 1. B.F. Skiner Dalam teori Operant Conditioning, menyatakan bahwa belajar adalah perilaku dan perubahan perilaku yang tercermin dalam kekerapan respon yang merupakan fungsi dari kejadian dalam lingkungan dan kondisi. 2. Robert Gagne Dalam teori Conditioning of learning, menyatakan belajar lebih daripada proses yang berdiri sendiri, belajar merupakan proses yang unik yang tidak bisa dikurangi. 3. Albert Bandura Dalam teori social learning, menyatakan bahwa belajar merupakan interaksi segitiga antara lingkungan, faktor personal dan perilaku 2.1.4. Hasil belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2006 : 30) hasil belajar adalah 11

12 bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar: 1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian 3. Sikap dan cita-cita Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang- 12

13 ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. (http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html diakses 26 Maret 2012) 2.1.5. Hasil Belajar IPA Dari uraian tentang hakikat belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada penelitian ini hasil belajar siswa yang ingin ditingkatkan adalah pada materi pokok energi panas dan energi bunyi. Hasil belajar IPA ditunjukan dengan nilai-nilai siswa yang diperoleh dari instrumen tes dan tingkat keaktifan belajar siswa yang diperoleh dari instrumen observasi. 2.2. Kajian hasil penelitian yang relevan Rukini (2010:42) dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran ilmu pengetahuan alam melalui pendekatan inkuiri dan benda konkret dengan materi pokok mencegah kerusakan lingkungan di kelas IV Semester 2 SD Negeri 1 Tambirejo tahun ajaran 2009 / 2010 menyatakan bahwa Besarnya peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dari pencapaian nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan siswa dalam belajar. Sebelum dilaksanakan pembelajaran rata-rata nilai siswa adalah 60. Pada pembelajaran siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 74,48 dan pada pembelajaran siklus II rata-rata nilai siswa menjadi 85. Tingkat ketuntasan siswa sebelum pembelajaran siklus I adalah 15 siswa (50%) tuntas KKM dan 15 siswa (50%) belum tuntas KKM. Pada pembelajaran siklus I dengan penerapan pendekatan inkuiri dan benda konkret tingkat ketuntasan siswa menjadi 25 siswa (83%) tuntas dan 5 siswa (17%) masih belum tuntas. Pada pembelajaran siklus II tingkat ketuntasan siswa menjadi 100 % tuntas. Ery Agus Triwantoro (2010:38) dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Peningkatan hasil belajar siswa paa pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui metode inkuiri dan alat peraga konkret dengan materi pokok gaya di kelas IV semester II SD N 4 Kenteng Tahun Pelajaran 2009 / 2010 menyatakan bahwa Tingkat ketuntasan belajar siswa sebelum perbaikan pembelajaran terdapat 12 siswa (60%) yang tuntas KKM dan masih 8 siswa (40%) belum tuntas KKM. Setelah menerapkan metode inkuiri dan memanfaatkan alat peraga pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 16 13

14 siswa (80%) tuntas KKM dan 4 siswa (20%) belum tuntas KKM dan pada siklus II ketuntasan siswa meningkat menjadi 20 siswa (100%). Sedangkan nilai rata-rata siswa sebelum perbaikan adalah 70,25. Pada perbaikan siklus I menjadi 78,25 dan pada siklus II meningkat menjadi 88,25. Dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri yang padukan dengan benda konkret mampu untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Mengurangi verbalisme di kelas dan cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3. Kerangka Berfikir Belajar selalu berkenaan dengan perubahan perubahan pada diri seseorang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal ini terkait dalam belajar yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungan. (Sudjana, 1997 : 155). Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk secara aktif dimana dengan belajar ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tapi juga fisik. (Hisyam, 2003 : 11 13). Prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu pekerjaan, sedangkan belajar adalah proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) akan baik, jika adanya kerja keras dari siwa itu sendiri dalam mengkaji dan memahami materi pelajaran yang juga dibantu factor lain seperti pemberian metode metode yang menjadikan siswa tersebut mempunyai keinginan untuk meningkatkan belajar dan tercapainya suatu pembelajaran yaitu meningkatkan pemahaman siswa tehadap materi pembelajaran. Nasution (2004:5.9) menyatakan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai inkuiri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa yang harus ditempuh oleh murid dengan bimbingan peneliti untuk sampai pada penemuan-penemuan, dan bukan penemuan itu sendiri. Melalui pembelajaran inkuiri siswa dapat mengembangkan sikap dan keterampilan untuk mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, mengembangkan kemampuan berfikir para siswa, melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi yang benar-benar dihayati, mengembangkan sikap ingin tahu, berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian pembelajaran inkuiri diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pelaran IPA. 14

15 Adapun kerangka pikir penelitian sebagaimana pada skema di bawah ini. Kondisi Awal Guru : Pembelajaran konvensional bersifat Siswa : Hasil belajar IPA Rendah TINDAKAN Menerapkan metode Inkuiri Siklus 1 Pengelolaan kelas dalam kelompok diskusi Kondisi Akhir Diduga dengan menerapkan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas IV Semester 2 SD N 3 Tunggak Siklus 2 Mengoptimalkan Pengelolaan kelas dalam kelompok diskusi Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Penelitian Dengan melihat bagan di atas ini menunjukkan adanya suatu komparasi antara kondisi sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran inkuiri, hal ini merupakan aktifitas yang melibatkan guru dan anak didik yang terjadi di kelas, maka dari itu seorang pendidik ( guru) dalam hal ini mencoba menerapkan model inkuiri sebagai pembelajaran aktif guna mengembangkan pemikiran siswa dalam mengungkap materi energi dan penggunaannya. 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang peneliti ajukan adalah Diduga Penerapan Metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri 3 Tunggak Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011 / 2012. 15