BAB I PENDAHULUAN. Listrik-magnet memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
MEMADUKAN ALAT PERAGA DAN ANALOGI SEBAGAI UPAYA MENERAPKAN INKUIRI DALAM PERKULIAHAN KONSEP ABSTRAK LISTRIK-MAGNET

PEMBELAJARAN INKUIRI MENGGUNAKAN ANALOGI PADA KONSEP RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL

KENDALA PENERAPAN INKUIRI DALAM PERKULIAHAN LISTRIK-MAGNET DI LPTK. Nyoto Suseno Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Muhammadiyah Metro

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MENGGUNAKAN ANALOGI PADA KONSEP RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL

Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Analogi pada Konsep Rangkaian Listrik Seri dan Paralel

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi persoalan ketika berbicara mengenai kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran, tetapi guru harus mampu membelajarkan anak. 1 Hal ini memaksa seorang

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

PEMETAAN ANALOGI PADA KONSEP ABSTRAK FISIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang penting untuk dipelajari (Sirhan, 2007). Memahami kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

sehingga siswa perlu mengembangkan kemampuan penalarannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Disadari atau tidak, perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (Natural

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Yetty Wadissa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pendidikan yang diterapkan di negara ini.

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

I. PENDAHULUAN. mempelajari fenomena alam dan segala sesuatu yang terjadi di alam. IPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA PADA MAHASISWA PGSD UNIMED MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM PERKULIAHAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan mengacu kepada salah satu tujuan umum pendidikan, yaitu untuk

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY (LOI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Gusliana, 2014

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik-magnet memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap aktivitas manusia mulai dari kehidupan rumah-tangga hingga sektor industri tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan listrik-magnet. Karena itu pemahaman konsep listrik-magnet sangat penting dibekalkan kepada setiap orang sejak dini. Dalam pendidikan formal di Indonesia materi listrik-magnet telah diberikan sejak pendidikan dasar (SD dan SMP), hal ini dimaksudkan agar setiap warga negara di Indonesia memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep listrik-magnet, sehingga dapat menggunakan dan memanfaatkan listrik-magnet secara efektif dan efisien dalam kehidupan sehari-hari. Guna mencapai masyarakat seperti yang diuraikan di atas, maka diperlukan guru yang kompeten dalam bidang fisika, menguasai pedagogi dan konten ilmu fisika sehingga mampu membelajarkan fisika dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai guru fisika. Program penyiapan calon guru fisika di Indonesia secara formal diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) program studi pendidikan fisika. LPTK diharapkan mampu menghasilkan guru profesional sebagaimana yang dituangkan dalam standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada Permendiknas Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007. Kompetensi adalah performan yang diperlihatkan oleh individu (dalam hal ini guru) yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang 1

spesifik dengan standar tertentu. Kompetensi tersebut akan tampak sebagai tingkah laku yang diperlihatkan dalam melaksanakan pekerjaan, dan memiliki peran dalam kultur organisasi di lingkungan kerjanya. Dengan kata lain kompetensi adalah kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan perannya. Kompetensi seorang guru fisika hendaknya dapat diperlihatkan melalui pengetahuan di bidang fisika dan pedagogi, memiliki ketrampilan dalam melaksanakan pembelajaran serta memiliki kemampuan untuk melaksanakan dan mengembangkan tugas dan perannya sebagai guru fisika. Program studi pendidikan fisika sebagai salah satu bagian LPTK, harus mampu membekali mahasiswanya dengan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk menjadi calon guru fisika. Aspek yang cukup penting dari kompetensi guru fisika adalah pengetahuan tentang berbagai materi fisika, termasuk materi listrik-magnet. Setiap LPTK penyelenggara program studi pendidikan fisika selalu memberikan materi listrik-magnet pada matakuliah fisika dasar, yang kemudian diperdalam melalui matakuliah pengayaan listrik-magnet sebagai matakuliah keahlian program studi untuk memantapkan penguasaan konsep listrik-magnet calon guru fisika. Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep listrik-magnet (Demirci & Cirkinoglu, 2004; Engelhardt & Beichner, 2004; Guisasola, Almudi & Zubimendi, 2004; Narjaikaew, et al., 2005; Planinic, 2006; Singh, 2006; Scaife & Hackler, 2010; Singh, 2010). Hasil penelitian di berbagai negara tentang 2

kesulitan mahasiswa dalam pembelajaran konsep abstrak listrik-magnet diungkapkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Hasil penelitian di beberapa negara tentang kesulitan mahasiswa pada konsep listrik-magnet Peneliti, tahun, sumber Demirci & Cirkinoglu, 2004, Journal of Turkish Science Education. 1(2). 50 54. Engelhardt & Beichner, 2004, American Journal Physics. 72(1). 98 115. Guisasola, Almudi, & Zubimendi, 2004. Science Education. 88 (3). 443 464. Narjaikaew et al., 2005, Physics Educational Network of Thailand and The Centre for science and Technology Education Research. Planinic, 2006, American Journal of Physics. 74(12). 1143 1148. Singh, 2006, American Journal Physics. 74(10). 923 936. Mukhopadhyay, 2006, European Journal of Physics. 27. 727 742. Singh, 2010, The Physics Teacher. 48 (5). 309 311. Scaife & Heckler, 2010, American Journal of Physics. 78 (8). 869 876. Tempat Penelitian Balıkesir, Turki North Carolina, Amerika San Sebastian, Spanyol Thailand Zagreb, Croatia Pittburgh, Pennsylvania Palmerston North, New Zealand Framingham Amerika Serikat Ohio, Columbus. Hasil Penelitian Sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep listrik-magnet. Banyak mahasiswa mengalami miskonsepsi dalam konsep listrikmagnet, walaupun setelah mengikuti perkuliahan. Banyak mahasiswa tidak memahami konsep gaya magnet dan medan magnet, serta teridentifikasi adanya kesalahan konsep dalam memahami sumber medan magnet. Mayoritas mahasiswa tidak memahami topik listrik-magnet, dan situasi ini tidak berubah meskipun setelah pembelajaran. Mahasiswa mengalami kesulitan pada konsep induksi elektromagnetik, penerapan hukum Newton dalam konteks listrik-magnet, serta pada potential dan energi listrik. Mahasiswa tingkat dasar mengalami kesulitan dalam konsep listrik-magnet. Kuliah listrik-magnet tidak populer, karena untuk mempelajari konsep tersebut diperlukan kemampuan berpikir abstrak. Mahasiswa mengalami kesulitan pada perkuliahan konsep rangkaian listrik dasar. Banyak mahasiswa mengalami kesalahan konsep tentang representasi garis medan, hal ini dikarenakan pengetahuan mahasiswa tidak sistematis dan kacau, terutama pada konsep arah medan magnet dan penerapannya. Hasil survei terhadap mahasiswa program studi pendidikan fisika yang telah mengambil matakuliah listrik-magnet, menemukan sebagian besar (95%) 3

mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep listrik-magnet, hal ini karena karakter konsep listrik-magnet yang kompleks (100%) dan abstrak (86%). Fakta lain mengungkapkan bahwa mahasiswa yang menyukai materi listrik-magnet cukup banyak (67%), dan perkuliahan listrik-magnet yang mereka ikuti juga cukup menyenangkan (62%). Sedangkan mengenai ketepatan metode dan strategi yang digunakan dalam perkuliahan listrik-magnet, 48% menyatakan sudah tepat, 33% menyatakan belum tepat dan 19% tidak berpendapat (Lampiran 2 Tabel L2.1). Berdasarkan data tersebut dapat dikemukakan bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep listrik-magnet, dikarenakan konsepnya kompleks dan abstrak, sehingga perlu dikembangkan metode dan strategi perkuliahan yang lebih sesuai. Hasil survei yang dilakukan terhadap dosen fisika berkaitan dengan perkuliahan listrik-magnet dituangkan pada Lampiran 2 Tabel L2.2. Pendapat dosen berkaitan dengan karakter konsep listrik-magnet, 100% menyatakan abstrak, 75% menyatakan kompleks dan 50% menyatakan bahwa konsep listrikmagnet tergolong sukar. Mengenai pelaksanaan perkuliaahan listrik-magnet, 50% dosen menyatakan bahwa perkuliahan listrik-magnet cukup mudah dilaksanakan, tetapi ketika ditanyakan tentang penerapan inkuiri dalam perkuliahan listrikmagnet, 100% menyatakan bahwa penerapan inkuiri dalam perkuliahan listrikmagnet cukup sulit, alasannya karena konsep listrik-magnet tergolong abstrak, kompleks dan banyak membutuhkan matematis. Hasil kajian pustaka dan survei yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep listrik- 4

magnet. Selain itu juga diperoleh informasi bahwa banyak dosen kesulitan menerapkan inkuiri dalam perkuliahan listrik-magnet karena konsepnya abstrak. Hal tersebut sesuai ungkapan Mukhopadhyay (2006) yang mengemukakan bahwa matakuliah listrik-magnet tidak populer, karena konsepnya abstrak. Buck, et al. (2007) menemukan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri memberikan dampak yang baik, tetapi banyak guru menyatakan frustasi karena pemahaman siswa tidak segera muncul, dan mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Case, et al. (1998) mengungkapkan bahwa, tantangan dalam menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri mencakup: kekurangan waktu, kesulitan menahan diri untuk menjawab pertanyaan siswa secara langsung, dan membelajarkan hal yang abstrak. Tahun 1996 National Research council (NRC) di Amerika Serikat menetapkan penggunaan inkuiri sebagai salah satu standar dalam pembelajaran sains di berbagai tingkat pendidikan, termasuk di perguruan tinggi. Tahun 1998 National Science Teacher Association (NSTA) and Association for Education of Teachers Science ( AETS) menyepakati bahwa sains adalah proses berpikir manusia dalam mempelajari dan menyikapi fenomena alam berdasarkan penemuan empiris dan proses ilmiah seperti pengamatan, pengukuran, eksperimen, penalaran dan seterusnya, sehingga penggunaan inkuiri ditetapkan sebagai salah satu standar dalam pelaksanaan pembelajaran sains di Amerika Serikat. Auls & Share (2008) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari inkuiri adalah penemuan sendiri melalui sifat ingin tahu, menemukan dan menyelesaikan masalah, berpikir dan melakukan sesuatu yang bermakna bagi dirinya. Rowe (NSTA & AETS, 1998) mengemukakan bahwa tujuan inkuiri adalah 5

mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam pandangan konstruktivisme ada dua hal pokok dalam memahami pengertian belajar, yaitu belajar sebagai upaya seseorang untuk mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan sebelumnya, dan belajar sebagai kegiatan aktif seseorang untuk membentuk pengetahuannya. Pembelajaran berbasis inkuiri dalam implementasinya memiliki dua makna, yaitu pembelajaran inkuiri berarti mengajarkan hakekat dan proses penemuan ilmiah, dan pembelajaran inkuiri berarti siswa belajar konsep sains dengan menggunakan metode ilmiah, antara lain: mengamati, merumuskan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis, melakukan interpretasi, dan membuat kesimpulan (Rustaman, 2010). Pemahaman fenomena konsep listrik-magnet memerlukan proses berpikir tingkat tinggi yang melibatkan perangkat eksperimen (pembuktian dengan peralatan) dan perangkat analisis (menggunakan matematika). Penggunaan alat peraga dalam mempelajari konsep listrik-magnet hanya mampu menunjukkan gejala makro, lalu direpresentasikan dengan analisis matematis tanpa dapat mengetahui makna fisis dari gejala listrik-magnet yang abstrak. Hal tersebut tampaknya sebagai awal penyebab kesulitan mahasiswa dalam mempelajari konsep listrik-magnet. Rustaman (2005) mengemukakan bahwa penerapkan inkuiri tidak hanya dapat dikembangkan melalui pembelajaran praktikum, tetapi juga dapat dikembangkan melalui metode ceramah, demonstrasi dan metode lainnya. Pada konsep abstrak tidak semua kajian dapat dipelajari melalui metode eksperimen, karena itu perlu suatu cara atau pendekatan yang tepat dalam membantu mahasiswa menggunakan sumber 6

(resource) yang dimiliki untuk mengatasi kesulitannya. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mempelajari konsep yang abstrak adalah dengan menggunakan analogi (Chiu & Lin, 2005; Olive, 2005). Pengetahuan dan pengalaman baru bagi seseorang akan terasa janggal jika tidak relevan dan terkait dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam mempelajari suatu pengetahuan baru akan lebih bermakna jika dihubungkan dan disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Misalnya dalam mempelajari materi tentang "arus listrik", agar materi baru atau abstrak itu mudah dipahami oleh peserta didik, maka hendaknya difasilitasi untuk mengaitkan materi tersebut dengan materi kajian lain yang telah dikenal peserta didik. Dalam hal ini misalnya menganalogikan "arus listrik" dengan "aliran air". Cara berpikir yang demikian dinamakan sebagai berpikir analogi. Berpikir analogi merupakan suatu alternatif untuk menjadikan situasi baru yang mungkin terasa rumit atau aneh menjadi lebih akrab bagi siswa. Dengan menggunakan analogi fenomena yang abstrak dapat terasa konkret, sehingga siswa terbantu untuk memahami fenomena baru atau fenomena abstrak yang dipelajarinya. Hasil penelitian awal menemukan bahwa dalam menjelaskan konsep listrikmagnet yang abstrak banyak dosen menggunakan analogi, tetapi analogi tersebut digunakan secara spontan tanpa direncanakan (Suseno, et al., 2009). Penggunaan analogi yang demikian dapat menimbulkan kesalahan konsep, apalagi analogi yang digunakan kurang sesuai dan tidak disadari perbedaan dan batasannya. Penggunaan analogi yang tepat sangat bermanfaat untuk membantu pemahaman mahasiswa dalam mempelajari konsep baru atau abstrak. Karena itu dalam menggunakan 7

analogi perlu rencana yang baik, dengan memilih analogi yang sesuai dan sintaks pembelajaran yang tepat. Menurut Gentner (1983) analogi adalah alat representasi untuk memahami sesuatu yang abstrak atau belum diketahui (sebagai domain target), dengan menggunakan pengetahuan lain yang telah dimiliki (sebagai domain dasar) berdasarkan kemiripan, dengan analogi seseorang dapat belajar mulai dari suatu domain yang dikenal untuk mempelajari domain lain yang tidak dikenal. Kaper & Geodhart (Boersma, 2005) mendefinisikan analogi sebagai pemetaan satu lawan satu antar istilah yang ada dalam domain dasar dengan domain target, untuk memperoleh suatu kesimpulan. Hasil penelitian tentang penggunaan analogi (Chiu & Lin, 2005; Olive, 2005; Padolefsky & Finkelstein, 2006) menunjukkan bahwa penggunaan analogi dapat meningkatkan hasil pembelajaran dan dapat mengatasi kesalahan konsep. Penelitian tentang analogi yang telah dilakukan antara lain, Chiu & Lin (2005) meneliti tentang penggunaan analogi dalam arus listrik dan perubahan pemahaman konsep. Olive (2005) meneliti tentang pentingnya penguasaan analogi bagi seorang guru fisika. Padolefsky & Finkelstein (2006) meneliti tentang peran representasi dalam penggunaan analogi, dan Pask (2001) meneliti tentang kaitan analogi matematika dan sains. Analogi memiliki peranan penting dalam mengkonstruksi pemahaman seseorang, dengan analogi seseorang dapat mempelajari sesuatu yang belum diketahui (domain target) melalui pengetahuan yang telah diketahui (domain dasar). Penelitian tentang analogi yang telah dilakukan, banyak mengkaji tentang peran analogi dalam proses dan hasil pembelajaran, serta 8

hubungan analogi antar konsep, karena itu perlu dikembangkan suatu kajian yang menghasilkan panduan tentang penggunaan analogi yang user friendly untuk implementasi kurikulum pada tingkat operasional di kelas. Berdasarkan uraian di atas, sekaligus sebagai upaya untuk mengatasi masalah kesulitan yang dialami dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan konsep abstrak listrik-magnet, serta untuk membekali mahasiswa calon guru fisika dalam mengkonstruksi pengetahuannya, maka dilakukan penelitian dengan judul: "Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Analogi pada Konsep Listrik-Magnet untuk Membekalkan Kemampuan Beranalogi Calon Guru Fisika". B. Masalah dan Pertanyaan Penelitian Masalah utama penelitian ini adalah: "Bagaimana mengembangkan model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi pada konsep listrik-magnet yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran calon guru fisika?". Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana sintaks model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi pada konsep listrik-magnet yang dapat meningkatkan hasil belajar calon guru fisika? 2. Apakah model pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu membekalkan kemampuan beranalogi calon guru fisika pada konsep listrikmagnet? 3. Apakah model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep listrik-magnet calon guru fisika? 9

4. Apa kelemahan dan keunggulan dari model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi yang dikembangkan? 5. Pemetaan analogi apa saja yang dapat digunakan untuk menjelaskan tiap bagian materi listrik-magnet? C. Definisi Operasional Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi dan pemetaan analogi), serta dua variabel terikat (penguasan konsep dan kemampuan menemukan analogi). Untuk mempertajam fokus penelitian, digunakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi yang dimaksud adalah sintaks pembelajaran inkuiri menggunakan analogi untuk implementasi kurikulum pada tingkat operasional di kelas, melalui tampilan operasi intelektual mahasiswa, berupa pengamatan dan penalaran, hingga mahasiswa mampu menemukan analogi dari konsep yang dipelajari. 2. Pemetaan analogi yang dimaksud adalah hubungan kesesuaian antar konsep atau cara untuk mempelajari konsep abstrak atau belum diketahui (domain target) menggunakan pengetahuan lain yang telah dimiliki (domain dasar) dalam satu bidang ilmu fisika. Domain adalah sekumpulan pengetahuan berupa pengalaman (fakta) atau hubungan antar fakta yang dapat diungkapkan sebagai hubungan proposisi atau hasil generalisasi. 3. Penguasaan konsep yang dimaksud adalah hasil belajar berupa penguasaan konsep listrik-magnet pada ranah kognitif, yang meliputi empet level taksonomi baru yang dikembangkan oleh Marzano dan Kendall (2008), yaitu 10

retrieval, comprehension, alalysis dan knowledge utilization. 4. Kemampuan beranalogi yang dimaksud adalah hasil belajar berupa kemampuan menghubungkan konsep listrik-magnet dengan konsep lain yang telah dimiliki melalui analogi dalam lingkup bidang fisika, serta mampu mengidentifikasi perbedaan antar konsep tersebut. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemetaan analogi pada konsep listrik-magnet dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi agar mahasiswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya dalam konsep abstrak listrik-magnet berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, penguasaan konsep listrik-magnet calon guru dapat ditingkatkan, sekaligus kesulitan dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan konsep abstrak listrik-magnet dapat diatasi. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi yang dikembangkan dapat mendorong kualitas penerapan inkuiri dalam perkuliahan listrikmagnet di LPTK, sehingga hasil pembelajaran akan lebih bermakna bagi calon guru fisika. 2. Pemetaan analogi yang dikembangkan dapat menjadi acuan bagi guru ataupun dosen dalam pembelajaran menggunakan analogi pada konsep listrik-magnet, sehingga penggunaan analogi berdampak positif dan dapat membantu mahasiswa dalam pembelajaran listrik-magnet, serta tidak 11

menimbulkan kesalahan konsep. 3. Bagi mahasiswa, hasil yang dikembangkan diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan belajar pada konsep abstrak listrik-magnet, sekaligus dapat membantu mahasiswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya tentang listrik-magnet, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa terutama penguasaan konsep dan kemampuan menemukan analogi dari setiap bagian konsep abstrak listrik-magnet. 4. Bagi dosen fisika, diharapkan setiap dosen menyadari pentingnya penggunaan analogi dalam perkuliahan konsep abstrak listrik-magnet, sehingga penggunaan analogi tidak dilakukan secara sepontan, tetapi digunakan melalui perencanaan yang matang, agar penggunaan analogi dapat memberikan dampak yang positif dan tidak menimbulkan kesalahan konsep. 5. Selama ini sebagian besar orang berpendapat bahwa penerapan inkuiri identik dengan pembelajaran melalui praktikum (perangkat eksperimen), dengan model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa inkuiri tidak selalu menggunakan eksperimen, tetapi dapat dikembangkan melalui metode atau media lain, seperti halnya penggunaan analogi yang dikembangkan dalam penelitian ini. 6. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar terutama dalam perkuliahan konsep abstrak listrikmagnet di LPTK. 12