I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUICK ON THE DRAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (JURNAL) Oleh SYAHDA AULIA FATMANINGRUM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam menyiapkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

I. PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Th. 2003)

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, maka dari itu tidaklah heran jika pendidikan saat ini adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan, karena manusia yang berkualitas dapat dilihat dari tingkat pendidikannya seperti yang telah tercantum secara jelas dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Syaiful Sagala (2013:3), yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Potensi dan kemandirian siswa dikembangkan dalam proses pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan siswa yang dipengaruhi oleh proses pembelajaran tersebut. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, proses pembelajaran yang baik tidak berpusat pada guru (teacher centered), guru harus memiliki strategi yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran agar terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diharapkan termasuk pada mata pelajaran geografi di SMA. Geografi merupakan mata pelajaran yang membutuhkan keaktifan dan konsentrasi yang tinggi dari siswa karena mata

2 pelajaran geografi merupakan salah satu ilmu yang dikaji secara sistematis berdasarkan fakta yang diperoleh dari penemuan di dalam bumi. Keberhasilan suatu proses pembelajaran yang telah dilakukan di kelas berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yaitu hasil yang dicapai melalui suatu proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan nilai berdasarkan tes yang telah dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus mengetahui cara penyajian pelajaran agar dapat diterima, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Kegiatan pembelajaran efektif yang dilaksanakan di sekolah seharusnya menjadikan guru hanya sebagai fasilitator yang bersifat membimbing dan mengarahkan kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan penelitian pendahuluan pada saat kegiatan belajar mengajar di SMA Assalam Tanjungsari Lampung Selatan, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional atau masih monoton dengan mentrasfer ilmu atau informasi yang dimiliki guru kepada siswa dan siswa hanya duduk memperhatikan bagaimana guru mengajar tanpa terlibat aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Jika proses pembelajaran pada mata pelajaran geografi yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan dilakukan terus menerus, tanpa variasi dalam penerapannya, siswa akan merasa jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Kegiatan belajar mengajar di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw sebagai alternatif lain dari model yang sudah diterapkan sebelumnya. Keadaan yang seperti itu maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru

3 dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw karena model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran dan dapat membantu siswa dalam memecahkan kesulitan-kesulitan pada saat proses pembelajaran. Penggunaan metode dan model yang tepat maka standar keberhasilan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan pembelajaran akan efektif. Untuk mencapai kegiatan tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mendukung siswa berperan aktif didalamnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan bahwa hasil belajar pada siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran geografi masih di bawah kriteria ketuntasan minimal. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan (2007:2) yang dimaksud kriteria ketuntasan minimal adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan. SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan menentukan hasil belajar siswa dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu 78 dan dikatakan tuntas. Sebaliknya, apabila hasil belajar siswa di bawah kriteria ketuntasan minimal maka dikatakan tidak tuntas. Berikut adalah data nilai ujian mid semester pada mata pelajaran geografi di kelas XI IPS SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015:

4 Tabel 1. Nilai Ujian Mid Semester Ganjil Mata Pelajaran Geografi di Kelas XI IPS SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015 NO Kriteria Ketuntasan Kelas Jumlah Minimal (KKM) XI IPS 1 XI IPS 2 Siswa % 1 Tuntas 78 14 13 27 42,00 2 Tidak Tuntas < 78 18 19 37 58,00 Jumlah 32 32 64 100,00 Sumber: Guru Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. Nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi lebih banyak yang tidak tuntas mungkin hal ini disebabkan proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw. Oleh karena itu proses pembelajaran geografi hanya berpusat pada guru. Adanya kecenderungan proses pembelajaran geografi yang hanya terpusat pada guru inilah sehingga siswa sulit menangkap dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Siswa menjadi malas bertanya dan hanya menerima yang disampaikan oleh guru saja. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditetapkan. 2. Siswa mempunyai ketergantungan terhadap guru dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Proses pembelajaran yang berlangsung hanya interaksi satu arah (terpusat pada guru)

5 4. Model pembelajaran yang digunakan guru untuk mengajar di kelas masih monoton, belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw. C. Batasan Masalah Karena terbatasnya waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu masih rendahnya nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan. Atas dasar rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan peneliti yang diajukan adalah: 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dengan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dengan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan?

6 3. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 pada mata pelajaran geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan? 4. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 pada mata pelajaran geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan? Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini mengambil fokus dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on The Draw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Perbedaan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dengan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan. 2. Perbedaan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dengan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan.

7 3. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 pada mata pelajaran geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan. 4. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 pada mata pelajaran geografi di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan. F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna: 1. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan alternatif dalam pemilihan model pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk membantu penelitian sejenis yang ruang lingkup penelitiannya lebih luas tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw terhadap hasil belajar siswa. G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan. 2. Ruang lingkup objek penelitian adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan.

8 3. Ruang lingkup tempat dan waktu adalah di SMA Assalam Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. 4. Ruang lingkup ilmu adalah Pengajaran Geografi. Pengajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahan (Nursid Sumaatmadja, 2001:12).