BAB I PENDAHULUAN nilai tukar rupiah jatuh sekitar 15 persen (Hussein: 2014). Nilai tukar rupiah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB V PEMBAHASAN. Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap harga belinya. Emamgholipour et al. (2013), menyatakan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu aspek keuangan yang penting dalam perkembangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin

BAB I PENDAHULUAN. merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Disamping itu, kondisi ekonomi Indonesia yang belum stabil

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator yang penting dalam kegiatan pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan investasinya serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja Keuangan Perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang. kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam)

BAB I PENDAHULUAN. Dilansir dari liputan6.com dari artikel Melani, A (17 desember 2015) Bank sentral Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,0 persen.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan keuntungan (Meidera, 2013). Modal juga

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berusaha meningkatkan nilai dari perusahaan. Peningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya diwaspadai oleh pemerintah, mengingat Fed Rate tetap diprediksi

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah. Melalui pasar modal pemerintah dapat mengalokasikan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter pada tahun 2007, yang berlanjut dengan terjadinya stagflasi

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan derasnya capital inflow yang masuk ke Indonesia, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pada zaman seperti sekarang ini menuntut kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. ialah untuk memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham, mencapai

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. mahal, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang terus meningkat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya tersebut merupakan dilema tersendiri bagi perusahaan, karena menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pasar modal mirip dengan pasar-pasar lainnya, dimana terjadi transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

juga disertai usaha-usaha penyempumaan fasilitas perdagangan efek di lantai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Dua tahun terakhir ini nilai tukar rupiah terus melemah, selama Juni-Agustus 2013 nilai tukar rupiah jatuh sekitar 15 persen (Hussein: 2014). Nilai tukar rupiah ditentukan oleh volume supply dan demand pasar, jika permintaan atas rupiah meningkat sementara penawarannya tetap atau bahkan menurun maka nilai tukar mata uang itu akan naik, sebaliknya jika penawaran rupiah meningkat sementara permintaannya tetap atau menurun maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Kondisi yang terjadi saat ini yaitu nilai permintaan rupiah sedang menurun, sebagai akibatnya nilai rupiah menjadi melemah. Dilansir melalui kabar harian menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah hingga 16 Maret 2015 menembus level 13.244 per 1 dolar Amerika Serikat (Bayu : 2015). Nilai tukar rupiah belum bisa diprediksi apakah akan kembali stabil atau justru terus melemah. Kondisi melemahnya nilai tukar rupiah belakangan ini disinyalir karena adanya rencana The Fed (bank sentral Amerika Serikat) untuk mengurangi Quantitative Easing (QE), yang dimaksud dengan QE di sini adalah program The Fed untuk mencetak uang dan membeli obligasi atau aset-aset finansial lainnya dari bankbank di Amerika Serikat (AS). Program ini dilakukan untuk menyuntik uang ke bank - bank di AS demi pemulihan diri pasca krisis finansial 2008. Rencana ini dinyatakan oleh Ketua The Fed, Ben Bernanke di depan Kongres AS pada 22 Mei 2013.

2 Penurunan nilai rupiah yang terjadi saat ini mengganggu stabilitas usaha di Indonesia, pasalnya pelemahan nilai tukar rupiah yang tinggi menyebabkan goncangan terhadap pertumbuhan sejumlah perusahaan. Nilai rupiah yang terus melemah pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor utama, pertama disebabkan oleh neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit, dan kedua disebabkan oleh keluarnya sejumlah besar investor portofolio asing dari Indonesia akibat rencana pengurangan QE oleh The Fed. Investor merasa tertarik karena kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen ini membuka kesempatan investasi portofolio yang lebih menguntungkan daripada di negara-negara emerging markets. Pelemahan rupiah merupakan pertanda buruk bagi sejumlah perusahaan di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan perusahaan kehilangan sejumlah investor asingnya dan kondisi ini juga menimbulkan tingginya nilai dari selisih kurs atas transaksi dari valuta asing yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan, akibatnya harga saham dan laba perusahaan menjadi turun. Hal ini terbukti pada perusahaan sektor properti dan real estate di Indonesia. Ali Tranghanda yang merupakan seorang pengamat properti mengungkapkan bahwa perkembangan properti dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan sekitar sepuluh persen, sedangkan dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan dua puluh persen (Suriani : 2015). Ketidakstabilan nilai rupiah menyebabkan sejumlah perusahaan kehilangan kesempatan investasinya. Pertumbuhan perusahaan yang terus menurun menggambarkan rendahnya kesempatan investasi pada perusahaan, sehingga

3 mengakibatkan penurunan pada nilai saham. Kebijakan yang dikeluarkan oleh The Fed membuat perusahaan di Indonesia menjadi kalah saing dalam menarik minat investor. Seorang investor memandang prospek perusahaan melalui pertumbuhan perusahaan. Potensi pertumbuhan terlihat dari kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai nilai set kesempatan investasi seperti pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang dan kinerja keuangan yang tergambar melalui kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan (Gaver dan Gaver : 1993). Perusahaan yang baik tidak hanya terlihat dalam kinerjanya menghasilkan laba, tetapi juga melalui kecakapan perusahaan dalam memanfaatkan aset aset yang dimilikinya untuk memperbesar size perusahaan, salah satunya melalui kegiatan investasi. Set kesempatan investasi merupakan petunjuk bagi para investor untuk menilai alternatif investasi yang ada dengan nilai return yang dapat diberikan. Set kesempatan investasi dapat memberikan gambaran sejauh mana pertumbuhan perusahaan dapat memberikan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang besar dengan resiko yang lebih kecil. Set kesempatan investasi dapat mencerminkan nilai perusahaan melalui harga saham. Nilai perusahaan merupakan poin penting dalam menarik minat investor untuk menanamkan sejumlah modalnya di suatu perusahaan. Harga pasar saham yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan secara konsisten. Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan terhadap profit perusahaan.

4 Semakin tinggi nilai harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan juga sebaliknya. Bisnis properti di Indonesia merupakan sektor usaha yang cukup menjanjikan. Secara rata rata pertumbuhan properti dan real estate tahun 2008 2012 meningkat sebesar 8,05%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor keuangan, dan merupakan distribusi/share terbesar kedua setelah sektor bank (Badan Pusat Statistik : 2012). Perkembangan yang terjadi pada sektor properti dianggap sebagai salah satu early indicator dari perkembangan ekonomi, sayangnya bisnis properti sangat bergantung pada stabilitas kondisi ekonomi makro. Kondisi ekonomi makro yang kondusif diikuti dengan tingkat suku bunga pinjaman yang rendah, memberikan stimulus terhadap perkembangan properti dan memberikan dampak positif terhadap kegiatan investasi properti di Indonesia. Pelemahan nilai rupiah yang terjadi sejak tahun 2013 menyebabkan bisnis properti mengalami penurunan kinerja, pasalnya pelemahan nilai rupiah membuat ongkos konstruksi membengkak, jika ongkos konstruksi membengkak harga jual pun meningkat dan hal ini yang akan mengganggu pasar (Bayu : 2015). Pelaku bisnis properti mengeluhkan nilai rupiah yang tak kunjung bangkit. PT. Alam Sutra Realty Tbk mengalami penurunan kinerja pada kuartal ketiga tahun 2014, dengan turunnya pendapatan sebesar 7,6 persen secara tahunan menjadi Rp2,82 Triliun. Laba bersih juga merosot 5,61 persen menjadi Rp818,91 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp867,66 miliar. Pos beban tercatat tumbuh 27,04 persen dari Rp120,54 miliar ke Rp141,43 miliar (Margrit : 2014). Salah satu

5 penyebab dari penurunan laba PT. Alam Sutra Realty Tbk. adalah karena timbulnya peningkatan beban pokok dan beban kerugian selisih kurs, kondisi ini menimbulkan penurunan kinerja keuangan perusahaan yang tergambar melalui laba yang berkurang dari tahun sebelumnya. Akibatnya pertumbuhan perusahaan menjadi terganggu hal ini juga diiringi dengan menurunnya nilai perusahaan yang tergambar melalui harga penutupan saham. Harga penutupan saham PT. Alam Sutra Realty Tbk. pada kuartal ketiga tahun 2013 berada pada Rp600 dengan volume penjualan 55.307.000 lembar saham, dan menurun pada kuartal ketiga tahun 2014 menjadi Rp455 dengan volume penjualan 25.061.000 lembar saham (Dunia Investasi : 2014). Kondisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahendra : 2011 yang membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa profitabilitas yang tingi dapat memberikan nilai tambah kepada nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Pertumbuhan perusahaan yang signifikan merupakan suatu harapan penting bagi seorang investor. Pertumbuhan usaha diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan sehingga meningkatkan kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut. Perusahaan dalam kondisi apapun dituntut untuk mampu memberikan sinyal pasar yang baik, ketika kinerja menurun perusahaan harus memiliki alternatif lain untuk mempertahankan kinerjanya. Peningkatan beban yang ditimbulkan dari pelemahan nilai rupiah merupakan alasan utama penurunan kinerja perusahaan sekarang ini, namun perusahaan tetap dituntut untuk mampu menutupi kerugian tersebut dan terus menjaga stabilitas usahanya dengan berbagai alternatif

6 yang ada, misalnya melalui pembiayaan internal, pembiayaan eksternal, dan juga dengan cara mengeluarkan saham baru. Setiap keputusan yang diambil oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kondisi struktur modal dimana setiap sumber pendanaan ada biaya yang harus ditanggung. Perusahaan harus mampu mengambil alternatif pendanaan dengan tingkat resiko yang rendah, kondisi yang paling memungkinkan saat ini dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan adalah melalui penerbitan saham baru dan pembiayaan eksternal melalui hutang. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal (Brigham dan Houston, 2001). Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. PT. Bumi Serpong damai TBK. (BSDE) merupakan perusahaan yang mengantisipasi penurunan kinerja perusahaan melalui kebijakan utang. PT. Bumi Serpong Damai Tbk. berhasil membukukan laba bersih pada tahun 2014 sebesar Rp3,82 triliun atau meningkat 42 persen dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp2,69 triliun, sementara itu pendapatan BSDE tercatat mengalami penurunan sebesar 2,9 persen menjadi Rp5,57 triliun pada 2014 dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya 2013 senilai Rp5,74 Triliun. BSDE juga membukukan pertumbuhan utang jangka pendek sebesar 20 persen menjadi Rp5,33 triliun (Bsdcity : 2015).

7 Kondisi ini menunjukan bahwa BSDE berhasil melakukan peningkatan laba melalui kebijakan utang meskipun penjualan menurun. Peningkatan nilai utang yang dilakukan oleh BSDE juga berhasil menaikan nilai saham perusahaan. Harga penutupan saham pada Desember 2013 adalah sebesar Rp1.290 per lembar saham dengan volume penjualan 15.289.000 lembar saham, kemudian meningkat drastis di tahun 2014 menjadi Rp1.805 per lembar saham dengan volume penjualan 16.758.200 lembar saham (Duniainvestasi : 2014). Kondisi yang dialami oleh BSDE ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Modigliani dan Miller (1958), teori ini mengungkapkan penggunaan utang dalam struktur modal menjadi sangat menguntungkan karena adanya tax shield. Teori Modigliani dan Miller menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Berbeda dengan PT. Bakrieland Development Tbk (ELTY), melalui peningkatan utang ELTY justru mengalami kerugian. PT Bakrieland Development Tbk sepanjang tiga bulan pertama tahun 2014 mencatat penurunan laba bersih sekitar 78,12 persen menjadi Rp68,54 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp313,32 miliar (Erna : 2014) Tampaknya konsep dari teori Modigliani Miller tidak berlaku pada PT. Bakrieland Development Tbk peningkatan utang perusahaan justru tidak berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan. Adanya penambahan proporsi nilai utang membuat PT. Bakrieland Development Tbk dinilai pailit dan justru membuat nilai sahamnya menurun hingga mencapai harga penutupan Rp50 per lembar saham di pasar modal.

8 Kedua kasus diatas menunjukan gap antara teori dan kenyataan yang terjadi. Teori MM yang mengungkapkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan terbukti pada PT. Bumi Serpong damai Tbk. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sukirini : 2012 yang mengungkapkan bahwa kebijakan utang berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Kondisi sebaliknya justru terjadi pada PT. Bakrieland Development Tbk. Konsep MM tidak berlaku pada perusahaan ini, peningkatan nilai utang pada praktiknya justru menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti merasa perlu mengkaji ulang mengenai Pengaruh Kesempatan Investasi, Kinerja Keuangan, dan Kebijakan Utang terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 2014). 1.2. Identifikasi Masalah. Berdasarkan uraian yang telah dibahas sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh kesempatan investasi terhadap nilai perusahaan. 2. Seberapa besar pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. 3. Seberapa besar pengaruh kebijakan utang terhadap nilai perusahaan 4. Seberapa besar pengaruh kesempatan investasi, kinerja keuangan, dan kebijakan utang terhadap nilai perusahaan.

9 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian. Sesuai dengan pemaparan pada rumusan masalah yang dibahas diatas, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Seberapa besar pengaruh kesempatan investasi terhadap nilai perusahaan. 2. Seberapa besar pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. 3. Seberapa besar pengaruh kebijakan utang terhadap nilai perusahaan. 4. Seberapa besar pengaruh kesempatan investasi, kinerja keuangan, dan kebijakan utang terhadap nilai perusahaan. 1.4. Kegunaan Penelitian. 1.4.1. Kegunaan Teoritis. Secara toeritis atau ilmu pengetahuan kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : a. Menghasilkan suatu pemahaman yang memadai dalam membandingkan antara teori-teori yang diterima pada bangku kuliah dengan aplikasi atau kenyataan yang terjadi di lapangan. b. Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai dasar penelitian untuk dikembangkan, didalami, diperluas lebih lanjut dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu akuntansi. 1.4.2. Kegunaan Praktis. Dalam kegiatan penelitian ini tentunya diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi beberapa pihak, antara lain :

10 a. Bagi Peneliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu wawasan pandangan terhadap ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh tersebut dalam praktik kerja sesungguhnya di lapangan. b. Bagi Institusi Pendidikan dan Kepustakaan. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi instituisi dan kepustakaan sebagai tambahan bahan referensi atau kepustakaan. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan Akuntansi khususnya dan dapat digunakan sebagai data sekunder bagi peneliti lainnya. c. Bagi Praktisi dan Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan bahan referensi serta sebagai tolok ukur penelitian lebih lanjut untuk penelitian yang sejenis. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data time series. Peneliti memilih penelitian dilakukan pada perusahaan properti dan real estate yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan tahun penelitian dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.