BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun melanda hampir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bermunculan bermacam-macam bank umum di

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga

I. PENDAHULUAN. Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. baik dan benar (Good Corporate Governance).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2014, No Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

Peran Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Pengawasan Lembaga Keuangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penyerapan dana yang dilakukan bank-bank yang ada di seluruh Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dimana dunia dipenuhi dengan kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

Otoritas Moneter di Indonesia

- 2 - Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi the Lender of the Last Resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK. A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB II OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) REGIONAL 5 SUMATERA BAGIAN UTARA

INDEPENDENSI OJK TERUSIK? Oleh: Wiwin Sri Rahyani *

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Konsideran Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

7. ASPEK HUKUM LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. menimbulkan munculnya gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda.

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK. A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dijelaskan dalam penjelasan Umum di dalam Undang-Undang

Lahirnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Pengatur dan Pengawas Sektor Jasa Keuangan di Indonesia

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pertemuan 4

-2- dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun Penyelesaian Bank selain Bank Sistemik oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya bertujuan untuk memin

PENGALIHAN FUNGSI PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN DARI BANK INDONESIA KE OTORITAS JASA KEUANGAN ABSTRACT

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan kini telah menjadi hal yang kian penting dalam

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG

-2- Tahun Penanganan Bank Sistemik oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya juga bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem perbankan. II.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

PEMBENTUKAN LEMBAGA OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KEDUDUKAN SISTEM PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA

(Oleh. Dr. Dradjad H. Wibowo. Tulisan ini pernah dipublikasikan dalam Bisnis dan Ekonomi Politik, Vol.5(1), April 2002, Hal.

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Otoritas Jasa Keuangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DAN BANK INDONESIA DALAM FUNGSI MENGATUR DAN MENGAWASI BANK

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

PERBANDINGAN BANK INDONESIA DENGAN BANK NEGARA LAIN DI ASEAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang melambat, akan tetapi kualitas pertumbuhan ekonomi

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 2 Juni 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang didirikan berdasarkan Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 1997-1998 melanda hampir tiap negara di seluruh dunia, termasuk salah satunya di Indonesia juga mengalami krisis ekonomi. Hal tersebut mengakibatkan bank mengalami berbagai goncangan, sehingga banyak yang mempertanyakan sistem pengawasan Bank Indonesia terhadap bank-bank. Kelemahan pengaturan dan pengawasan yang pada waktu itu dirasakan kurang mendukung, diharapkan dapat diperbaiki sehingga dapat terciptanya sistem kerangka pengaturan dan pengawasan yang tangguh. Reformasi di bidang pengaturan dan pengawasan tidak saja di bidang perbankan akan tetapi meliputi semua bidang keuangan. Dengan demikian diharapakan dapat menanggulangi krisis yang terjadi dan dapat menampung dinamika permasalahan yang akan terjadi sekaligus dapat mewujudkan perekonomian nasional Indonesia yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil. Dinamika di bidang keuangan, termasuk di dalamnya di bidang perbankan. Hal itu disebabkan hubungan antara bank dan nasabah adalah hubungan kepercayaan, dimana status bank sebagai "a place of special safety and probity". (Simons, & White, 1984: 285)

2 Terbentuknya ide awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan yang sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan rancangan undang-undang tentang Bank Indonesia antara Pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Bank Indonesia yang memberikan independensi kepada bank sentral. Rancangan Undang-Undang ini di samping memberikan independensi, juga mengeluarkan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (bank sentral Jerman) yang pada waktu penyusunan rancangan undang-undang (kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia) bertindak sebagai konsultan. Mengambil pola bank sentral Jerman yang tidak mengawasi bank. (Andren Sutedi, 2014: 37) Independensi bank sentral merupakan salah satu bagian dari sektor jasa keuangan disamping masih ada pasar modal dan industri keuangan non bank. Ketiga bagian tersebut digarapkan dapat mewujudkan perekonomian nasional Indonesia yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang terselenggara secara teratur, adil dan transparan, dan akuntabel, serta mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat diperlukan otoritas jasa keuangan yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang terpadu, independen, dan akuntabel, maka dibentuklah Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011. Di dalam

3 Undang-Undang 21 Tahun 2011 tersebut, OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan. b. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal. c. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Disamping OJK terdapat juga lembaga lainnya yang independen dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta dibentuk berdasarkan Undang-Undang. Lembaga tersebut antara lain adalah: a. Undang-Undang Nomor Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Bank Indonesia. Dimana Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang Bank Indonesia. Sedangkan tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia mempunyai tugas: 1) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; 2) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; 3) mengatur dan mengawasi Bank. Tugas mengatur dan mengawasi Bank tersebut beralih ke OJK sejak tanggal 31 Desember 2013.

4 b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjaminan Simpanan. LPS adalah lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam menjalankan fungsinya LPS mempunyai tugas: 1) merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan; dan 2) melaksanakan penjaminan simpanan c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya. BPJS berfungsi menyelenggarakan program BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan: 1) program jaminan kecelakaan kerja; 2) program jaminan kematian; 3) program jaminan pensiun; 4) dan jaminan hari tua. Otoritas jasa keuangan tidak hanya ada di Indonesia tetapi juga terdapat di berbagai negara, adapun Otoritas jasa keuangan yang masih ada sampai saat ini antara lain adalah sebagai berikut: a. Otoritas Jasa Keuangan di Australia.

5 Otoritas Jasa Keuangan di Australia adalah The Ausytalian Prudential Regulation Authority (APRA yang mempunyai kewenangan antara lain untuk: 1) Memperoleh, memiliki atau melepas property. Melakukan perikatan atau perjanjian. Menyewa seluruh atau sebagian tanah atau bangunan untuk keperluan sendiri. 2) Menguasai, menggunakan, dan mengendalikan penggunaan tanah atau bangunan yang dimiliki atau disewa oleh persemakmuran dan tersedia untuk keperluan APRA serta melakukan tindakan-tindakan lain yang diperlukan untuk menjalankn fungsinya. 3) Lembaga-lembaga yang menjadi obyek regulasi APRA di antranya bank, asuransi, penyedia retirement saving account, trustee of superannuation entity. APRA membiayai kegiatan dengan: 1) Dana yang dipungut oleh pemerintah persemakmuran yang diteruskan ke APRA. 2) Pungutan yang diterapkan dan ditarik oleh APRA. Dimana APRA diperkenankan untuk meminjam dari pemerintah persemakmuran atau pihak-pihak lain. Sedangkan untuk pajak, APRA dinyatakan bukan subyek pajak, baik pada tingkat negara persemakmuran maupun negara bagian dan teritori. b. Otoritas Jasa Keuangan di Kanada.

6 Otoritas Jasa Keuangan di Kanada adalah Office of the Supertntendent of Financial Intitutions (OFSI) yang pembentukannya juga berdasarkan undangundang. Bidang tugas OFSI pada intinya adalah: 1) mengawasi lembaga-lembaga keuangan. 2) memberikan saran kepada pengurus lembaga keuangan, 3) mengawasi dan mengevaluasi kondisi mikro maupun makro yang berpengaruh pada lembaga keuangan. OFSI melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap bank, asuransi, dana pension, dan lembaga pembiayaan. c. Otoritas Jasa Keuangan di Jepang. Otoritas Jasa Keuangan di Jepang adalah Financial Supervisory Authority (FSA) yang pembentukannya berdasarkan undang-undang. FSA merupakan lembaga independen yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengawasi lembaga keuangan yang meliputi bank, pasar modal dan asuransi. d. Otoritas Jasa Keuangan di Jerman. Otoritas Jasa Keuangan di Jerman adalah Bundesanstalt für Finanzdienstleistungsaufsicht (BaFin) yang dibentuk pada tanggal 25 Januari 2001 dan mulai beroperasional pada tanggal 1 Mei 2002 yang berdasarkan hukum otoritas jasa keuangan merupakan badan pengawas tunggal. Adapun BaFin gabungan dari lembaga-lembaga pengawas sebelumnya yang meliputi lembaga pengawas perbankan, lembaga pengawas asuransi, dan lembaga pengawas sekuritas.

7 BaFin memiliki wewenang terkait pengawasn lembaga kredit, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dan lembaga keuangan lainnya. BaFin bertujuan menjamin stabilitas dan integritas sistem keuangan Jerman secara menyeluruh. Tujuan utamanya yaitu menjaga solvabilitas bank, penyedia jasa keuangan dan perusahaan asuransi, dan perlindungan konsumen dan investor. (Martin Schuler, 2013: 13) e. Otoritas Jasa Keuangan di Perancis. Otoritas Jasa Keuangan di Perancis adalah Prudential Supervision Authority atau Autorité de Contrôle Prudentiel (ACP) yang dibentuk pada tanggal 21 Januari 2010. ACP merupakan lembaga independen yang mempunyai tugas untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan memberikan perlindungan pada konsumen, perlindungan pada anggota, perlindungan pada ahli waris, dan orang yang diasuransikan oleh entitas yang diawasinya.. ACP dibentuk dari gabungan antara badan perizinan Perancis dan otoritas pengawas sektor perbankan dan pengawas sektor asuransi. Tujuan dibentuknya ACP adalah membentuk sistem integrasi yang erat antara prudential supervision dengan fungsi-fungsi utama lain pada bank sentral dan juga dengan industry asuransi yang memegang peranan cukup besar pada sektor keuangan. Hubungan operasional yang terintegrasi tersebut sangat diperlukan dalam dinamika sektor keuangan, terutama dalam mengambil keputusan yang tepat di pada saat terjadinya krisis dan penanggulanganya. Dari uraian singkat di atas mengenai otoritas jasa keuangan baik Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia mempunyai beberapa persemaan, dimana salah satu

8 persamaannya adalah lembaga ini mempunyai kekuasaan yang independen. Kekuasaan yang independen dalam hal pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan. Meskipun lembaga keuangan yang menjadi obyek pengaturan dan pengawasan tersebut ada perbedaan di beberapa negara. Persamaan otoritas jasa keuangan di beberapa negara adalah mengenai dana anggaran dan adanya prasarana pendukung operasional, yaitu barang atau aset. Mengenai dana anggaran operasional Otoritas Jasa Keuangan sudah jelas diatur di dalam beberapa ketentuan, antara lain di dalam: a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 1) Pasal 34 ayat (2) Anggaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. 2) Pasal 35 ayat (1) Anggara OJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) digunakan untuk membiayai kegiatan operasional, administrasi, pangadaan aset serta kegiatan pendukung lainnya. 3) Pasal 35 ayat (3) Untuk mendukung kegiatan operasional OJK, Pemerintah dapat melakukan penempatan dana awal ke OJK. 4) Untuk menetapkan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), OJK terlebih dahulu meminta persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 5) Pasal 37 (1) OJK mengenakan pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan.

9 (2) Pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan wajib membayar pungutan yang dikenakan OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penerimaan OJK. (4) OJK menerima, mengelola, dan mengadministrasikan pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara akuntabel dan mandiri. (5) Dalam hal pungutan yang diterima pada tahun berjalan melebihi kebutuhan OJK untuk tahun anggaran berikutnya, kelebihan tersebut disetorkan ke Kas Negara. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan. 1) Pasal 2 (1) OJK mengenakan pungutan kepada para pihak. (2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar Pungutan yang dikenakan OJK. Pihak yang dimaksud sesuai yang terdapat dalam ketentuan umum adalah yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan adalah Lembaga Jasa Keuangan dan/atau orang perseorangan atau badan yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. 2) Pasal 3 (1) Pungutan OJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakan untuk membiayai kegiatan operasional, administrasi, pengadaan aset, serta kegiatan pendukung lainnya. (2) Pungutan yang diterima OJK pada tahun berjalan digunakan untuk membiayai kegiatan OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada tahun anggaran beriutnya.

10 (3) Dalam hal Pungutan yang diterima OJK pada tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melebihi kebutuhan OJK untuk tahun anggaran berikutnya, kelebihan tersebut disetorkan ke Kas Negara. (4) Dalam melakukan penyetoran ke Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), OJK berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.02/2014 tanggal 1 April 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan. Di dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dalam pasal 1 ayat (1) disebutkan ada 2 (dua) jenis pungutan yang dikenakan OJK terhadap pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan yang meliputi: 1) Biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran,pengesahan, dan penelaahan atas rencana korporasi; dan 2) Biaya tahunan dalam rangka pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian. Adapun jenis, satuan, dan besaran pungutan OJK mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan. Sedangkan mengenai barang atau aset yang dipergunakan oleh OJK tidak diatur secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Undang-Undang OJK dalam Pasal 55 menjadi pokok masa transisi, termasuk di dalamnya mengenai barang atau aset. Adapun pasal 55 yang dimaksud selangkapnya adalah sebagai berikut: (1) Sejak tanggal 31 Desember 2012 fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa Keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana

11 Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangn lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. (2) Sejak tanggal 31 Desember 2013 fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa Keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK. Adapun Pasal 55 tersebut diterapkan dalam Pasal 65 ayat (1), yang selengkapnya sebagai berikut: Terhitung sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55. a. kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan; dan b. kekayaan negara dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lenbaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya, dapat digunakan oleh OJK Selanjutnya dalam Pasal 56 ayat (2) juga disebutkan tentang kekayaan, kekayaan negara dan dokumen, yang selengkapnya adalah sebagai berikut: Penggunaan kekayaan, kekayaan negara, dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan bersama atau keputusan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua Dewan Komisioner yang ditetapkan paling singkat 1 (satu) bulan sebelum beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55.

12 2. PERMASALAHAN Seperti yang telah diuraikan di atas, maka dalam hal tersebut permasalahan yang akan diteliti adalah: a. Bagaimana status hukum aset OJK? b. Bagaimana pengelolaan dan pertanggungjawaban aset OJK? c. Bagaimana pelaksanaan pelaporan pengelolaan aset OJK? 3. KEASLIAN PENELITIAN Menurut pengetahuan penulis, penelitian tentang Aspek Hukum Terhadap Barang Atau Aset Yang Dipergunakan Oleh Otoritas Jasa Keuangan sampai saat ini belum ada yang secara mendalam. Penelitian tentang barang atau aset saat ini hanya tulisan mengenai pengertian, jumlah barang atau aset, merupakan bagian dari laporan dan sebagainya. Sebagai contoh adalah sebagai berikut: a. Laporan Keuangan Semesteran OJK. b. Laporan Keuangan Tahunan OJK. c. Laporan Kegiatan Bulanan OJK. d. Laporan Kegiatan Triwulanan OJK. e. Laporan Kegiatan Tahunan OJK. 4. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

13 a. Secara Teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum perdata dan hukum kekayaan negara pada umumnya serta kekayaan OJK pada khususnya. b. Secara Praktis, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pembentukan peraturan-peraturan untuk menyempurnakan pengaturan mengenai kekayaan dan status barang yang dipergunakan oleh lembaga negara yang bukan merupakan instansi pemerintah, serta memberikan manfaat bagi pengembangan pembangunan, khususnya di bidang hukum. B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian tentang barang yang dipergunakan oleh OJK ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang: a. Status hukum aset OJK. b. Pengelolaan dan pertanggungjawaban aset OJK. c. Pelaksanaan pelaporan pengelolaan aset OJK.