BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Anak Agung Ketut Ayuningsasi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Seperti yang dinyatakan oleh

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan

WALIKOTA PANGKALPINANG

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

Peraturan...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Retribusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

TINGKAT PELAYANAN PASAR REMU DAN PASAR BOSWESEN DI KOTA SORONG

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. maka perlu didukung dari penelitian-penelitian terdahulu yang membahas

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PURWOHARJO DESA KRADENAN SALINAN PERATURAN DESA KRADENAN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat memberikan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sisi retribusi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

TINJAUAN PUSTAKA. kebudayaan di mana mekanisme tertanam. Mekanisme tawar-menawar. merupakan unsur khas pasar tradisional (Listiani,2009).

Pemberdayaan Pasar Tradisional Bantul Yogyakarta

TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

DAMPAK KEBERADAAN MALL ARMADA TOWN SQUARE TERHADAP PEDAGANG PASAR GOTONG-ROYONG DAN PASAR REJOWINANGUN DI KOTA MAGELANG TAHUN

JENIS & STRUKTUR PASAR. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Pasar merupakan suatu daerah dimana pembeli dan penjual saling berhubungan satu sama lainya, untuk melakukan pertukaran barang maupun jasa pada waktu-waktu tertentu. Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutanlainnya. Dari definisi ini, ada empat poin penting yang menonjol yang menandai terbentuknya pasar, yaitu: 1. Ada penjual dan pembeli 2. Mereka bertemu di sebuah tempat tertentu 3. Terjadi kesepakatan di antara penjual dan pembeli, sehingga terjadi jual beli atau tukar menukar 4. Antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat. Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakatatau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan 6

proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Lebih lanjut menurut Perpres tersebut, pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuksistem jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten. Di dalam Perpres tersebut juga disebutkan bahwa toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran dengan bentuk minimarket, supermarket, atau department store. Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern dan pasar tradisional nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi. Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional umumnya terdesentralisasi di mana setiap pedagang mengatur sistem bisnisnya masing-masing. Pada pasar modern, sistem pengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar pengelolaan bisnisnya. Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (barang dan jasa). (Sugiarto, 2002). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah atau kuantitas komoditas yang diperjualbelikan. Pasar dimana 7

penjual dan pembeli melakukan interaksi dapat dibedakan menjadi pasar komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara penjual dan pembeli dari suatu komoditas dalam menentuan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjualbelikan. Pasar faktor adalah interaksi antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barangbarang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar(sugiarto, 2002: 35 dalam Rudi Laksono: 2013) 2.2 Pedagang Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual belikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam ekonomi pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan, yaitu: a. Pedagang distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak distribusi atau produk dari perusahaan tertentu. b. Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lain. c. Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada konsumen (Damsar,1997: 106-107) 8

2.3 Pendapatan Menurut (Gilarso: 1998) pendapatan atau penghasilan adalah sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas karya terbagi dalam enam kategori, yaitu : 1. Upah atau gaji adalah balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dalam hubungan kerja dengan orang atau instansi lain (sebagai karyawan yang dibayar). 2. Laba usaha sendiri adalah balas karya untuk pekerjaan yang dilakukan sebagai pengusaha, yaitu mengorganisir produksi, mengambil keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung resikonya sendiri entah sebagai petani, buruh, maupun pedagang dan sebagainya. 3. Laba Perusahaan (Perseroan) adalah laba yang diterima atau diperoleh perusahaan yang berbentuk atau badan hukum. 4. Sewa adalah jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan hartanya seperti tanah, rumah atau barang-barang tahan lama. 5. Penghasilan campuran (Mixed Income) adalah penghasilan yang diperoleh dari usaha seperti : petani, tukang, warungan, pengusaha kecil, dan sebagainya disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai kombinasi unsur-unsur pendapatan : a. Sebagian merupakan upah untuk tenaga kerja sendiri. b. Sebagian berupa sewa untuk tanah/ alat produksi yang dimiliki sendiri. 9

c. Sebagian merupakan bunga atas modalnya sendiri. d. Sisanya berupa laba untuk usaha sendiri. 6. Bunga adalah balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang. Besarnya balas jasa ini biasanya dihitung sebagai persen ( % ) dari modal dan disebut tingkat atau dasar bunga (rate off) (Gilarso, 1998: 380) 2.4 Relokasi Pasar Tradisional Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia diterjemahkan adalah membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi adanya obyek dan subyek yang terkena pajak dalam perencaan dan pembangunan lokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat yang baru. Persamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional menimbulkan persaingan antara keduanya dan juga menimbulkan modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern. Preferensi prioritas faktor internal, faktor eksternal, faktor bertahan, dan daya tarik pusat perbelanjaan modern menyebabkan pasar tradisional mengalami kondisi bertahan, kehancuran, maupun modernisasi. Ketiganya ini dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional dapat tetap mempertahankan konsep dan fisik bangunannya sebagai pasar, modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern, dan 10

menyebabkan suatu pasar tradisional ke arah kehancuran (Andreas Y.C dan Marinus W, 2006 dalam Hendra Widi Utomo 2011). Mudrajad Kuncoro 2008, isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut : 1. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan. 2. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman. 3. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang. 4. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, dikembangkan berbagai upaya untuk mengembangkan pasar tradisional, antara lain dengan mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan, meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola, memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan. 2.5 Penelitian Terdahulu 1. Haryanto, Doddy (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Dampak Relokasi Kampus Universitas Diponegoro Terhadap Usaha Makanan di Sekitarnya (Studi Kasus: Pleburan dan 11

Tembalang) menggunakan metode analisis data meliputi uji validitas, uji reliabilitas, dan uji t berpasangan (paired t test) menyatakan bahwa analisisberdasarkan uji t berpasangan untuk variabel jumlah konsumen untuk usaha makanan di sekitar kampus Pleburan terjadi penurunan jumlah konsumen sebesar 53 %, untuk kawasan kampus Tembalang terjadi peningkatan jumlah konsumen sebesar 26%. Perhitungan uji t berpasangan untuk jumlah produksi usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi penurunan jumlah produksi di sekitar kampus Pleburan sebesar 52% dan terjadi kenaikan 21% untuk usaha makanan di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel tenaga kerja usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi penurunan tenaga kerja di sekitar kampus Pleburan sebesar 50% dan terjadi peningkatan 33% di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel omset penjualan usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi penurunan omset penjualan sebesar 60% dan terjadi peningkatan 21% di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel keuntungan usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus di sekitar kampus Pleburan terjadi penurunan sebesar 67% dan terjadi peningkatan 33% di sekitar kampus Tembalang. 2. Laksono, Rudi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro di Kota Surakarta menyatakan bahwa hasil analisa rata-rata pendapatan para 12

pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah. Hal ini terjadi karena frekuensi penjualan yang terjadi di dalam pasar yang sekarang dengan lokasi yang berbeda mengakibatkan penurunan frekuensi jual beli di masing-masing toko yang berada pada pasar tersebut. Faktor lain yang ditemukan dalam survey lapangan adalah bentuk bangunan pasar yang berbentuk gedung dan tertutup dari luar, sehingga lokasi sering tidak diketahui oleh orang dan pengguna di sekitar Jalan Ronggowarsito. Kurang publikasi dari pemerintah daerah tentang adanya lokasi pasar baru pasar tersebut yang menimbulkan efek ketidaktahuan masyarakat tentang lokasi baru pasar yang sering disebut dengan pasar elektronik oleh masyarakat Solo dan sekitarnya. 3. Pratama, Aditya (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Setelah Relokasi di Pasar Purwoyoso menyatakan bahwa modal berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang. Selain itu jam dagang tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang, lokasi berpengaruh terhadap pendapatan pedangang Pasar Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang. Kemudian Pedagang hendaknya melakukan menambah modal sehingga kebutuhan untuk perdagangan dapat dipenuhi 13

sehingga pedagang akan semakin berkembang dengan baik dan akan mendapatkan keuntungan lebih banyak. Dan dalam menentukan lokasi berdagang seharusnya pihak pedagang lebih memperhatikan keadaan, letak yang dekat dengan konsumen dan yang jauh dengan konsumen harus memberikan pelayanan yang lebih baik. 2.6 Kerangka Konseptual Kerangka konspetual ini menjelaskan bagaimana dampak relokasi terhadap pendapatan pedagang di Pasar Induk Lau Cih sebelum dan sesudah adanya relokasi dari Pemerintah Daerah Kota Medan. Relokasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 2015 menimbulkan permasalahan apakah dampaknya bagi pedagang di Pasar Induk. Relokasi Pasar Induk LauCih Pendapatan Sebelum Relokasi Pendapatan SesudahRelokasi Dampak Relokasi Terhadap Pendapatan Pedagang Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.7 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan kerangka konseptual, dan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang disusun adalah sebagai berikut: 14

1. (Ho): Diduga tidak ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih. 2. (Ha): Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih. Hipotesis Penelitian penulis adalah (Ha) di terima yaitu Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih. 15