BAB I PENDAHULUAN. hari semakin membaik, walaupun masih terdapat problematika yang harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Septian Try Ardiansyah 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi

2016 HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan baik oleh anak-anak maupun orang tua. Tiap orang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan teknik- teknik gerakan yang sesuai dengan peraturan permainan. ekstrakurikuler maupun diluar kegiatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang bersandarkan pada fakta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syahrul Akbar, 2014 Tingkat kepercayaan diri tim dengan kehadiran libero dalam pertandingan bola voli

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan. bola voli adalah memasukan bola ke daerah lawan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. mencegah bola menyentuh lantai atau lapangan permainan sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. apabila seseorang dapat menguasai teknik dasar yaitu passing bawah, passing

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENJAS BERBASIS MASALAH GERAK PADA SISWA TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lufty Bella Dina Hakiky, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan aspek fisik, psikomotor, kognitif, dan afektif secara total.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek

BAB I. memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh.kegiatan ini dalam perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan bagi seorang guru merupakan syarat penting di disamping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. dalam pembinaan dan peningkatan olahraga khususnya cabang bolavoli.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya, karena hampir setiap toko olahraga menjual peralatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. commit to user

2016 PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SEPAK TAKRAW PADA SISWA SMP NEGERI 1 CONGGENG

BAB I PENDAHULUAN. juga peran guru. Siswa dan guru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Guru

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang paling digemari di dunia. Permainan ini bisa dilakukan oleh semua

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aris Risyad Ardi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan efek samping yang bersifat kontra produktif terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. (1990:3) dalam bukunya mengemukakan, permainan bola voly baru dapat di

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bola basket telah dipertandingkan pada PON I di kota Solo.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maanfaat yang diperoleh langsung dari aktivitas olahraga tersebut baik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia kapan dan

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola voli dalam perkembangan di zaman modern ini semakin

ANALISIS INTERAKSI SOSIAL ATLET BOLA VOLI KLUB ANANTA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. fungsi antara pengembangan aspek: (a) organik, (b) neuro moscular,(c)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga.menurut Harsuki dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

MEMBENAHI SISTEM PEMBINAAN OLAHRAGA KITA Oleh: Agus Mahendra

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. proses dalam revisi produk yang dikembangkan. macam cara, yaitu data dari tinjauan ahli yang diujicobakan kepada kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan mengarahkan

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. tingkat anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia.

BAB II KAJIAN TEORITIS

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah SatuSyarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pendidikan untuk semua dengan paradigma pendidikan yang inklusif di Indonesia ini, telah mengalami kemajuan yang semakin hari semakin membaik, walaupun masih terdapat problematika yang harus diselesaikan. Guru yang bersentuhan secara langsung dengan siswa dalam konsep pendidikan inklusif ini diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada semua siswa sesuai dengan kebutuhannya. Begitu pun dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ia miliki. Pendidikan Jasmani Adaptif diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus agar dapat ikut serta dalam aktivitas jasmani. Sejalan dengan itu dimana pengertian pendidikan jasmani adaptif menurut Hendrayana (2007:7) menyatakan bahwa : Pendidikan jasmani adaptif adalah sebuah program yang bersifat individual yang meliputi fisik/jasmani, kebugaran gerak, pola dan keterampilan gerak dasar, keterampilan-keterampilan dalam aktivitas air, menari, permainan olahraga maupun beregu yang di desain bagi penyandang cacat. Dari pengertian di atas tentang pendidikan jasmani inilah, kita dapat memahami bahwa dalam pelaksanaannya siswa tidak diharuskan berolahlaga dengan standar sama dengan teman lainnya apalagi harus

2 setara dengan atlit. Pendidikan jasmani Adaptif ini bisa menjadi sebuah program yang bersifat individual. Ketentuan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif yang harusnya disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pada pelaksanaannya di lapangan tidak sedikit adalah lebih kepada pelatihan untuk beberapa cabang olahraga tertentu bagi siswa. Dimana seharusnya seluruh siswa harus aktif dalam mengikuti aktivitas jasmani. Suatu kritik terhadap pelaksanaan pendidikan jasmani saat ini di sekolah-sekolah adalah lekatnya ciri olahraga prestasi di sekolah. Pelaksanaan pendidikan jasmani perlu berbasis human movement. Terlihat dari pembenaran keberhasilan pendidikan jasmani di sekolah adalah ketika guru pendidikan jasmani mampu mengantarkan para siswanya menjuarai suatu perlombaan atau pertandingan dan meraih kedudukan terhormat bagi alam individual event atau multi event olahraga. (Abduljabar, 2012,a,b) Dari pernyataan ini tidak sedikit guru atau sekolah yang beranggapan bahwa pendidikan jasmani dikatakan berhasil jika banyak dari siswanya dapat menjuarai suatu perlombaan atau pertandingan. Hal ini lah yang telah menyebabkan pendidikan jasmani kehilangan esensi filosofis sebagai upaya kependidikan dan mengarahkan siswanya belajar dari partisipasi dalam aktifitas jasmani, permainan, dan olahraga. Tetapi ada juga dalam pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif dan ditemukan beberapa masalah bahwa tidak semua siswa terlibat dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif karena berbagai sebab. Alasan siswa tersebut dapat karena program

3 yang guru berikan tidak sesuai apakah terlalu sulit, atau program tidak membuat siswa tertarik dan masalah lainnya. Kegiatan awal dalam kegiatan olahraga adalah warming up atau pemanasan. Guru dalam mengajarkan pendidikan jasmani sebagian besar untuk kegiatan warming up masih bersifat konvensional. Kegiatan Pemanasan yang dilakukan yaitu menggerakkan seluruh anggota badan dengan menghitung bersama-sama dimulai dari kepala hingga kaki. Kegiatan warming up inilah yang menyebabkan tidak sedikit siswa yang enggan untuk mengikuti pembelajaran olah raga ini. Selain itu tidak sedikit pula guru yang berfokus pada prestasi siswanya dalam menguasai salah satu cabang olahraga. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran terkesan siswa dipersiapkan sebagai atlet suatu cabang olahraga. Contoh kegiatan tersebut misalnya seluruh siswa diikutsertakan pada kegiatan pembelajaran volley ball dengan bola yang besar dan keras serta net yang tinggi. Sehingga beberapa siswa yang trauma ketika memukul bola voli yang keras, dan tidak dapat melampaui net yang tinggi akan tidak tertarik dengan pembelajaran yang selanjutnya. Oleh karena itu dibutuhkan rancangan program yang sesuai agar seluruh siswa dapat terakomodasi. Pendidikan Jasmani adaptif yang menyenangkanlah sebenarnya yang dibutuhkan siswa dan ini sebenarnya sudah diperkenalkan oleh para ahli pendidikan jasmani adaptif di Indonesia, tetapi dalam pelaksanaannya ternyata belum seluruhnya mengakomodasi seluruh murid agar tertarik

4 untuk bergerak dalam pembelajaran penjas adaptif. Pendidikan Jasmani Adaptif yang menyenangkan inilah berangkat dari hasil pelatihan dan pendampingan dari Respo International (Abduljabar, 2012) tentang The joy of movement yang memberikan pencerahan terhadap pendidikan jasmani untuk semua yang diberikan kepada para akademisi, mahasiswa serta guru-guru di sekolah luar biasa. Pendampingan ini serta hasil diskusi anatara mahasiswa Belanda dan dosen FPOK UPI serta guru SLB dapat menghasilkan program pendidikan jasmani yang dirasa setidaknya berhasil bagi siswa tunagrahita. Setelah mendapatkan pendampingan dari pihak Respo International, guru mencoba mengadaptasi konsep The joy of movement dalam merancang program pembelajaran penjas adaptif di SLB BC YPLAB. Terdapat beberapa perbedaan yang ditemui dari program The joy of movement dan keadaan lingkungan nyata di sekolah, jika di Program yang diberikan dalam beberapa aktifitas menggunakan beberapa fasilitas, peralatan yang beragam dan menarik serta lengkap, karena keterbatasan fasilitas tersebut di sekolah maka guru harus memiliki imajinasi yang tinggi, serta iklim budaya yang cukup berbeda antara Belanda-Indonesia, dan berdasar pada potensi, kebutuhan, serta kegemaran siswa yang berbeda harus disesuaikan juga. Pengembangan Projek The joy of movement salah satunya telah menghasilkan Dalam hal, magang (Praktik Latihan Profesi Guru) atau internship para mahasiswa CALO-(Chrislelyke Academic Lichamclicjke

5 Opuoeding) Windesheim University the Netherland telah menimbulkan bergesernya fenomena pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dari kegiatan kecabangan olahraga menjadi partisipasi dalam aktivitas jasmaani dan menimbulkan keriangan, keceriaan, kegembiraan, dan gairah belajar siswa disabilitas. Selain itu dalam bentuk investasi pengetahuan telah juga menumbuhkan kekayaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru pendidikan jasmani adaptif terhadap pentingnya aktivitas jasmani dalam kehidupan. (Abduljabar, 2012) Program Pendidikan Jasmani Adaptif The joy of movement inilah yang ingin peneliti kembangkan agar dapat di gunakan di SLB B-C YPLAB khususnya dan Sekolah-Sekolah lainnya pada umumnya agar siswa dengan merasa senang bergerak dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian Pengembangan Program pendidikan jasmani Adaptif The joy of movement Bagi siswa tunagrahita SMALB SLB B-C YPLAB Kota Bandung. B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah program Pendidikan jasmani Adaptif The joy of movement Bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB B-C YPLAB Kota Bandung. Dari fokus penelitian ini peneliti menyusun beberapa pertanyaan penelitian:

6 1. Aspek apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan program Pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB B-C YPLAB Kota Bandung? 2. Bagaimanakah rancangan pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB B-C YPLAB Kota Bandung? 3. Bagaimana Hasil Focus Grup Discuss terhadap program penjas adaptif bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB BC YPLAB Kota Bandung? 4. Bagaimanakah hasil uji terbatas program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB BC YPLAB Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang objektif mengenai Pengembangan Program Pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB SLB B-C YPLAB Kota Bandung, Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk memperoleh: 1. Gambaran aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan program Pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa Tunagrahita tingkat SMALB di SLB BC YPLAB Kota Bandung

7 2. Rancangan pengembangan dalam pelaksanaan program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa SMALB di SLB B-C YPLAB Kota Bandung 3. Hasil Focus Group Discuss terhadap pengembangan Program Penjas Adaptif The joy of movement bagi siswa SMALB di SLB BC YPLAB Kota Bandung 4. Hasil uji terbatas Pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa SMALB di SLB B-C YPLAB Kota Bandung D. Manfaat Penelitian Berdasarkan gambaran objektif pengembangan program pendidikan penjas adaptif The joy of movement bagi siswa tunagrahita, penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna sebagai berikut: 1. Guru Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dalam pelaksanaan Pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa tungrahita tingkat SMALB di SLB B-C YPLAB agar guru kreatif dalam mengembangkan kembali program penjas adaptif ini agar bermanfaat bagi siswa tunagrahita. 2. Sekolah.

8 Memberikan masukan kepada pihak SLB khususnya dalam pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement yang bersumber dari kebutuhan dan potensi peserta didik khususnya siswa tunagrahita serta kerjasama dari seluruh guru kelas untuk aktif sebagai pendamping siswa dalam pelaksanaan program pembelajaran penjas adaptif yang menyumbangkan pemikiran dan masukan dalam hal evaluasi pelaksanaan program. Serta pelaksanaan in house training tentang pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement. 3. Dinas Dapat menjadi masukan agar mengadakan pelatihan-pelatihan bagi guru guna meningkatkan profesionalisme dalam mengembangakan program pendidikan jasmani adaptif bagi siswa tunagrahita. E. Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi tesis berisi rincian tentang uutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam tesis, mulai dari bab I hingga bab V. Bab I berisi uraian tentang Pendahuluan dan merupakan bagian awal dari tesis yang terdiri dari : 1. Latar Belakang Masalah

9 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Penelitian 4. Manfaat Penelitian 5. Struktur Organisasi Tesis Bab II berisi uraian tentang kajian pustaka penelitian. Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Kajian pustaka ini berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menysuun pertanyaan penelitian, tujuan penelitian. Bab II terdiri dari pembahasan teori-teori konsep dan turunannya dalam bidang yang dikaji. Bab III berisi Penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang terdiri dari : 1. Pendekatan Penelitian 2. Tempat dan Subjek Penelitian 3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 4. Teknik Analisis dan Keabsahan Data 5. Prosedur Penelitian Bab IV berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari : 1. Hasil Penelitian 2. Pembahasan Bab V menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab V terdiri dari :

10 1. Kesimpulan 2. Rekomendasi