Perbedaan kadar hemoglobin pada remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan dengan yang tinggal di tepi pantai

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU HAMIL DI PUSKESMAS BAHU MANADO

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA ANAK YANG TINGGAL DI PEGUNUNGAN DAN TINGGAL DI TEPI PANTAI

OLEH : DARIUS HARTANTO

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

PERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci: Asupan Zat Besi, Kadar Hemoglobin, Anak Usia 1-3 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci: Asupan Energi, Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Tablet Fe, Anemia

KADAR HEMOGLOBIN PADA ORANG DEWASA YANG TINGGAL DI DATARAN TINGGI DENGAN KETINGGIAN YANG BERBEDA

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Ratih Puspitasari 1,Ekorini Listiowati 2

HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

Hubungan Asupan Fe dan Vitamin A dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA DI KECAMATAN BOLANGITANG BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ANGKA KEJADIAN DAN KARAKTERISTIK ANEMIA PADA PASIEN YANG BEROBAT DI KLINIK PRATAMA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Keywords: Anemia, Social Economy

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

PENGARUH KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEBUGARAN FISIK PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESISIR PANTAI (Studi di SMP Negeri Kecamatan Getasan dan Semarang Barat)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

PEMBERIAN TABLET Fe DAN JUS JAMBU BIJI PADA REMAJA PUTRI YANG ANEMIA DEFISIENSI BESI

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

PERBANDINGAN TEKANAN DARAH ANTARA ANAK YANG TINGGAL DI PEGUNUNGAN DAN PESISIR PANTAI

Asupan Suplemen Zat Gizi Besi (Fe) Ibu Hamil Dan Status Gizi Bayi Baru Lahir

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Perbandingan Saturasi Oksigen pada Perokok dan Bukan Perokok di Dataran Tinggi Tomohon dan Dataran Rendah Manado

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

Linda Yunitasari 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERHADAP ANEMIA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP CIDAUN CIANJUR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG.

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KOTA BITUNG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

LAMA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI. Menstruation Duration And Female Adolescent Anemia Occurance

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (FE) DI KECAMATAN TARERAN

STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN Oleh : SUJITHA MUNAIDY

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

ABSTRAK INSIDENSI ANEMIA IBU HAMIL DI BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI-DESEMBER 2006

: Anemia, iron tablet consumption behavior, female adolescent. Bibliographies : 63 ( )

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

: Perbandingan Kadar Gula Darah Puasa pada Masyarakat Semi Kota dan Desa di Kabupaten Minahasa Selatan

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA DENGAN HASIL BELAJAR SISWI SMP NEGERI 3 SAPA KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA AL HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kedokteran Universitas Lampung

PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

Kata kunci: Prevalensi,Anemia, Anemia defisiensi besi, bayi berat lahir rendah, Hb.

Transkripsi:

Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Perbedaan kadar hemoglobin pada remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan dengan yang tinggal di tepi pantai 1 Marianne C. Jacobus 2 Max F. J. Mantik 2 Adrian Umboh 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: marian_ne@ymail.com Abstract: Haemoglobin is the main component of red blood cells that serves as a transporter of oxygen and carbon dioxide in the blood. The normal range of haemoglobin values can be used to determine the degree of anemia according to age and gender. Geographical condition such as altitude influences the haemoglobin value. This study aimed to obtain the difference of haemoglobin levels between teenagers with good nutrition status who live at the highland and those at the seaside. This was an observational analytical study with a cross sectional design. Samples were students with good nutrition status of SMPN 3 Tomohon (living at the highland) and those of SMP Kristen Nazaret Tuminting (living at the seaside). There were 60 students who met the inclusion criteria as follows: adolescent, good nutrition status, healthy, aged 13-15 years, lived at the highland or at the seaside 6 month, and willing to be performed blood examinations, and had been approved by their parents. The Mann-Whitney test for the difference between haemoglobin levels of the two groups showed a p value < 0,001. Conclusion: There was a very significant difference between haemoglobin levels of good nutrition teenagers who lived at the highland and at the seaside. Keywords: haemoglobin levels, good nutrition, teenagers, highland, seaside Abstrak: Hemoglobin merupakan komponen utama sel darah merah dan berfungsi sebagai transporter oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Batas normal nilai hemoglobin dapat digunakan untuk menetapkan derajat anemia, dengan distribusi usia dan jenis kelamin spesifik didasarkan pada sampel referensi sehat. Kondisi geografis, seperti ketinggian tempat dari permukaan laut menjadi faktor pertimbangan dalam distribusi nilai normal hemoglobin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan kadar hemoglobin antara remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan dengan yang tinggal di tepi pantai. Jenis penelitian ini analitik-observasional dengan desain potong lintang. Sampel penelitian yaitu remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan yaitu siswa SMPN 3 Tomohon dan yang di tepi pantai yaitu siswa SMP Kristen Nazaret Tuminting. Subjek penelitian berjumlah 60 remaja yang memenuhi kriteria inklusi yaitu gizi baik, sehat, berumur 13-15 tahun, berdomisili di pegunungan atau tepi pantai 6 bulan, bersedia dilakukan pemeriksaan darah, dan telah disetujui oleh orang tua. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney dengan bantuan program SPSS. Hasil uji Mann-Whitney mengenai perbedaan kadar hemoglobin antara kedua kelompok menunjukkan nila p <0,001. Simpulan: Terdapat perbedaan yang sangat bermakna kadar hemoglobin remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan dengan di tepi pantai. Kata kunci: kadar hemoglobin, remaja gizi baik, pegunungan, tepi pantai Hemoglobin merupakan komponen utama sel darah merah dan berfungsi sebagai transporter oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Kadar hemoglobin dilaporkan 1 sebagai gram hemoglobin per desiliter darah (g/ dl). 1,2 Rentang nilai normal kadar hemoglobin dapat sedikit berbeda antara

Jacobus, Mantik, Umboh: Perbedaan kadar hemoglobin... laboratorium yang berbeda. Beberapa laboratorium menggunakan cara pengukuran yang berbeda atau cara menguji sampel yang berbeda. 3 Juga terdapat perbedaan nilai normal antara laki-laki dan perempuan (dengan nilai yang berbeda untuk kehamilan), kelompok usia yang berbeda, ketinggian yang berbeda, dan perokok. 4 Batas normal nilai hemoglobin dapat digunakan untuk menetapkan derajat anemia, dengan distribusi usia dan jenis kelamin spesifik didasarkan pada sampel referensi sehat. 5-7 Menurut WHO dalam Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity, cut-off point anemia pada anak berusia 12-14 tahun ialah kadar hemoglobin <12,0 g/dl. Laki-laki berusia 15 tahun dianggap mengalami anemia bila kadar hemoglobin <13,0 g/dl dan perempuan (tidak hamil) berusia 15 tahun dianggap mengalami anemia bila kadar hemoglobin <12,0 g/dl. 8 Data WHO dalam Worldwide Prevalence of menunjukkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi anak sekolah dasar yaitu 25,4% dan menyatakan bahwa 305 juta anak sekolah di seluruh dunia menderita anemia. 9 Berdasarkan nilai rujukan Riskesdas tahun 2013 proporsi anemia menurut umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal jumlah penderita anemia umur 5-14 tahun 26,4%, jumlah penderita jenis kelamin laki-laki 18,4%, jenis kelamin perempuan 23,9%, jumlah penderita yang tinggal di perkotaan 20,6%, pedesaan 22,8%, sedangkan jumlah penderita anemia di Indonesia mencapai 21,7%. Menurut SK Menkes, prevalensi anemia di Sulawesi Utara 5,7%. 9 Kondisi geografis, seperti ketinggian tempat dari permukaan laut menjadi faktor pertimbangan dalam distribusi nilai normal hemoglobin. Menurunnya tekanan udara, tekanan parsial oksigen, suhu tubuh dan gaya berat akibat faktor ketinggian, mempengaruhi faal tubuh dan dapat menyebabkan hipoksia. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap eritopoiesis atau pembentukan hemoglobin sebagai kompensasi untuk memastikan pasokan oksigen yang adekuat ke jaringan sehingga kebutuhan akan unsur besi menjadi meningkat. 10,11 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan kadar hemoglobin pada remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan dengan yang di tepi pantai. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini analitikobservasional dengan desain potong lintang. Sampel penelitian yaitu remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan yaitu siswa SMPN 3 Tomohon dan yang di tepi pantai yaitu siswa SMP Kristen Nazaret Tuminting. Subjek penelitian berjumlah 60 remaja yang memenuhi kriteria inklusi yaitu gizi baik, sehat, berumur 13-15 tahun, berdomisili di pegunungan atau tepi pantai 6 bulan, dan bersedia dilakukan pemeriksaan darah, serta telah disetujui oleh orang tua. Variabel penelitian ini ialah kadar hemoglobin, umur, jenis kelamin, status gizi, dan ketinggian tempat tinggal. Cara kerja penelitian ini ialah dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan menghitung IMT setelah didapatkan sampel melalui kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan sampel darah dilakukan dengan metode Hb Sahli. Data yang diperoleh diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dilakukan analisis dengan uji Mann-Whitney dalam program SPSS. HASIL PENELITIAN Tomohon berada pada ketinggian ±700-800 m diatas permukaan air laut, sedangkan daerah Tuminting pada ketinggian ±200 m diatas permukaan air laut. Penelitian diikuti oleh 60 siswa yang memenuhi kriteria inklusi. sampel yang dianalisis 30 siswa di daerah pegunungan dan 30 siswa di daerah tepi pantai. Keseluruhan sampel ialah 60 siswa dengan gizi baik yang memenuhi kriteria inklusi. Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel

Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 berdasarkan tempat tinggal dan umur. Terlihat bahwa kedus lokasi penelitian memiliki jumlah remaja terbanyak berusia 13 tahun dan yang paling sedikit pada usia 15 tahun. Tabel 1. Distribusi data berdasarkan umur Umur (tahun) Tempat Tinggal Pegunungan n Tepi Pantai n 13 27 (45) 17 (28,3) 44 (73,3) 14 3 (5) 11 (18,3) 14 (23,3) 15 0 2 (3,3) 2 (3,3) 30 (50) 30 (50) 60 (100) Tabel 2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan tempat tinggal dan jenis kelamin. Terlihat bahwa di daerah pegunungan memiliki jumlah yang sama antara remaja laki-laki dan remaja perempuan sedangkan pada daerah tepi pantai memiliki remaja laki-laki (16,7%) lebih sedikit daripada remaja perempuan (33,3%). Tabel 2. Distribusi data berdasarkan jenis kelamin Tempat Tinggal Jenis Kelamin Pegunungan Tepi Pantai n n Laki-Laki 15 (25) 10 (16,7) 25 (41,7) Perempuan 15 (25) 20 (33,3) 35 (58,3) 30 (50) 30(50) 60 (100) Tabel 3 dan 4 menunjukkan distribusi anemia berdasarkan umur. Terlihat bahwa semua remaja di daerah pegunungan tidak mengalami anemia sedangkan di daerah tepi pantai yang tidak mengalami anemia sebanyak 30% dan yang mengalami anemia sebanyak 20%. Tabel 5 dan 6 menunjukkan distribusi anemia berdasarkan jenis kelamin. Terlihat bahwa remaja laki-laki dan perempuan di daerah pegunungan tidak ada yang mengalami anemia sedangkan di daerah tepi pantai 5% remaja laki-laki dan 15% remaja perempuan mengalami anemia. Tabel 3. Distribusi anemia berdasarkan umur (Pegunungan ) Umur Pegunungan 13 Tahun 0 27 (45) 27 (45) 14 Tahun 0 3 (5) 3 (5) 15 Tahun 0 0 0 0 30 (50) 30 (50) Tabel 4. Distribusi anemia berdasarkan umur (Tepi pantai ) Umur Tepi Pantai 13 Tahun 7 (11,7) 10 (16,7) 17 (28,3) 14 Tahun 4 (6,7) 7 (11,7) 11 (18,3) 15 Tahun 1 (1,67) 1 (1,67) 2 (3,3) 12 (20) 18 (30) 30 (50) Tabel 5. Distribusi anemia berdasarkan jenis kelamin (Pegunungan) Jenis Kelamin Pegunungan Laki-Laki 0 15 (25) 15 (25) Perempuan 0 15 (25) 15 (25) 0 30 (50) 30 (50) Tabel 6. Distribusi anemia berdasarkan jenis kelamin (Tepi pantai) Jenis Kelamin Tepi Pantai Laki-Laki 3 (5) 7 (11,7) Perempuan 9 (15) 11 (18,3) 12 (20) 18 (30) 10 (16,7) 20 (33,3) 30 (50) 3

Jacobus, Mantik, Umboh: Perbedaan kadar hemoglobin... Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai mean kadar hemoglobin remaja laki-laki yang tinggal di daerah pegunungan 14,48 (SB± 0,9435) dan yang di daerah tepi pantai 12,98 (SB±0,9693). Nilai minimum kadar hemoglobin di daerah pegunungan 12,5g/dL sedangkan di daerah tepi pantai 11,6g/dL. Nilai maksimum kadar hemoglobin di daerah pegunungan 15,3g/dL sedangkan di daerah tepi pantai adlah 14,9g/dL. Tabel 7. Nilai mean, simpangan baku, minimum, maximum kadar hemoglobin pada remaja laki-laki. Daerah Mean SB Min Maks Pegunungan 14,48 0,9435 12,5 15,3 Tepi Pantai 12,98 0,9693 11,6 14,9 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai mean kadar hemoglobin remaja perempuan yang tinggal di daerah pegunungan 13,88 (SB±0,8817) dan yang di tepi pantai 12,26 (SB±0,7387). Nilai minimum kadar hemoglobin di daerah pegunungan 12,5g/dL sedangkan yang di tepi pantai 10,8g/dL. Nilai maksimum kadar hemoglobin di daerah pegunungan 15,4g/dL dan di daerah tepi pantai 13,8g/dL. Tabel 8. Nilai mean, simpangan baku, minimum, maximum kadar hemoglobin pada remaja perempuan. Daerah Mean SB Min Maks Pegunungan 13,88 0,8817 12,5 15,4 Tepi Pantai 12,26 0,7387 10,8 13,8 Tabel 9 memperlihatkan hasil uji perbandingan kadar hemoglobin remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan dengan di tepi pantai. Karena data kadar hemoglobin dari remaja gizi baik yang tinggal dipegunungan tidak menyebar normal (p = 0,031), jadi uji yang digunakan ialah uji Mann-Whitney. Hasil uji ini menyatakan adanya perbedaan yang sangat bermakna dari kadar hemoglobin antara kedua kelompok (p < 0,001). Tabel 9. Hasil uji perbandingan kadar hemoglobin remaja gizi baik yang tinggal di pegunungan dengan yang di tepi pantai Kelompok Min Maks Median Sig Pegunungan 12,5 15,4 14,25 P <0,001 Tepi Pantai 10,8 14,9 12,45 * BAHASAN Mengingat luasnya daerah pegunungan dan tepi pantai, maka penelitian ini difokuskan untuk daerah pegunungan yaitu SMPN 3 Tomohon dengan ketinggian ±700-800 m diatas permukaan air laut sedangkan untuk daerah tepi pantai yaitu SMP Kristen Nazaret Tuminting dengan ketinggian ±200 m diatas permukaan air laut. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, secara keseluruhan didapatkan anak laki-laki sebanyak 25 (41,67%) dan anak perempuan sebanyak 35 (58,33%). Pada daerah pegunungan remaja laki-laki mempunyai jumlah yang sama dengan jumlah remaja perempuan, sedangkan daerah tepi pantai mempunyai jumlah remaja perempuan yang lebih banyak daripada jumlah remaja laki-laki, (Tabel 2). Di daerah pegunungan tidak terdapat remaja laki-laki yang mengalami anemia, sedangkan di daerah tepi pantai remaja laki-laki yang mengalami anemia sebanyak 5% dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 11,7%. Pada remaja perempuan di daerah pegunungan juga tidak terdapat kejadian anemia, namun di daerah teppi pantai terdapat 15% remaja perempuan yang mengalami anemia dan 18,3% yang tidak mengalami anemia (Tabel 5 dan 6). Sebelumnya juga telah diadakan penelitian yang serupa, dimana secara keseluruhan ditemukan prevalensi anemia sebesar 34,7% (52 anak dari 150 anak), dengan kontribusi terbesar berada di wilayah pegunungan sebesar 44,0% (33 dari 75 anak) sedangkan di wilayah pantai

Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 hanya sebesar 25,3 % (19 dari 75 anak). Terdapat perbedaan persentase sekitar 18,7% (4 anak), anemia pada anak diwilayah pantai lebih rendah dibanding wilayah pegunungan. Uji statistik beda proporsi dalam taraf 5% penelitian memperlihatkan tidak ada perbedaan bermakna antara proporsi kadar hemoglobin responden yang anemia di wilayah pantai (26,7%, n=20) dan yang anemia pada wilayah pegunungan (44,0%, n=33) dengan Zh = -1,32 (Zh<1,96). Dalam taraf 5% pula penelitian memperlihatkan tidak ada perbedaan bermakna antara proporsi kadar hemoglobin responden tidak anemia di wilayah pantai (73,0%, n=55) dan tidak anemia wilayah pegunungan (56,0%, n=42) dengan Zh = -1,79 (Zh <1,96). Untuk uji beda rata-rata kadar Hb dalam taraf 5% (Zht=3,06 >Ztab 1,96) penelitian memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata kadar hemoglobin pada responden yang berada di wilayah pantai (12,4±0,6 g/100 ml) daripada di wilayah pegunungan yang hanya (12.1±0.6 g/100 ml). 12 Kadar Hemoglobin dan Lingkungan Tempat Tinggal Hasil penelitian ini menunjukkan ratarata kadar hemoglobin pada remaja gizi baik di daerah pegunungan 14,18 g/dl, lebih tinggi dari pada kadar hemoglobin remaja gizi baik di daerah tepi pantai 12,5g/dL. Uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna kadar hemoglobin pada remaja gizi baik di SMPN 3 Tomohon (pegunungan) dan SMP Kristen Nazaret Tuminting (tepi pantai) dengan nilai kemaknaan p < 0,001. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti usia, jenis kelamin dan metabolisme besi dalam tubuh sedangkan yang dapat dikendalikan ialah kecukupan besi dalam tubuh, penyakit sistemik, asupan gizi, aktifitas fisik, tempat tinggal, dan penyakit kronis. 3,13,14 Dalam penelitian ini lingkungan tempat tinggal kedua daerah sangat jauh 5 berbeda dimana tekanan udara di daerah tepi pantai lebih tinggi daripada di daerah pegunungan. Kondisi geografis, seperti ketinggian tempat dari permukaan laut menjadi faktor pertimbangan dalam distribusi nilai normal hemoglobin. Menurunnya tekanan udara, tekanan parsial oksigen, suhu tubuh dan gaya berat akibat faktor ketinggian, memengaruhi faal tubuh dan dapat menyebabkan hipoksia. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap eritopoiesis atau pembentukan hemoglobin sebagai kompensasi untuk memastikan pasokan oksigen yang adekuat ke jaringan sehingga kebutuhan akan unsur besi menjadi meningkat. 10-12,15 Penelitian ini tidak memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi perubahan kadar hemoglobin, seperti kecukupan besi dalam tubuh, penyakit sistemik, ketidakseimbangan antara asupan gizi dan aktifitas yang dilakukan, serta penyakit kronis. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar hemoglobin pada remaja gizi baik yang berumur 13-15 tahun yang tinggal di pegunungan dan tepi pantai. SARAN Prevalensi anemia pada remaja gizi baik yang masih cukup tinggi di wilayah pantai diperlukan intervensi bukan hanya pada pemenuhan kekurangan zat gizi besi saja yaitu dengan pemberian tablet Fe atau makanan yang kaya akan zat besi, tetapi juga dilakukan intervensi faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya konsumsi zat besi dan adanya penyakit infeksi yang menggangu penyerapan. DAFTAR PUSTAKA 1. Mais DD. Hematopathology. ASCP Quick Compendium of Clinical Pathology (2nd ed). Chicago: American Society for Clinical Pathology, 2009; p. 242-320. 2. Centers for Disease Control and Prevention. Recommendations to prevent and

Jacobus, Mantik, Umboh: Perbedaan kadar hemoglobin... control iron deficiency in the United States. MMWR. 1998. 47(No. RR- 3):1-29. 3. Medscape. Hemoglobin Concentration (Hb). [diakses: 24 Sep 2015]. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/articl e/2085614-overview/ 4. Marks PW, Glader B. Approach to in the Adult and Child. In: Hoffman F, Benz EJ, Shattil SJ, editors. Hematology: Basic Principles and Practice (5th ed). Philadelphia: Churchill Livingstone, 2009; 34:439-46. 5. Galen RS, Gambino SR. Beyond normality: the predictive value and efficiency of medical diagnosis. New York: John Wiley & Sons, 1975. 6. Yip R, Johnson C, Dallman PR. Agerelated changes in laboratory values used in the diagnosis of anemia and iron deficiency. Am J Clin Nutr 1984; 39:427-36. 7. Centers for Disease Control. CDC criteria for anemia in children and childbearing age women. MMWR Morb Mortal Wkly Rep [diakses: 23 Oct 2015] 1989; 38:400 4. Available from URL: http://wonder.cdc.gov/wonder/prevgu id/p0000169/p0000169.asp/ 8. WHO. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity: World Health Organization, 2011. 9. RISKESDAS. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: RISKESDAS, 2007. 10. De Mayer ME. Pencegahan dan Pengawasan Defisiensi Besi (2nd ed). Jakarta: Widya Medika, 1995; p. 3-37. 11. Sinatra M.T, Suharsono, Siswanto F. Perbedaan Prevalensi defisiensi besi pada perempuan hamil di daerah pantai dan pegunungan di wilayah Semarang [Artikel]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi, 2009. 12. Ali AR. Perbedaan Kadar Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Pantai dan Pegunungan di Kab. Polewali Mandar Tahun Ajaran 2005/2006 [Artikel]. Mandar: Dinas Kesehatan Mandar, 2006. 13. Elsevier Oncology. Guide to Oncology Drugs and Regimens. In: National Action Council 2010. [Internet] 2006 [diakses: 23 Oct 2015]. Available from URL: http://www.anemia.org/patients/faq/ 14. National Action Council. in aldolescents: The Teen Scene. [Internet] 14 Jan 2009 [diakses : 23 oct 2015]. Available from URL: http://www.anemia.org. 15. Ethel S. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Widayastuti P, penyunting. Anatomy and physiology: an easy learner. Jakarta: EGC, 2013; p. 221-2.