BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi atas dampak peristiwa Revolusi Perancis (1789-1795) dan Revolusi Industri (1750-1850). Para penganut paham sosialisme umumnya adalah orang-orang yang terusik dengan nasib kaum buruh/kelas pekerja yang tertindas karena sistem kapitalisme yang lahir akibat revolusi industri. Sistem kapitalisme telah mengkotak-kotakkan manusia ke dalam kelas pengusaha (yang memiliki modal/borjuis) dan kelas pekerja (buruh). Para penganut sosialisme itu antara lain, Saint Simon (1760-1825), Charles Fourier (1772-1837), Robert Owen (1771-1858), Louise Blanc (1813-1882) hingga Karl Marx (1818-1883), (Susesno,1999:18). Sejalan dengan perkembangannya, paradigma sosialisme kemudian banyak berkembang, terutama pasca Karl Marx dengan konsep sosialismenya yang dinamakan Marxisme. Pertentangan diantara penganut sosialisme tentang Marxisme kemudian memecah penganut sosialisme ke dalam kelompok-kelompok. Sosialisme lalu terbagi menjadi sosialisme demokrasi dan komunisme (Marxisme-Leninisme). Sampai kemudian muncul aliran Revisionisme yang merupakan wujud kritik atas Marxisme. Lebih lengkapnya perkembangan sosialisme ini dijelaskan oleh Thomas 1
Meyer dalam bukunya yang berjudul Sosial Demokrasi halaman 41-67 (Meyer,2003:43&48). Sosialisme terus berkembang hingga di abad ke-21 lahir Sosialisme Bolivarian. Dalam artikel Bolivarianiesme: Dengan Atau Tanpa Chavez yang diunggah dalam situs Iran Indonesian Radio pada tanggal 16 Januari 2013, dipaparkan bahwa Sosialisme Bolivarian lahir dan dicetuskan oleh mantan presiden Venezuela, Hugo Chavez. Sosialisme Bolivarian juga sering disebut dengan Bolivarianisme, namanya diambil dari nama tokoh perjuangan Venezuela yang bernama Simon Bolivar. Bisa dikatakan Bolivarianisme adalah bentuk pemujaan Chavez terhadap sosok Simon Bolivar dan pemikiran-pemikirannya. Bolivarianisme adalah sebuah aliran pemikiran yang berkembang di Amerika Latin, yang meletakkan jejaknya pada interpretasi sosialis-demokratik dari ide-ide Simon Bolivar. Chavez menyebut Bolivarianisme sebagai sosialisme abad 21. Pengaruh Sosialisme Bolivarian pada diri Chavez terutama nampak pada kebijakan-kebijakan yang dibuatnya selama menjabat sebagai presiden di Venezuela. Nurmayanti (2013), memaparkan kebijakan-kebijakan kontroversial itu. Diantaranya membuat sebuah konstitusi yang dikenal dengan Konstitusi Republik Bolivarian Kelima melalui referendum, sebagai bentuk penegasan kedaulatan rakyat; menjalankan program-program populis yang menentang kapitalisme; imperialisme dan globalisasi neo liberal; mengeluarkan undang-undang Reformasi Kepemilikan Tanah untuk mendistribusikan tanah kepada rakyat miskin; menasionalisasi 2
perusahaan minyak asing dan memakai keuntungannya untuk membiayai programprogramnya yang pro rakyat miskin dalam hal pangan, kesehatan dan pendidikan. Seperti Bolivar yang selalu bercita-cita menyatukan seluruh negara di Amerika Latin menjadi satu kesatuan negara serikat yang kokoh, Chavez juga merupakan sosok yang senantiasa melakukan upaya untuk mengintergrasikan negaranegara di Amerika Latin. Negara Venezuela melalui tangan Chavez banyak memberikan bantuan berupa minyak murah kepada negara-negara lainnya di Amerika Latin, seperti yang diberitakan BBC Indonesia pada 6 Maret 2013 melalui artikelnya yang berjudul Reaksi beragam dunia atas meninggalnya Chavez. Kuba adalah salah satu contoh negara di Amerika Latin yang menerima bantuan bernilai jutaan dolar dari penghasilan minyak Venezuela. Chavez bahkan mengajak negara-negara di Amerika Latin dan para sekutunya untuk bersatu melawan Kapitalisme Amerika Serikat. Hal paling kontroversial dari diri Chavez adalah bahwa dia merupakan sosok pemimpin negara yang dianggap tegas dan berani membela kepentingan rakyat miskin di negaranya. Dalam artikel yang diunggah oleh situs Tribunnews Banjarmasin pada tanggal 11 Maret 2013, dengan judul Siapa Pewaris Hugo Chavez dipaparkan bahwa dengan penuh keberanian, Chavez mengeluarkan Venezuela dari IMF dan Bank Dunia karena IMF dan Bank Dunia dianggap sebagai antek Barat yang menjajah Negara Dunia Ketiga melalui jeratan hutang. Chavez juga menggalakkan pendidikan gratis hingga jenjang pendidikan tinggi, memberikan 3
fasilitas perumahan rakyat, fasilitas kesehatan yang tersebar hingga pelosok pedalaman, maupun subsidi BBM yang besar sehingga harga BBM Venezuela merupakan harga yang termurah di dunia. Hugo Chavez juga sangat disegani oleh para pemimpin negara yang sepaham dan sealiran dengannya, seperti Vladimir Putin, Eva Morales, Fidel Castro, Mahmoud Ahmadinejad dan Dilma Rousseff. Namun seperti koin dengan kedua sisinya, setiap pemimpin pasti punya pendukung dan penentangnya. Tentu tidak semua pihak mengagumi dan mendukung Chavez. Nurmayanti (2013) memaparkan bahwa sikap sinis Chavez terhadap Amerika Serikat dan negara Barat membuatnya tidak disukai oleh sebagian pihak di negara Barat. Apalagi Chavez terang-terangan menyatakan perlawanannya terhadap Amerika Serikat dalam berbagai kesempatan. Chavez juga mengajak negara-negara lain untuk bersekutu dengannya guna melawan Amerika Serikat. Bahkan di antara rakyat Venezuela sendiri, ada cukup banyak pihak yang kritis mengecam berbagai kebijakan-kebijakan Chavez. Maka ketika pada tanggal 5 Maret 2013, Hugo Chavez meninggal akibat infeksi paru-paru dan masalah pernapasan sebagai efek samping dari serangkaian kemotrapi dan operasi kankernya di Kuba, respon yang sangat beragam muncul dari berbagai pihak. Selama dua pekan, berita kematian Chavez serta profilnya menjadi pemberitaan di berbagai media di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia yang sebenarnya terletak cukup jauh dari Venezuela dan tidak punya hubungan yang dekat dengan Chavez dan Venezuela. 4
Berbagai pihak dan media punya sudut pandang tersendiri dalam menjabarkan sosok Hugo Chavez dan pengaruhnya terhadap Venezuela dan dunia. Perbedaan sudut pandang pemberitaan bisa didasari oleh ideologi berbeda yang melatarbelakangi setiap media, yang sedikit banyak menentukan pewacanaan sebuah peristiwa dengan cara yang berbeda pula. Eriyanto (2001:42-44) mengatakan semua proses dan kerja berita bukanlah didasarkan pada landasan etis dan professional, tetapi landasan ideologis. Kalau ada seorang wartawan yang menulis berita dari satu sisi, mewawancarai hanya satu pihak, memasukkan banyak opini pribadi, tidak kemudian dinilai sebagai benar atau salah, tetapi memang wartawan melakukan itu semua dalam kerangka ideologi tertentu. Ideologilah yang mendorong wartawan untuk menulis berita dengan cara seperti itu. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana wacana Sosialisme Bolivarian ditampilkan pada pemberitaan kematian Hugo Chavez. Pada penelitian ini, penulis memilih Harian Kompas. Media ini merupakan harian nasional yang diakui mapan secara ekonomi dan menjadi acuan perkembangan jurnalistik di Indonesia. Harian Kompas diakui sebagai surat kabar berkualitas di Asia Tenggara (Sen, Hill, 2001:55). Hal ini menjadikan Harian Kompas sebagai media yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk citra, persepsi, maupun opini publik terkait suatu isu tertentu. Apalagi Harian Kompas mengedepankan mottonya sebagai amanat hati nurani rakyat yang cukup sejalan dengan ide-ide sosialisme. 5
Harian Kompas pun menampilkan secara berkala berita tentang kematian Hugo Chavez sejak tanggal 6 Maret 2013-20 Maret 2013. Ini menunjukkan sikap redaksi yang menganggap pentingnya isu kematian Hugo Chavez bagi pembaca surat kabarnya. Bahkan pada malam terakhir jenazah Hugo Chavez berada di Museum Militer Caracas untuk dilihat oleh rakyatnya, redaksi Kompas mengirim secara khusus wartawannya ke Venezuela untuk meliput acara tersebut. Artikel Demi Bertemu El Comandante bisa dikatakan satu-satunya artikel tentang kematian Hugo Chavez yang diliput langsung oleh wartawan Kompas, sementara berita-berita sebelumnya bersumber dari kantor-kantor berita. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dan mengapa Harian Kompas mewacanakan nilai-nilai sosialisme Bolivarian dalam pemberitaan tentang meninggalnya Hugo Chavez? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa Harian Kompas mewacanakan nilai-nilai Sosialisme Bolivarian dalam pemberitaan tentang peristiwa meninggalnya Hugo Chavez. 6
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi dan kajian tambahan dalam bidang Ilmu Komunikasi khususnya terkait wacana Sosialisme Bolivarian yang dibangun oleh media. 1.4.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberi gambaran bagi khalayak terkait wacana yang ditampilkan Harian Kompas mengenai Sosialisme Bolivarian dalam pemberitaan meninggalnya Hugo Chavez. Juga dapat menjadi masukan dan pertimbangan, khususnya bagi Harian Kompas terkait wacana Sosialisme Bolivarian melalui pemberitaannya, dan menjadi rujukan bagi mahasiswa ilmu komunikasi dan sosial, baik civitas Universitas Multimedia Nusantara maupun lembaga pendidikan tinggi lainnya, serta masyarakat luas yang tertarik dengan topik tentang Hugo Chavez, Sosialisme Bolivarian, dan penelitian dengan menggunakan metode analisis wacana kritis. 7