AS ADI NIM. Q

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia. Dalam. pengamatannya, manajemen pendidikan di Indonesia masih belum

BAB I PENDAHULUAN. negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini (Suyanto, 2003:17).

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 31

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, SARANA PRASARANA, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN KARANGANYAR

POLA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 JEPARA) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (Studi Situs Di SD Negeri Batursari 6 Mranggen Demak) TESIS

PENGARUH KOMITE, PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMAN 7 PURWOREJO TESIS

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi (iptek) menuntut setiap individu dan masyarakat untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TESIS. Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mendapatkan. Gelar Magister Manajemen Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM IMERSI DI SMP NEGERI 3 PATI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH, PROFESIONALISME GURU DAN SUPERVISI PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SMP SEKABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

TESIS. Disusun Oleh : Much. Nur Daim. NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KECAMATAN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan peserta didik, baik secara mental maupun intelektual, digembleng agar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

DAMPAK FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK TUGAS POKOK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KUALITAS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KABUPATEN BLORA TESIS. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. di negara kita tidak ketinggalan dengan negara lain. anak didik agar mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan prestasi murid adalah guru. bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik

BAB I PENDAHULUAN. khususnya melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terus

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Peran perpustakaan sekolah sangatlah signifikan dalam mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

HAPSORO HAMONGPRANOTO

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan (dalam sistem sosial)

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI MTs. DARUL FALAH PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. dimana Ujian nasional merupakan bentuk evaluasi yang dilaksanakan pemerintah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

Suwarsi : Q

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

PENGELOLAAN SUMBER DANA PENDIDIKAN DASAR. (Studi Situs SDN Todanan 1) TESIS

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kehidupan tersebut, di satu sisi sangat bermanfaat bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

Transkripsi:

KOTRIBUSI AKREDITASI SEKOLAH DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KUALITAS SEKOLAH DI SMP SE KABUPATEN JAPARA TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : AS ADI NIM. Q 100050083 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas pendidikan secara nasional merupakan salah satu agenda yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Upaya ini diarahkan agar setiap lembaga pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau masyarakat, yakni suatu jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan harapan mereka. Apabila setiap lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas dan upaya ini dilakukan secara terus menerus, maka diharapkan kualitas pendidikan secara nasional akan terus meningkat. Peningkatan kualitas pendidikan akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat penting mengingat dewasa ini kita dihadapkan pada berbagai kesempatan dan tantangan, baik yang bersifat nasional maupun global, sedangkan berbagai kesempatan dan tantangan itu hanya dapat diraih dan dijawab apabila sumber daya manusia yang dimiliki berkualitas. Kenyataan menunjukkan bahwa dewasa ini kualitas penyelenggaraan pendidikan pada berbagai lembaga pendidikan cukup bervariasi. Hal ini bisa diamati dari berbagai aspek, baik aspek-aspek yang terkait dengan masukan 1

2 instrumental, seperti kurikulum tenaga pengajar, bahan ajar, maupun masukan lingkungan seperti kondisi lingkungan fisik dan manajerial kepala sekolah, aspek-aspek yang terkait dengan proses, seperti proses belajar-mengajar dan sarana serta prasarana yang dibutuhkan, maupun aspek-aspek yang terkait dengan keluaran, seperti hasil ujian dan keterserapan lulusan oleh para tenaga kerja. Diberlakukannya Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah berdampak pada pengelolaan pendidikan di daerah. Di satu sisi, upaya otonomi pendidikan akan berpengaruh positif terhadap berkembangnya sekolah sebagai lembaga pendidikan berbasis kepada kebutuhan dan tantangan-tantangan yang dihadapi sekolah. Disisi lain keragaman potensi dan sumber daya daerah serta keragaman dan potensi lembaga penyelenggara pendidikan baik pemerintah maupun swasta dapat menyebabkan kualitas sekolah bisa sangat bervariasi. Agar kualitas pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan apa yang diharapkan oleh masyarakat maka perlu ada suatu standar atau patokan yang dijadikan pedoman, dan setiap sekolah secara bertahap dibina untuk menuju kepada pencapaian standar yang dijadikan pedoman itu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas suatu sekolah, diantaranya ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, motivasi kerja guru, lingkungan sekolah yang kondusif, pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang rutin, akreditasi sekolah, dan sebagainya. Dari beberapa faktor tersebut, penulis memandang faktor akreditasi sekolah dan supervisi yang dilakukan

3 kepala sekolah merupakan faktor yang dominan. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan akreditasi sekolah mencakup berbagai bidang penilaian, yakni kurikulum dan proses belajar-mengajar, manajemen sekolah, kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana, ketenagaan, peserta didik, peran serta masyarakat dan kultur sekolah. Karena mencakup berbagai komponen itulah maka keberadaan akreditasi sekolah merupakan salah satu faktor yang turut berpengaruh terhadap kualitas sekolah. Sekolah yang terakreditasi amat baik sudah barang tentu merupakan sekolah yang dianggap berkualitas. Demikian juga sebaliknya, sekolah yang terakreditasi cukup, tentunya masyarakat menganggap sekolah tersebut kurang berkualitas. Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian kelayakan suatu sekolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS), yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran kinerja sekolah yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan. Juga untuk menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam penyelenggaran pendidikan. Sekolah yang diakreditasi meliputi TK, SD, SDLB, SLTP, SMU, dan SMK, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Keputusan Mendiknas nomor 097/U/2002 tentang akreditasi sekolah dengan tegas menunjukkan seluruh sekolah agar diakreditasi, baik sekolah

4 negeri (diselenggarakan pemerintah) maupun sekolah swasta (diselenggarakan masyarakat). Sebelumnya, Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 020/C/Kep/I/1983 menyebutkan, akreditasi hanya diberlakukan untuk sekolah swasta. Jika akreditasi diselenggarakan demi peningkatan mutu pendidikan, maka Depdiknas telah melakukan perubahan kebijakan bahwa seluruh satuan pendidikan tanpa terkecuali mesti ditingkatkan kualitasnya. Anggapan bahwa sekolah negeri sudah beres atau sekolah swasta pasti carut marut telah diluruskan dalam surat keputusan mutakhir. Akreditasi terhadap semua sekolah tanpa kecuali, baik negeri maupun swasta, kiranya sejalan dengan kebijakan umum menyangkut otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah. Setiap sekolah mesti secara otonom mengelola seluruh penyelenggaraan pendidikan, bahkan dalam hal pendanaan sekali pun di sisi lain, pihak pemerintah dapat mengambil jarak terhadap sekolah-sekolah yang selama ini diproteksinya habis-habisan. Jika prinsip keadilan dan kejujuran sebagaimana tersurat dalam ketentuan umum akreditasi sungguh diterapkan, maka keberadaan BAS akan mempunyai arti bagi peningkatan mutu semua sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terdapat kesan bahwa akreditasi yang dilakukan oleh Dinas pendidikan Kabupaten Jepara, terhenti sebatas kegiatan administratif belaka. Pengamatan penulis didasari kajian mendalam setelah berkecimpung dalam urusan akreditasi sekolah karena secara kedinasan penulis bertugas sebagai pengurus Badan Akreditasi Sekolah

5 (BAS KAB) di Kabupaten Jepara. Pemahaman akreditasi sekolah cenderung memunculkan sikap formalitas, baik dari pihak pengawas maupun pihak sekolah. Formalitas yang menyangkut temuan sesaat waktu penilaian berlangsung. Penilaian yang mendasarkan pada ada atau tidak ada komponen-komponen yang dinilai akan mendorong tindakan-tindakan yang mengada-ada. Demi nilai, kelengkapan mesti diadakan meskipun sesaat. Caracara tersebut sebenernya dilandasi oleh cara berpikir bahwa akreditasi bukan lagi sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan, tetapi sebagai tujuan. Cara berpikir demikian inilah, yakni mengalihkan hal-hal yang seharusnya menjadi sarana lantas menjadikan sebagai tujuan, membuat mutu pendidikan tidak kunjung membaik. Kelengkapan sarana-prasarana, situasi yang nyaman, atau proses belajar-mengajar yang kondusif dikelola demi akreditasi, demi penilaian, atau demi konsumsi atasan. Akreditasi sekolah harus diletakkan dalam konteks peningkatan mutu pendidikan dan otonomi sekolah. Keprihatinan akan rendahnya mutu pendidikan dan otonomi sekolah. Keprihatinan akan rendahnya mutu pendidikan, terutama untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, setidaknya menyangkut faktor yang dipandang sebagai biang rendahnya mutu pendidikan. Faktor tersebut menyangkut penyelenggaraan sekolah yang birokratik sentris dan bergantung pada petunjuk pelaksanaan (juklak) atau petunjuk teknis (juknis); penyelenggaraan sekolah yang hanya memperhitungkan faktor-faktor input, seperti guru, kurikulum, siswa, buku,

6 dan fasilitas belajar. Acapkali kepala sekolah menempatkan dirinya sebagai kepanjangan tangan pengawas atau atasan yang berupa birokrat Depdiknas. Selain akreditasi sekolah, supervisi kepala sekolah juga dimungkinkan berpengaruh terhadap kualitas sekolah. Kepala sekolah yang merencanakan dan melaksanakan program supervisi secara rutin, sudah tentu akan berdampak positif bagi pengembangan kualitas sekolah tersebut. Menurut Mulyasa (2004: 151) Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku tenaga kependidikan di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep dan teknik manajemen personalia modern. Dalam kerangka pembinaan mutu profesional guru melalui supervisi perlu dicermati bahwa kegiatan tersebut bukan hanya memfokuskan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengelola pembelajaran, tetapi juga mendorong pengembangan motivasi untuk melakukan peningkatan kualitas sekolahnya. Pendidikan dikatakan berkualitas apabila; 1) proses belajar mengajar berjalan secara efektif, peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya pendidikan dan lingkungan yang kondusif; 2) peserta didik menunjukkan tingkat kemampuan prestasi belajar, mengetahui sesuatu dan dapat melakukan sesuatu secara fungsional serta hasil pendidikannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya.

7 Pemikiran Nergery (1981: 27) menunjukkan bahwa kegiatan supervisi pendidikan merupakan salah satu cara pembinaan guru, memiliki posisi yang strategis bagi upaya peningkatan kinerja guru. Karena itu, berbagai upaya peningkatan dan penyempurnaan kurikulum yang berkaitan dengan supervisi dilakukan pemerintah. Upaya-upaya itu antara lain; (1) penyempurnaan dan perbaikan kurikulum dengan perangkat panduan supervisinya; (2) penataran dan pelatihan supervisi bagi kepala sekolah dan pengawas; serta (3) penambahan sarana dan sistem supervisi. Melalui berbagai upaya ini diharapkan supervisi di sekolah dapat dilaksanakan secara profesional dan mengarah kepada sasaran yang tepat yaitu membina kinerja, kepribadian, lingkungan kerja, serta rasa tanggung jawab guru. Kepala sekolah, sebagai supervisor seharusnya mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai supervisi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian kepala sekolah belum mampu melaksanakan tugas supervisi dengan baik. Kepala sekolah tidak melaksanakan supervisi dipengaruhi oleh sedikitnya pengetahuan mereka tentang manfaat dari supervisi itu sendiri., atau sikap negatif guru yang kurang memahami tujuan dari supervisi. Hal ini tentu sangat berpengaruh kepada profesionalisme guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Ketika melakukan supervisi, pertama-tama seorang kepala sekolah berlaku sebagai birokrat yang begitu rewel dengan urusan administratif atau kehormatannya. Berkaitan dengan itu, akreditasi hanyalah terminal-terminal bagi kepala sekolah atau penyelenggara pendidikan untuk menunjukkan

8 kinerja sepanjang waktu yang menjadi tanggung jawabnya. Kalau tidak hatihati, akreditasi hanyalah kesempatan sesaat yang tidak mencerminkan proses panjang yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini terbatas pada SMP di Kabupaten Jepara, karena menurut keputusan Mendiknas 087/U/2002 yang berwewenang melaksanakan akreditasi untuk tingkat TK, SD, dan SMP adalah Badan Akreditasi Sekolah Kabupaten (BASKAB). Berdasarkan uraian mengenai akreditasi, supervisi, dan kualitas sekolah maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kontribusi akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah dengan kualitas sekolah di SMP se-kabupaten Jepara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Seberapa besar kontribusi secara individu dan secara bersama-sama variabel akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap kualitas sekolah di SMP se-kabupaten Jepara? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh secara individu dan secara bersama-sama variabel akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap kualitas sekolah di SMP se-kabupaten Jepara.

9 D. Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Secara teoritis, jika dalam penelitian ini akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terbukti memiliki kontribusi dengan kualitas sekolah, berarti hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan teori untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kualitas sekolah. Selebihnya penelitian ini juga akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan menambah khasanah bagi manajemen pendidikan. Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan: (1) sebagai masukan bagi upaya pengembangan konsep manajemen pendidikan, khususnya yang berkenaan dengan pengembangan kualitas sekolah pada SMP se-kabupaten Jepara; (2) sebagai informasi secara empiris tentang kontribusi antara akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah dengan kualitas sekolah sehingga dapat dijadikan landasan kerja bagi Kepala Sekolah dalam mengembangkan kualitas sekolah, khususnya pada SMP di Kabupaten Jepara, dan; (3) sebagai masukan bagi para guru SMP di Kabupaten Jepara dalam upaya mengembangkan kualitas sekolah.