BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pendidikan adalah manusia.pendidikan bertujuan untuk. menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ASEAN sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembangunan. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun organisasi yang berorientasi pada laba, namun human assets-lah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pada Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 (dalam Triana, 2015) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan mudah untuk dilakukan. Sebaliknya, apabila bangsa gagal dalam. bangsa harus memandang pendidikan sebagai kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

1.1. Latar Belakang Masalah. Suatu bangsa memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, sumber daya manusia berkualitas yang dihasilkan institusi pendidikan merupakan motor penggerak pembangunan bangsa. Untuk mewujudkan suatu bangsa yang tumbuh dan maju dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten dan hal ini berawal dari kualitas pendidikan itu sendiri. Setiap negara memiliki tujuan pendidikan yang ingin dicapai masing-masing, begitu pula dengan negara kita. Pemerintah telah merancang suatu sistem dan tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kebudayaan Indonesia. Adapun yang menjadi tujuan pendidikan Nasional, tertera dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan merumuskan tujuan pendidikan nasional tentunya pemerintah mengharapkan kualitas pendidikan di Indonesia mampu mencapai pada hasil yang memuaskan dan dapat menghasilkan anak-anak Indonesia yang cerdas, unggul dan berkompeten. Tetapi pada kenyataannya saat ini upaya yang telah dilakukan pemerintah maupun masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan belum mencapai pada hasil yang maksimal. Terbukti bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini terlihat pada indikator rendahnya mutu pendidikan nasional berdasarkan penilaian UNESCO.

Pada tahun 2012 Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. (Sumber http://edukasi. kompasiana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikan-indonesia-refleksi-2-mei- 552591.html). Meskipun data yang disajikan masih secara umum, namun dari sinilah setidaknya kita dapat melihat gambaran kualitas pendidikan di Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan menunjukan rendahnya pula kualitas sumber daya manusia, maka dari itu mutu SDM yang berkualitas perlu didukung dengan kualitas mutu pendidikan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan masih banyaknya angka putus sekolah, tingkat buta aksara yang relatif tinggi, tidak lulus dalam ujian nasional, serta permasalahan pendidikan lainnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat ditentukan melalui tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik, yang dapat dilihat dari nilai Ujian Nasional (UN) yang diselenggarakan pemerintah bagi peserta didik di seluruh Indonesia ataupun melalui nilai rapor yang ditentukan di masing-masing sekolah. Pada tahun pelajaran 2012/2013 nilai rata-rata UN menunjukan hasil yang kurang memuaskan karena nilainya menurun drastis dan terjadi pada hampir semua mata pelajaran. Khususnya pada mata pelajaran ekonomi yang merupakan bagian dari rumpun ilmu pengetahuan sosial, persentase penurunan dari tahun sebelumnya cukup tinggi dibandingkan dengan penurunan mata pelajaran sosiologi. Berikut ini ditampilkan perolehan rata-rata nilai UN untuk mata pelajaran ekonomi pada SMA Negeri di Kota Bandung :

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Tabel 1.1 Rata-rata Hasil Ujian Nasional SMA Negeri Tahun Pelajaran 2012/2013 Mata pelajaran Ekonomi SMAN Cluster 1 SMAN Cluster 2 SMAN Cluster 3 Sekolah Rataratratrata Rata- Rata- Sekolah Sekolah 5.89 SMAN 1 Bandung 5.97 6.57 SMAN 6 Bandung 5.72 5.57 SMAN 7 Bandung 5.60 5.93 SMAN 9 Bandung 5.82 6.01 SMAN 20 Bandung 6.03 5.88 SMAN 22 Bandung 5.98 5.92 SMAN 2 Bandung SMAN 3 Bandung SMAN 4 Bandung SMAN 5 Bandung SMAN 8 Bandung SMAN 11 Bandung SMAN 24 Bandung SMAN 10 Bandung SMAN 12 Bandung SMAN 13 Bandung SMAN 14 Bandung SMAN 15 Bandung SMAN 16 Bandung SMAN 17 Bandung SMAN 18 Bandung SMAN 19 Bandung SMAN 21 Bandung SMAN 23 Bandung SMAN 25 Bandung SMAN 26 Bandung SMAN 27 Bandung 5.85 5.58 5.67 5.34 6.01 5.61 5.86 5.78 5.60 5.98 6.00 5.85 6.09 5.71 Rata-rata Nilai 5.97 Rata-rata Nilai 5.85 Rata-rata Nilai 5.78 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bandung Jika digambarkan dalam sebuah grafik maka akan jelas terlihat perbandingan rata-rata nilai dari masing-masing cluster. Gambaran nya sebagai berikut : 6 5,9 5,8 5,97 5,85 5,78 5,7 5,6 cluster 1 cluster 2 cluster 3 rata-rata nilai UN Gambar 1.1 Grafik Rata-rata Nilai UN SMA Negeri berdasarkan Cluster

Perolehan hasil UN pada beberapa SMA Negeri Kota Bandung menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Di samping itu, jika dibandingkan dengan sekolah lain perolehan tertinggi rata-rata nilai UN untuk mata pelajaran ekonomi diraih oleh sekolah swasta yaitu SMA Kristen 1 BPK Penabur dengan hasilnya sebesar 7,98. Nilai yang diperoleh ini berada jauh diatas SMA negeri, perolehan tertinggi untuk rata-rata nilai UN pada SMA negeri diraih oleh SMAN 3 Bandung dengan rata-rata nilai 6,57. Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata nilai mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri cluster satu lebih tinggi dibandingkan cluster dua dan cluster tiga yaitu 5,97 yang kemudian disusul oleh SMA Negeri cluster dua dan tiga. Perolehan Nilai UN untuk mata pelajaran ekonomi pada tahun pelajaran 2012/2013 mengalami penurunan yang sangat drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun sebelumnya nilai rata-rata mata pelajaran ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung mencapai 8.46 sedangkan untuk tahun ini merosot tajam ke angka 5.85 atau penurunan yang terjadi sebesar 30,8%. Penurunan ratarata nilai ini tidak lebih besar dibandingkan dengan penurunan pada mata pelajaran Geografi sebesar 32,1%. Namun penurunannya berada dibawah mata pelajaran Sosiologi yaitu 19,4%. Selain dari perolehan nilai UN, penurunan hasil pembelajaran mata pelajaran ekonomi terlihat pula pada nilai Ujian Kenaikan Kelas (UKK) yang terjadi pada beberapa kelas X di SMA Negeri Kota Bandung. Kebanyakan siswa belum memperoleh nilai yang tinggi, sehingga masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah Kompetensi Kelulusan Minimal (KKM) bahkan untuk rata-rata nilai yang didapat pun masih dibawah KKM. Adapun gambaran rata-rata nilai tersebut ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 Data Rata-rata Nilai Ujian Kenaikan Kelas X Mata Pelajaran Ekonomi Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada beberapa SMA Negeri Nilai Nilai Rata- Sekolah Cluster N KKM Mininal Maksimal Rata SMAN 8 Bandung SMAN 4 Bandung SMAN 1 Bandung SMAN 6 Bandung SMAN 12 Bandung 1 1 2 2 3 185 155 204 109 195 75 75 70 70 70 Sumber :Dokumen SMA yang bersangkutan (data diolah) 24 70 30 37,5 23 95 98 84 100 83 67,5 79,6 58.86 69,7 53,74 Tabel 1.2 menunjukan rata-rata perolehan nilai siswa pada beberapa sekolah berada di bawah KKM. Dan hanya SMAN 4 Bandung yang rata-rata nilai UKK nya berada di atas KKM yaitu sebesar 79,6 tetapi masih ada beberapa siswa yang perolehannya berada dibawah KKM. Sedangkan untuk perolehan rata-rata nilai UKK terkecil diperoleh SMAN 12 Bandung yaitu 53,74. Selain rata-rata nilai yang kecil, masih banyak siswa di sekolah ini yang belum mencapai pada kompetensi kelulusan minimal. Sedangkan untuk SMAN 1, SMAN 8 dan SMAN 6 perolehan nilai ujian kenaikan kelasnya masih banyak yang dibawah KKM sehingga rata-rata perolehan nilai siswa pun masih belum mencapai angka kompetensi kelulusan minimal. Melihat hasil pembelajaran seperti ini, tampak bahwa permasalahan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi tidak hanya dialami oleh sekolah-sekolah yang berada di cluster tiga, namun untuk sekolah yang berada di cluster satu dan dua pun masih banyak yang belum memenuhi KKM yang telah ditentukan. Tujuan pendidikan nasional dapat terselenggara melalui kegiatan pembelajaran. Pada hakikatnya kegiatan belajar dapat kita rasakan dan alami dimana saja dan kapan saja, namun secara formal kegiatan belajar ini terjadi di sekolah. Pemberian materi pembelajaran di sekolah disesuaikan dengan tingkat berfikir dan kebutuhan peserta didik, maka dari itu setiap tingkatan memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian

kegiatan belajar ini salah satunya melalui penilaian evaluasi. Dalam penilaian evaluasi ini maka akan terlihat gambaran hasil belajar yang diraih siswa. Meskipun dalam suatu kegiatan belajar materi dan frekuensi pembelajaran yang diberikannya itu sama. Namun, setiap peserta didik akan menunjukan hasil belajar yang berbeda-beda. Hal demikian dapat terjadi dikarenakan dalam kegiatan belajar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal pembelajaran terdiri dari inteligensi, minat atau perhatian, bakat, motivasi, kematangan dan kepribadian. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah dan lingkungan lainnya. Diantara beberapa faktor internal yang mempengaruhi kegiatan belajar, faktor inteligensi atau kecerdasan memberikan pengaruh yang cukup kuat. Tingkat kemampuan berfikir siswa yang beragam tentu menyumbang hasil pembelajaran siswa yang beragam pula. Dalam hal ini kemampuan berfikir berkaitan dengan daya serap dan tingkat pemahaman siswa terhadap ilmu pengetahuan yang diberikan dalam proses pembelajaran. Sebagian orang berkeyakinan bahwa tingkat IQ memiliki hubungan yang searah dengan perolehan hasil belajar. Siswa yang memiliki tingkat IQ yang tinggi cenderung mudah untuk memahami sesuatu sehingga diprediksikan hasil belajar yang diperoleh pun akan tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki tingkat IQ yang cukup rendah cenderung membuahkan hasil belajar yang rendah. Dalam mencapai keberhasilan pembelajaran yang tinggi tidak hanya ditopang oleh kemampuan intelektual (IQ) yang tinggi, tetapi diperlukan juga kecerdasan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran tersebut. Kesulitan yang dihadapi oleh seorang siswa dalam kegiatan belajar dapat diatasi dengan kecerdasan atau kemampuan yang ia miliki, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran yang ia peroleh. Kecerdasan untuk mengatasi kesulitan dan mampu mengubahnya menjadi sebuah tantangan dinamakan dengan istilah Adversity Quotient (AQ). Seseorang yang memiliki tingkat IQ yang tinggi, namun cepat berputus asa dalam menghadapi kesulitan diprediksikan tidak akan berhasil, maka dari itu tingkat IQ

yang tinggi jika ditopang dengan tingkat AQ yang tinggi pula akan dapat mencapai kesuksesan. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan sosial, ilmu yang dipelajari dalam ekonomi tidak hanya berbentuk hafalan saja tetapi didalamnya terdapat materi hitungan yang membutuhkan daya pemecahan masalah yang kuat. Seringkali siswa mengalami kesulitan dan mengeluh ketika dihadapkan dengan materi perhitungan, dalam hal ini pun diperlukan tingkat AQ yang tinggi untuk mengatasi kesulitan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Stoltz (2000:48) orang yang tidak dapat bertahan terhadap kesulitan akan menderita di segala bidang, sedangkan mereka yang memiliki AQ yang cukup tinggi akan cenderung bertahan sampai berhasil. Maka dari itu tingkat AQ yang tinggi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kesuksesan seseorang. Selain berpengaruh terhadap hasil pembelajaran, tingkat adversity quotient yang dimiliki siswapun berpengaruh penting terhadap motivasi belajar siswa. Siswa yang cenderung memiliki daya juang yang tinggi ketika menghadapi kesulitan maka ia memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan tersebut. Menurut Stoltz (2000:94) orang-orang yang memiliki tingkat AQ tinggi dianggap sebagai orang-orang yang paling memiliki motivasi. Faktor motivasi memiliki peranan yang cukup kuat karena akan menentukan aktivitas seseorang, seperti yang diungkapkan oleh Bahri (2008:148) bahwa jika seseorang tidak memiliki motivasi maka tidak akan mungkin seseorang tersebut melakukan aktivitas belajar. Apabila motivasi belajar yang kuat telah dimiliki oleh peserta didik, maka ia akan berusaha sekuat mungkin untuk menjalani aktivitas pembelajaran. Saat ini banyak literasi yang mengungkapkan pentingnya motivasi dalam kegiatan pembelajaran, bahkan berbagai penelitianpun menjelaskan bahwa motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa faktor kecerdasan siswa khususnya kecerdasan adversitas atau kecerdasan dalam menghadapi kesulitan memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa dan keduanya secara bersamaan memberikan pengaruh terhadap hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa, maka dari itu untuk meningkatkan kualitas belajar salah satunya ditopang dengan tingkat

kemampuan dalam menghadapi kesulitan yang tinggi serta tingkat motivasi belajar yang tinggi juga. Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa penurunan hasil belajar yang terjadi pada mata pelajaran ekonomi bukan masalah yang biasa. Diperlukannya penanganan dari berbagai pihak untuk mengatasi hal tersebut, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya dengan judul dari penelitian ini adalah : Pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Ekonomi (Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung) 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan inti dalam suatu penelitian, sehingga akan tergambar jelas pokok-pokok dan batas-batas permasalahan dalam suatu fokus penelitian. Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran umum tingkat Adversity Quotient (AQ), motivasi belajar, dan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri di Kota Bandung pada mata pelajaran ekonomi? 2. Bagaimana pengaruh Adversity Quotient (AQ) terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi? 3. Bagaimana pengaruh Adversity Quotient (AQ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi? 4. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi? 5. Bagaimana Adversity Quotient (AQ) dan motivasi belajar berpengaruh secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?

1.3 Tujuan Penelitian Dengan merujuk pada rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran umum tingkat Adversity Quotient / AQ, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri di Kota Bandung pada mata pelajaran ekonomi. 2. Pengaruh Adversity Quotient (AQ) terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi 3. Pengaruh Adversity Quotient (AQ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. 4. Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. 5. Adversity Quotient (AQ) dan motivasi belajar berpengaruh secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat secara teoritis Secara teoritis, penelitian ini penulis harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya pengetahuan kita mengenai pendidikan di Indonesia, khususnya terkait dengan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran ekonomi. 1.4.2 Manfaat secara praktis Secara praktis, penelitian ini penulis harapkan dapat memberikan gambaran sebagai informasi mengenai pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan motivasi belajar terhadap hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi, juga memberikan gambaran suatu tindakan atau kebijakan yang seperti apa untuk menangani rendahnya hasil belajar siswa.