Taman Nasional Gunung Leuser

dokumen-dokumen yang mirip
Gunung Leuser National Park. Gunung Leuser National Park. Fauna. Fauna

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

Bab V. Rencana Kawasan Strategis. 5.1 Dasar Perumusan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

A. Hewan dan Tumbuhan yang Hampir Punah

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

10 Hewan Langka Di Indonesia

Badak Jawa Badak jawa

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

HEWAN YANG LANGKA DAN DILINDUNGI DI INDONESIA 1. Orang Utan (Pongo pygmaeus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan.

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

6 Hewan dan tumbuhan langka di dunia dan keterangannya diantaranya sbb:

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

TINJAUAN PUSTAKA. makanan (top predator) di hutan tropis. Peranannya sebagai top predator,

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLATIHAN SOAL 8.6

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beruang madu (H. malayanus) merupakan jenis beruang terkecil yang tersebar di

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

IPA SD Kelas IV 1

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa didasarkan pada

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Area. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan satu kesatuan

SMP NEGERI 3 MENGGALA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Distribusi populasi babi hutan meliputi benua Eropa, Afrika Utara, Mediterania

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi dan Klasifikasi Ilmiah Daun Sang (Johannestijsmania altifrons)

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

III. KONDISI UMUM LOKASI

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

Disusun Oleh: Faisal Rahmad H Fabian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Evaluasi (untuk guru) Pilihan Ganda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pagi kembali, senja menanti Si adik lahir, yang lain pergi Aku tak tahu mengapa ada yang pergi tak kembali Kata Ibu, yang pergi menjadi kenangan

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Taman Nasional Gunung Leuser Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) terletak di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Area seluas 1.094.692 hektar (ha) ini ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai taman nasional pada tahun 1980. Nama TNGL diambil dari Gunung Leuser yang membentang di kawasan tersebut dengan ketinggian mencapai 3.404 meter (m) diatas permukaan laut (dpl). Bersama dengan Taman Nasional Bukit Barisan c FFI Hutan TNGL Selatan dan Taman Nasional Kerinci Seblat, TNGL ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2004 sebagai situs warisan dunia, Tropical Rainforest Heritage of pada tahun 2004. Sebelumnya, TNGL juga telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfer pada tahun 1981, dan ASEAN Heritage Park pada tahun 1984. TNGL berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang luasnya mencapai 2,6 juta ha dan dianggap sebagai rumah terakhir bagi Orangutan sumatera yang sangat terancam punah. KEL merupakan habitat yang kompleks dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, namun sekaligus rentan. Selain orangutan, terdapat juga sejumlah spesies hewan dan tumbuhan khas TNGL, yang sebagian kecil akan dipaparkan dalam buku saku ini. Sejak 1972 hingga 2001, Bukit Lawang merupakan tempat rehabilitasi orangutan. Dalam kurun waktu ini, 229 orangutan bekas peliharaan yang disita dari perdagangan satwa sudah direhabilitasi di lokasi ini. Bukit Lawang hingga kini diakui sebagai pintu gerbang terbaik untuk menikmati keindahan TNGL yang mempesona. Walaupun bukan lagi sebagai tempat rehabilitasi dan pelepasliaran orangutan, hutan di sekitar kawasan Bukit Lawang masih menyisakan peluang untuk mengamati orangutan dan juga spesies flora dan fauna lainnya. Buku saku ini dimaksudkan untuk membantu anda agar dapat mengenali apa yang anda lihat serta memahami sedikit lebih banyak tentang morfologi, ekologi dan perilaku dari masing masing spesies. Beberapa spesies untuk dipaparkan dalam buku ini, hanyalah segelintir dari begitu banyaknya jumlah spesies mamalia dan burung yang hidup di TNGL. Populasi Orangutan sumatera Sumatera n Orangutan Pongo abelii Mawas 6624 ekor Ciri-ciri : Berbulu panjang, lebat, dan berwarna kemerahan di seluruh tubuh bagian atas, kedua lengan, kaki hingga kepala. Jantan dewasa memiliki kantong pipi yang lebar yang ditutupi bulu-bulu berwarna putih. Jantan berukuran lebih besar, beratnya lebih kurang 80kg, sedangkan betina lebih kurang 39kg. Ada dua spesies orangutan yang berbeda secara genetik yaitu Orangutan sumatera dan Orangutan kalimantan (P. pygmaeus). Orangutan sumatera memiliki bulu yang lebih terang, janggut dan kumis yang lebih panjang. Kantong pipi yang lebih menyempit, dan bentuk tubuh lebih ramping dibandingkan dengan Orangutan kalimantan. Daerah jelajah : Betina dapat mencapai antara 800 hingga 1.500 ha. Daerah jelajah orangutan jantan tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan lebih dari 3.000 ha. Makanan : Buah-buahan sebagai makanan utama, selain itu juga memakan dedaunan, rayap dan semut. Pernah dilaporkan bahwa orangutan juga makan daging, namun sangat jarang sekali. Hal itu dianggap sebagai makanan yang kebetulan ada, dan bukan didapat dengan cara berburu secara aktif, yaitu terhadap hewan lain yang relatif mudah dimangsa seperti kukang yang bergerak lambat. 1 2 Orangutan sumatera c Martin Harvey Uwa-uwa Perilaku dan ekologi : Diurnal (aktif di siang hari) dan arboreal (hidup di atas pohon). Orangutan jantan memiliki perilaku semi-soliter; terutama pada saat ketersediaan makanan berlimpah, orangutan jantan lebih sosial. Betina menjelajah hutan bersama anaknya. Penggunaan alat (tool use) oleh orangutan (dengan jenis alat yang berbeda-beda) telah diketahui di beberapa kelompok populasi Orangutan kalimantan dan Orangutan sumatera. Penggunaan alat oleh orangutan banyak dilaporkan di daerah hutan rawa (kemungkinan hal ini terkait dengan tingginya kepadatan populasi orangutan di daerah yang penting ini). Lar Gibbon/White-handed Gibbon Hylobates lar Uwa-Uwa, Ungko Lengan Putih Ciri-ciri : Lingkaran putih pada wajah dan tangan serta kaki berwarna putih. Warna bulu bervariasi dari krem ke hitam dan coklat gelap ke merah, hal ini tidak berkaitan dengan jenis kelamin atau usia. Jantan memiliki tubuh lebih besar dan beratnya kira kira 5-8 kg, betina 4-7 kg. Daerah jelajah : Secara geografis bervariasi dari 16 ha hingga di atas 54 ha. Makanan : Makanan utama adalah buah-buahan termasuk buah ara, dan juga memakan ujung dahan muda, dedaunan, beberapa jenis bunga, dan serangga. Mereka menelan hampir semua c Donny Gunaryadi Thailand Badak sumatera biji buah dan hal ini menjadikan mereka sebagai penyebar biji yang penting di hutan. Perilaku dan ekologi : Diurnal dan arboreal. Melakukan suara panggilan duet di pagi hari (seperti menyanyi). Rata-rata jumlah individu dalam satu kelompok adalah tiga hingga lima ekor. Memiliki struktur sosial monogami, dengan satu jantan dan satu betina hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu keluarga inti. n Rhino Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis Badak Sumatera Ciri-ciri : Badak sumatera merupakan spesies badak terkecil dan yang paling langka dari lima spesies badak yang ada. Tubuhnya pendek, berkulit tebal berwarna cokelat kemerahan, memiliki bulu-bulu yang panjang dan cukup banyak sehingga disebut juga sebagai badak berambut. Mirip dengan Badak afrika, Badak sumatera juga memiliki dua cula (sehingga merupakan satu-satunya badak bercula dua yang hidup di Asia). Berat tubuh mencapai 500 hingga 800 kg. Daerah jelajah : Jantan memiliki daerah jalajah hingga 5.000 hektar sedangkan yang betina antara 1.000 hingga 1.500 hektar Makanan : Beraneka ragam makanan dari anakan pohon, dedaunan, buah-buahan, ranting muda, 3 4

dan tunas pohon. Biasanya mampu memakan hingga 50kg per harinya. dan bunga. Sesekali mereka makan jamur, tunas muda pohon kelapa, dan bekicot. Perilaku dan ekologi : Badak sumatera merupakan spesies soliter (penyendiri) dan tertutup. Mereka menempati daerah jelajah yang dengan jelas dapat dilihat dari kotorannya, urin, dan kubangan tanah. Seekor badak menghabiskan waktunya seharian di kubangan, untuk mendinginkan kulitnya dan melindungi culanya agar tidak mengering. Mereka mencari makan di malam hari, di pagi hari atau di waktu senja yang dingin. Kebutuhan mineral diperoleh dari sesapan (salt lick) dan hal ini merupakan persyaratan untuk daerah jelajahnya. Perilaku dan ekologi : Diurnal dan arboreal. Hidup dalam kelompok yang terdiri dari satu jantan dan beberapa betina dimana sang jantan melindungi para betinanya dari ancaman luar. Jumlah rata-rata per kelompok adalah 6 ekor. Malayan Sun Bear Helarctos malayanus Beruang madu c Miran Campbell Smith Kedih Thomas Leaf Monkey Presbytis thomasi Kedih Ciri-ciri : Tubuh ditutupi dengan bulu berwarna hitam dengan bulu putih pada bagian badan, di bawah lengan, dan kaki. Wajah memiliki garis putih berbentuk V yang bertemu pada kedua mata, dengan gaya rambut (mohawk) yang mencolok. Berat tubuh : 5 hingga 8 kg. Daerah jelajah : 12 hingga 16 ha. Merupakan satwa endemik di Sumatera bagian utara. Makanan : Dedaunan adalah makanan utamanya, namun juga memakan buah-buahan Beruang madu Ciri-ciri : Sekujur tubuh ditutupi oleh bulu hitam pekat atau coklat-hitam kecuali pada dada dimana terdapat tanda berbentuk ladam kuda berwarna oranye-kuning. Bulu berwarna serupa juga terdapat di sekitar bagian rahang dan hidung serta mata. Berat jantan mencapai 40-60kg, sedangkan betina 20-40kg. Daerah jelajah : Antara 9 dan 15 ha Makanan : Omnivora, memakan rayap, semut, larva kumbang, larva lebah dan madu, serta bermacam-macam spesies buah-buahan terutama buah ara. 5 6 Thailand Borneo Perilaku dan ekologi : Aktif dimalam hari (nokturnal). Menghabiskan waktu di tanah dan memanjat pepohonan untuk mencari makanan. Kecuali betina dengan anaknya, beruang madu umumnya bersifat soliter. Mereka tidak berhibernasi sebagaimana spesies beruang lainnya karena sumber pakannya tersedia sepanjang tahun. Mamalia Siamang (Symphalangus syndactylus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Beruk (M. nemestrina), Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Berangberang (Lutra sp.), Tupai terbang merah besar (Petaurista petaurista), Anjing hutan (Cuon alpinus), Babi hutan (Arctonyx collaris), Kukang abu-abu (Nycticebus coucang), Kancil (Tragulus javanicus), Napu (Tragulus napu), Rusa muncak (Muntiacus muntjak), Kijang (Cervus unicolor) Macan dahan (Neofelis nebulosa), Kucing hutan (Prionailurus planiceps), Kucing emas temminck (Catopuma temminckii), Kucing c FFI hutan kuwuk (Prionailurus bengalensis). Gajah sumatera Reptil dan amfibi Buaya rawa (Crocodylus palustris), Buaya air asin/estuarine (Crocodylus porosus), Katak terbang (Rhacaphorus pardalis), Ular tiung (Crysopelus sp.), Kadal terbang (Draco volans), Kura-kura hawksbill (Eretmochelys imbricata), Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), Biawak (Varanus salvator). Burung Kuau raja (Argusianus argus), Kangkareng/ Rangkong perut putih (Anthracoceros albirostris), Rangkong badak (Buceros rhinoceros), Elang laut perut putih (Haliaetus leucogaster), Beo kepala biru (Loriculus galgulus), Elang tiram (Pandion haliaetus). Fauna lainnya Selain spesies-spesies yang dijelaskan di atas, di TNGL anda juga dapat menjumpai sedikitnya 194 spesies reptil dan amfibi, 387 spesies burung dan 127 spesies mamalia di TNGL. Harap diingat kembali bahwa hanya sebagian kecil spesies yang dibahas di buku saku ini. Silahkan tanyakan kepada petugas TNGL atau pemandu wisata anda mengenai spesies apa yang pernah mereka jumpai. Anda pun bisa juga mengamatinya sendiri! Macan dahan c Australian zoo c Mahdi Ismail Kukang Buaya air tawar Rangkong badak 7 8

Bunga Rafflesia Bunga bangkai Rafflesia Rafflesia arnoldii Bunga Bangkai Padma Raksasa Ciri-ciri : Bunga terbesar di dunia, hanya ditemukan di pulau Sumatera dan Kalimantan. Beratnya bisa mencapai 11 kg saat tumbuh sempurna dan dapat tumbuh lebih dari satu meter beserta kelopaknya yang berwarna pink dan merah. Bunga tersebut merupakan tumbuhan parasit dan sama sekali tidak memiliki daun, tangkai maupun akar untuk mencari nutrisi. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, mereka mengambilnya dari tumbuhan induk yang ditumpanginya. Disebut sebagai bunga bangkai karena sering mengeluarkan bau bangkai busuk yang mengundang seranggaserangga penyerbuk dari dalam hutan yang lebat. Titan arum Amorphopalus titanum Bunga Bangkai Suweg Raksasa Bunga titan arum tingginya bisa mencapai 1,83 m dikelilingi oleh kelopak bunga yang belum mekar sepenuhnya berwarna kehitaman dan hijau. Hanya dua belas kali berhasil ditanam di luar habitat aslinya. Bunga yang sulit ditemukan ini berbunga hanya untuk beberapa hari saja, sebelum kemudian layu mengecil. Merupakan spesies endemik hutan Sumatera. 9 Sedikitnya terdapat 8,500 spesies tumbuhan yang berbeda hidup di berbagai habitat di TNGL. Di pantai dan hutan rawa anda akan menemukan pohon-pohon Kasuarina (Casuarina sp.), Pala hutan (Myristica sp.), Camphor atau Kapur barus (Dryobalanops aromatica), pohon Nibung, Rotan (Calamus sp.), pohon Bakau atau Api-api (Avicennia sp.) dan Pandan (Pandanus sp.). Pohon matoa (Pometia pinnata) tumbuh di sepanjang tepi sungai. Di hutan dataran rendah, pepohonan seperti Meranti (Shorea sp.), Keruing (Dipterocarpus sp.), Camphor dan Damar (Hopea sp.) dan beberapa pohon buah liar, seperti Durian hutan (Durio zibethinus), Mangga (Mangifera indica), pisang hutan, buah leci dan buah cempedak hutan tumbuh melimpah ruah. Di pegunungan dan hutan cemara, tumbuh beberapa spesies lumut dan bunga-bunga hutan: anggrek gentians, bunga primula, stroberi, tanaman obat-obatan, dan anggrek-anggrek hutan juga ditemukan. Rafflesia arnoldii juga tumbuh disini. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi pusat informasi pengunjung TNGL terdekat atau kunjungi website TNGL (www.gunungleuser.or.id) atau silahkan kunjungi website Orangutan Information Centre (OIC) dan unduh buku saku ini di : www.orangutancentre.org www.orangutans-sos.org Pohon durian 10 PANDUAN BAGI PENGUNJUNG EKOWISATA DI BUKIT LAWANG Ketika anda melakukan trekking di hutan Bukit Lawang, sangat penting untuk diingat bahwa anda sedang memasuki habitat salah satu spesies kera besar terlangka di bumi. Sebelum anda memasuki kawasan TNGL, silahkan mengambil surat ijin masuk kawasan di Pusat Informasi Pengunjung TNGL atau kantor TNGL terdekat. Semua pengunjung harus dipandu oleh seorang pemandu yang resmi dan terlatih pada saat berada di kawasan TNGL. Populasi Orangutan sumatera di Bukit Lawang berasal dari dua asal-usul yang berbeda: 1. Orangutan liar. Beberapa di antara orangutan liar ini telah terbiasa dengan kehadiran manusia. Sebagian lainnya tetap liar dengan kehadiran manusia di habitatnya. 2. Orangutan bekas peliharaan yang sudah direhabilitasi dan dilepasliarkan di hutan. Proses pemeliharaan dan rehabilitasi seringkali mengakibatkan orangutan menjadi tidak takut dengan manusia dan bahkan ingin berinteraksi dengan manusia. Perilaku pengunjung yang tidak sesuai dapat secara negatif mempengaruhi perilaku dan kesehatan orangutan dari kedua asal-usul populasi tersebut. Pengaruh negatif ini beresiko mengakibatkan orangutan menjadi stres dan jatuh sakit. Dengan mengikuti panduan sederhana ini, pengunjung akan dapat melihat Orangutan sumatera di Bukit Lawang dengan aman, baik bagi pengunjung sendiri maupun bagi orangutan. Dengan demikian, anda akan mendapatkan pengalaman yang lebih alami dan unik selama berada di hutan. Tanggung jawab kelompok/grup Setiap anggota kelompok pengunjung sebaiknya menjaga jarak minimum TUJUH hingga SEPULUH METER dari orangutan yang terdekat (berdasarkan panduan dari daerah wisata kera besar lainnya). Potensi penularan penyakit, baik terhadap manusia maupun orangutan sangat tinggi, hal ini dikarenakan kedekatan hubungan genetik antara kera besar dan manusia. Penyakit-penyakit tersebut mencakup pneumonia, influenza, tuberculosis, hepatitis A, B, C, dan E, kolera, herpes, cacing dan bahkan flu biasa dapat menular pada kera besar dan manusia. Jarak ini juga berguna untuk melindungi pengunjung dari kemungkinan terjadinya serangan agresif oleh satwa liar. Jika seekor satwa bergerak ke arah grup pengunjung atau siapa saja dalam grup, grup tersebut harus tetap menjaga jarak minimum setiap saat. Pada saat ada orangutan (kurang dari jarak 50 meter), pengunjung hanya diperkenankan untuk MENGAMATI TIDAK LEBIH DARI SATU JAM. Setelah satu jam berakhir, grup harus segera meninggalkan areal dimana orangutan tersebut berada. Ingatlah bahwa pengunjung adalah tamu di Taman Nasional Gunung Leuser, yang merupakan rumah tempat tinggal orangutan, dan hal ini yang terbaik bagi orangutan untuk bebas lepas mencari makan secara alamiah tanpa gangguan. BERDIRI TERLALU DEKAT ORANGUTAN DAPAT MENJADI AGRESIF Pengamatan Orangutan Orangutan sumatera memiliki kesamaan DNA (gen pembawa sifat) dengan manusia sebesar 96,5%. Orangutan sangat pintar, bisa berpikir, dan memiliki kepekaan sehingga orangutan harus dijaga dan dihargai dengan baik. Pengunjung Bukit Lawang sangat diharapkan untuk mematuhi panduan 'etika orangutan' berikut ini : Pengunjung tidak boleh menyentuh orangutan dan satwa liar lainnya dalam keadaan apapun. Menyentuh satwa liar sangat membahayakan, karena berbagai alasan seperti penularan penyakit, infeksi dan bahkan cacing dapat dengan mudah menjangkiti orangutan dan manusia. Menyentuh orangutan juga memberi peluang bagi orangutan untuk merampas benda-benda milik pengunjung. Sebagian orangutan kadang-kadang melakukan hal tersebut, dengan menggunakan keempat tangannya untuk mencuri makanan atau barang-barang lainya. Seekor orangutan dewasa kira-kira sama kuatnya dengan empat orang dewasa dan dapat mencederai pengunjung jika orangutan merasa terancam dan terganggu. 11 12

Pengunjung dan/atau pemandu tidak diperbolehkan memberi makan orangutan dalam keadaan apapun. Pengunjung dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan bergerak ke atau berada di sebuah lokasi dengan posisi antara dua orangutan. Induk orangutan sangat melindungi anaknya dan bisa saja menjadi sangat agresif jika seseorang mendekati kawanannya. Orangutan pun bisa mengejar atau bahkan menyerang. Pengunjung dan pemandu tidak diperbolehkan memanggil-manggil orangutan atau berusaha untuk membuat orangutan berpindah-pindah tempat karena ini dapat merubah perilaku mereka. Memanggil atau berusaha membuat orangutan berpindah-pindah tempat dapat menyebabkan stres dan mengganggu perilaku alami mereka. Pengunjung tidak diperbolehkan bergerak tiba-tiba dan tidak boleh berusaha untuk mencari perhatian pada orangutan, seperti dengan cara melambaikan tangan, untuk alasan seperti yang disebutkan sebelumnya. Pengunjung tidak diperkenankan untuk membuat suara ribut di dalam hutan dan harus tetap berusaha untuk berbicara pelan-pelan. Suara yang kuat dapat dianggap sebagai ancaman bagi orangutan dan ini bisa menyebabkan orangutan lari menjauh ataupun menyerang. Tetap bersikap tenang juga memperbesar kemungkinan untuk melihat satwa liar lainnya. Apabila orangutan mulai mengeluarkan suara keciut (kiss squeak), mengeluarkan suara ribut dari tenggorokan, dan/atau melempar ranting pohon, ini merupakan tanda-tanda orangutan sudah menjadi agresif dan terganggu. Jika ini terjadi, sebaiknya anda bergerak dan meninggalkan orangutan sendirian. MEMBUAT SUARA RIBUT DI HUTAN! Tanggung jawab pengunjung Pengunjung tidak diperkenankan memasuki kawasan hutan apabila sakit atau baru saja sembuh dari sakit dan/atau diare. Mohon pengunjung melaporkan kepada pemandu apabila ada gejala sakit sebelum masuk hutan. Berdekatan dengan orangutan pada saat sakit dapat menyebabkan resiko penularan penyakit kepada orangutan yang kemudian dapat mengakibatkan kematian. Petugas TNGL atau pemandu memiliki wewenang untuk menolak pengunjung masuk hutan apabila melihat ada seorang pengunjung yang nampak kurang sehat. Makanan tidak boleh dibawa ke hutan oleh pengunjung. Bila perlu (untuk trek jarak jauh atau dalam kasus tertentu), semua makanan harus dibawa oleh pemandu untuk keamanannya. Makan, minum, atau bahkan makanan yang terlihat pada saat dibawa ke hutan dapat meningkatkan resiko penularan penyakit dan serangan dari orangutan Pengunjung harus membawa sampah-sampah mereka pada saat meninggalkan hutan. Ini termasuk kulit buah karena makanan yang terbuang dapat membuat orangutan tertarik dengan sisa makanan tersebut dan kemudian dapat tertular penyakit Jika pengunjung harus membuang air besar di hutan, pengunjung harus dapat memastikan bahwa hal tersebut dilakukan jauh dari orangutan dan kemudian membuat lubang (paling sedikit sedalam 30cm) lalu menutupinya dengan tanah. Bila memungkinkan sebaiknya pengunjung membuang air besar setelah keluar dari hutan. SENTUH ORANGUTAN MEREKA BISA SAKIT! 13 14 Tanggung jawab hutan Seperti hutan tropis lainnya, Bukit Lawang dan sekitarnya merupakan habitat alam yang kompleks, namun juga rapuh. Ekosistem hutan secara keseluruhan merupakan keseimbangan jaringan beragam spesies satwa dan tumbuhan. Banyak spesies sangat bergantung satu sama lain. Oleh karena itu kami memohon kepada pengunjung untuk dapat mematuhi panduan berikut: Catatan & Komentar Silahkan gunakan halaman ini untuk mencatat spesies menarik yang anda jumpai maupun pengalaman atau kejadian yang anda alami selama kunjungan anda di TNGL. Halaman berisi komentar dan informasi ini dapat anda serahkan ke kantor/pusat Informasi Pengunjung Taman Nasional Gunung Leuser. Anda juga dapat menyampaikan komentar anda melalui email ke : info@orangutancentre.org Pengunjung tidak diperbolehkan mengambil, merusak, atau merubah vegetasi di dalam hutan. Pengunjung juga tidak diperkenankan mengambil daun, biji-bijian, dan kulit dari hutan karena semua itu berperan penting bagi ekosistem hutan. Merupakan tanggung jawab setiap orang yang memasuki kawasan hutan untuk ikut serta membantu melestarikan berbagai habitat dan spesies yang hidup di dalamnya. Pengunjung harus melarang anggota grup lainnya termasuk para pemandu yang berperilaku tidak sesuai dengan aturan-aturan ini, dan harus melaporkan kepada petugas TNGL adanya segala aktivitas yang dapat membahayakan pengunjung dan orangutan. Dengan bantuan dan kerjasama anda, orangutan dan satwa liar lainnya dapat terus bertahan hidup di Bukit Lawang sehingga di masa yang akan datang pengunjungpengunjung lainnya dapat terus menikmati dan menghargai satwa liar hidup di habitat alamnya. MEMBERI MAKAN ORANGUTAN! KARENA... MEREKA BISA MENANGKAPMU 15 Nama :... Kewarganegaraan :... Alamat email :... 16

DARI MEDAN Meters 0 Trail 11 Trail 1 Diproduksi oleh c 2009 Didukung oleh Sumber foto sampul buku : Harimau sumatera, Badak sumatera ( c YLI), Rangkong ( c Viva News), Gajah sumatera ( c FFI), Orangutan sumatera ( ) TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUNGAI BOHOROK JALUR TRAIL JALAN SUNGAI KECIL Trail 10 Trail 7 Trail 8 Trail 6 Trail 5 Trail 4 Trail 2 PANORAMA SUNGAI BOHOROK Trail 3 Lokasi Feeding INFOCORNER CAMPING GROUND 50 100 200 300 400 SECTION AREA OFFICE OF GLNP VISITOR CENTRE BUKIT LAWANG JALUR TREKING BUKIT LAWANG N PETA TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL) Legenda : Ibukota Kabupaten Batas Propinsi Batas Kabupaten Kantor Seksi Wilayah TNGL Batas Resort Kantor Resort TNGL Batas TNGL DaerahEkowisata Wisata Bukit Daerah BukitLawang Lawang DaerahEkowisata Wisata Tangkahan Daerah Bukit Lawang Batas KEL