BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini dijadikan sebagai cermin untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Secara teoritis dan fisiologis tujuan. mandiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang sangat pesat. Di usia ini sangat penting untuk meletakkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan usia dini (Early childhood education) adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TAMAN KANAK-KANAK TRI BINA PAYAKUMBUH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, masyarakat, atau pun sekolah (Sukmadinata, 2004: 1). Berbeda dengan proses yang berlangsung di dua lingkungan pertama, pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Pendidikan formal memiliki kurikulum tertulis, dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah arahan guru. Mutu pendidikan tidak terlepas dari kondisi tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, metode pengajaran, strategi mengajar dan strategi belajar peserta didik itu sendiri. Setiap sekolah memiliki permasalahan yang berbeda apalagi untuk jenjang pendidikan yang juga berbeda. Berbicara mengenai jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) agak berbeda dengan jenjang pendidikan lain karena anak didik masih berusia sekitar 0-6 tahun. Anak didik pada umumnya masih memiliki sifat ketergantungan dengan orang tua mereka. Pendidikan usia dini dapat dikatakan sebagai pengenalan awal sebelum anak mulai mendapat pendidikan dasar dan menengah. Strategi yang digunakan oleh guru juga berbeda dengan jenjang pendidikan lain. 1

2 Anak usia dini sangat senang bermain karena melalui permainan tersebut, anak didik dapat belajar banyak hal. Menurut Musfiroh (2005: 34) bermain sambil belajar merupakan sebuah slogan yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan, yakni belajar yang dilakukan anak adalah melalui bermain. Bermain sambil belajar dalam arti ini tidak diartikan sebagai dua kegiatan, yakni bermain dan belajar, yang dilakukan secara bergantian, sebentar-sebentar bermain sebentar-sebentar belajar. Bermain sambil belajar adalah satu istilah yang digunakan untuk menandai bahwa anak belajar melalui bermain. Aktivitas-aktivitas anak lebih ditekankan pada ciri-ciri bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Melalui bermain itulah, anak memperoleh berbagai kemampuan seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi, kemampuan memanajemen emosi, dan kemampuan berpikir logis matematis. Salah satu kemampuan yang harus dikembangkan adalah kemampuan bersosialisasi sehingga anak didik dapat saling mengenal dan menciptakan kerjasama yang baik. Kerjasama juga dapat dibina melalui permainan. Hal ini didasari bahwa anak didik adalah makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Permasalahan yang muncul pada anak Kelompok B di Kelompok Bermain Al Hidayah Sringin Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar adalah terdapat 12 anak yang belum mampu bekerja sama dengan baik antara anak didik, mereka cenderung bersifat individual.

3 Dalam pelaksanaan pembelajaran mulai bulan Juli tahun pelajaran 2012/2013 penulis menjumpai permasalahan pada anak didik yang berhubungan dengan kemampuan anak didik dalam berinteraksi dengan sesama teman maupun dengan guru agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Fakta yang ditemui ada 5 anak yang tidak mau mengikuti kegiatan pembelajaran setelah beralasan mereka tidak bisa melakukan kegiatan tersebut. Sebagian anak yang lain bahkan segera bermain sendiri dengan teman dan membuat keramaian sehingga mengganggu jalannya pembelajaran. Anak-anak tersebut bersikap seperti itu karena mereka tidak mau terlibat dalam pembelajaran yang menurut pendapat mereka adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan, tidak mau melakukan aktivitas baik dengan diam saja maupun dengan ramai sendiri bahkan mengganggu teman yang lain, tidak mau berinteraksi dengan teman atau guru untuk mencari jalan dalam menyelesaikan tugas kegiatan yang diberikan guru. Ada juga beberapa anak didik yang terlihat belum bergabung untuk bermain bersama temantemannya. Mereka cenderung lebih suka menyendiri, bahkan ada yang tidak mau keluar kelas saat istirahat untuk bermain dengan teman-temannya. Hal tersebut tentu saja menjadi satu permasalahan besar yang harus segera diberi solusi agar tidak mengganggu proses pembelajaran di KB Al Hidayah Sringin dan tentu saja perkembangan anak pada semua dan terlebih lagi aspek khususnya kerja sama yang termasuk dalam perkembangan sosial emosionalnya.

4 Dari permasalahan tersebut karena pendidik belum menerapkan metode yang menarik bagi anak sehingga anak kurang tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran, semua itu menjadi sebab kurangnya rasa sosial dan kerja sama yang tinggi pada diri setiap anak didik. Salah satu faktor keberhasilan anak dalam belajar adalah motivasi. Jalongo (2007; 84, dalam Christianti, 2011) mengatakan bahwa motivasi anak terbentuk dari ketertarikan terhadap sesuatu. Menyikapi hal tersebut, guru diharapkan dapat menciptakan atau menghadirkan lingkungan belajar yang menarik untuk anak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prestasi anak secara langsung ditentukan oleh strategi mengajar yang dipilih guru. Masa usia dini atau usia nol sampai enam tahun merupakan satu bagian dari periode sensitif yang dialami oleh seorang anak. Pada periode ini anak mengalami masa keemasan di mana otak tumbuh dengan sangat pesat. Oleh karena itu periode ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan mengkondisikan anak dalam situasi pembelajaran yang disesuaikan dengan dunia anak yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif dan kreatif dengan menerapkan konsep belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Konsep pembelajaran seperti ini mencakup objek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani baik moral maupun spiritual, motorik, akal fikir, emosional, dan sosial yang tepat dan benar. Di sisi lain terdapat fakta dalam proses pembelajaran di PAUD bahwa muncul banyak persoalan yang menghambat proses. Persoalan tersebut meliputi semua pengembangan kemampuan dasar dan pembiasaan di PAUD

5 yaitu sikap perilaku yang meliputi moral agama, sosial emosional, kemandirian, dan kemampuan dasar yang mencakup kemampuan bahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni. Dalam menghadapi berbagai persoalan tersebut, seorang guru perlu memahami salah satu tugas utamanya yaitu mengembangkan strategi pembelajaran secara efektif dan variatif. Tentu saja pengembangan strategi pembelajaran seperti ini harus dilakukan dengan penggunaan variasi-variasi pembelajaran agar proses pembelajaran bisa berlangsung efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pemikiran tersebut penulis akan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya untuk meningkatkan kerjasama pada anak didik melalui kegiatan bermain secara berkelompok yang dilakukan dengan metode proyek. Kegiatan bermain kelompok diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Menurut Djamarah (2000:7), anak didik yang dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang kekurangan. Sebaliknya, yang kekurangan dengan rela hati mau belajar dari yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Proses pembelajaran memerlukan variasi-variasi. Kata variasi di sini merujuk pada suatu keadaan atau situasi yang berbeda, tidak monoton

6 sehingga mampu mengusir kejenuhan, kebosanan dan bahkan kelelahan dalam proses pembelajaran (Aqib, 2003) Sedang variasi yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran dapat berupa : 1. Variasi gaya mengajar guru 2. Variasi penggunaan media pembelajaran 3. Variasi penggunaan metode 4. Variasi pola interaksi antara guru dengan murid (Sumantri, 1999) Terdapat berbagai metode yang dapat mengembangkan kerjasama anak di antaranya adalah metode karyawisata, metode eksplorasi, metode eksperimen, melalui permainan musik, melalui hasta karya dan metode proyek (Rachmawati dan Kurniati, 2003 : 71-86). Demikian pula Moeslichatoen (1999 : 27) menjelaskan : Metode proyek adalah salah satu metode yang digunakan untuk melatih kemampuan anak memecahkan masalah yang dialami anak dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini dapat menggerakkan anak untuk melakukan kerjasama sepenuh hati. Kerja sama dilaksanakan secara terpadu untuk mencapai tujuan bersama. Nurlaily (2006 : 5) mengatakan metode proyek merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam memecahkan bersama masalah yang mempunyai nilai praktis yang sangat penting bagi pengembangan pribadi anak, serta mengembangkan keterampilan menjalani kehidupan sehari-hari. Metode proyek merupakan salah satu dari metode yang cocok bagi pengembangan terutama dimensi kognitif, sosial, motorik, kreatif dan emosional anak. Metode proyek merupakan suatu metode pembelajaran yang dapat melatih anak menerima tanggung jawab dan prakarsa untuk mengembangkan

7 kreativitas dalam menjelaskan pekerjaan yang menjadi bagian proyek secara tuntas. Selain itu menurut Nurlaily (2006 : 7) metode proyek memberikan peluang kepada anak untuk meningkatkan keterampilan yang telah dikuasai secara perseorangan atau kelompok kecil, dan menimbulkan minat anak terhadap apa yang telah dilakukan dalam proyek serta bagi anak untuk mewujudkan daya kreativitasnya, bekerjasama secara tuntas, dan bertanggung jawab atas keberhasilan tujuan kelompok, mempunyai pemahaman yang utuh tentang suatu konsep. Dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, guru mempunyai peranan penting dalam hal pendidikan. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, seorang pendidik harus mempersiapkan perencanaan pembelajaran melalui RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan beberapa metode yang disesuaikan dengan kondisi yang ada. Salah satunya dengan melalui penerapan metode proyek dalam mengembangkan kerja sama anak. Proses pembelajaran sendiri merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan anak didik dalam suatu situasi pendidikan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Interaksi yang dilakukan pun juga membutuhkan variasi. Variasi dalam interaksi adalah frekuensi pergantian aksi antara guru dan anak didik, antara anak didik dengan anak didik secara tepat( Aqib, 2003). Variasi interaksi yang ideal dalam suatu proses pembelajaran adalah variasi multiarah yaitu pola interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik dan anak didik dengan anak didik. Guru dan anak didik sama-sama aktif, sehingga suasana kelas tampak sibuk

8 tetapi terkendali karena semua yang terlibat dalam proses pembelajaran itu ikut berperan. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul "Upaya meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Metode Proyek pada Anak Kelompok B di Kelompok Bermain Al Hidayah Tanggalan Sringin Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2012-2013. B. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: Masalah yang diteliti terbatas pada upaya peningkatan kemampuan kerja sama anak kelompok B Kelompok Bermain (KB) Al Hidayah Tanggalan Sringin Jumantono Karanganyar dalam pembelajaran melalui metode proyek. C. Perumusan Masalah Dari berbagai masalah yang ada dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah metode proyek mampu meningkatkan kemampuan kerja sama anak kelompok B KB Al Hidayah Tanggalan tahun pelajaran 2012-2013?

9 D. Tujuan Penelitian Berdasar rumusan permasalahan yang telah dikemukakan tujuan penelitin ini adalah : 1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja sama anak Kelompok Bermain, serta bagaimana penerapan metode proyek dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Kelompok Bermain agar hasil pembelajaran dapat meningkat. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kerjasama anak melalui metode proyek dalam pembelajaran pada anak Kelompok Bermain Al Hidayah Tanggalan Sringin Jumantono Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. E. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan wacana keilmuan di bidang pengembangan kemampuan kerjasama khususnya pada anak usia dini dengan melalui metode proyek. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

10 Melalui PTK ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan kerjasama anak usia dini. b. Bagi Anak Didik Hasil PTK ini dapat bermanfaat untuk memotivasi anak didik agar seluruh aspek perkembangan khususnya lingkup perkembangan sosial emosionalnya dalam hal ini kemampuan kerjasama dapat meningkat. c. Bagi Kelompok Bermain Hasil PTK ini dapat membantu memperbaiki pelayanan terhadap anak didik dalam proses pembelajaran di sekolah.