BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman. harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI TEKNIS DENGAN PENDEKATAN PROSES SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris (terdiri dari banyak pulau)

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. eksternal diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah belum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar bidang studi bahasa Indonesia dibutuhkan adanya komunikasi antara guru dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran Bahasa Indonesia juga

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dan saling mengisi (Tarigan, 2013:1). Setiap keterampilan, erat. semakin cerah dan jelas pula jalan pemikiranya.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dalam bentuk tulisan. Sejalan dengan pendapat Parera menulis

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan kita ditandai pencapaian academic standard dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang paling utama, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul. pentingnya proses pembelajaran dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar bagi perkembangan bangsa suatu negara. Melalui. pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dan apresiasi sastra. Mata pelajaran bahasa Jawa yakni program

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

I. PENDAHULUAN. suatu gejala manusiawi umum, tidak ada manusia tanpa bahasa, dan tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan terjun ke masyarakat. keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia yang harus dilakukan secara terus menerus dan berlangsung seumur hidup. Isi dan proses pembelajaran perlu dimutakhirkan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman menghendaki tersedianya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang berstandar nasional dan internasional, maka isi dan proses pembelajaran harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut. Kompetensi dalam pembelajaran mencakup membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Keterampilan menulis adalah rangkaian kegiatan berbahasa yang tak terhindarkan dari kegiatan berbahada yang lainnya, yakni membaca, berbicara, dan menyimak. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan dalam membentuk kompetensi berbahasa seseorang. Semakin terampil seseorang dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis maka semakin berkompeten pula ia berbahasa. Dengan kata lain keterampilan seseorang berbahasa bergantung pada keterampilan seseorang dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi secara tidaklangsung yang berfungsi untuk menuangkan

2 pikiran, ide atau gagasan, dan perasaan serta dipahami oleh pembaca melalui media masa (Syarifah, 2009:114). Menurut Syarifah, (2009:110) para ahli sejarah membedakan empat tahap dalam perkembangan menulis, dimulai dengan menulis gambar, menulis berdasarkan kata-kata, diikuti menulis suku kata berdasarkan bunyi dan diakhiri dengan sistem abjad Yunani. Ditambahkan oleh Tompkins dan Kenneth (dalam Syarifah, 2009:114) ada lima tahap proses menulis yakni pramenulis (prewriting), membuat kerangka (drafting), melakukan perbaikan (revising), melakukan koreksi (editing), dan tukar pikiran (sharing). Kegiatan menulis dalam pengajaran bahasa kedua biasanya dianggap sebagai keterampilan sekunder yang dinilai penting terletak dibawah kemampuan menyimak, berbicara dan membaca (Ghazali, 2010:295). Akan tetapi realita yang ada menunjukkan bahwa kegiatan menulis itu justru memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi bila dibanding dengan kegiatan menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang akan mampu menulis dengan baik jika ia terbiasa membaca, baik membaca buku, media massa, reklame, baliho, dan sebagainya. Selain itu supaya khasanah perbendaharaan ilmunya bertambah, seseorang yang hendak menulis juga harus banyak mendengarkan penjelasan-penjelasan dari orang lain dan berlatih mengemukakan pendapat. Kecakapan tadi perlu dilakukan untuk meminimalkan kesulitan dalam menulis. Pelajaran bahasa Jawa merupakan momok kurang diminati siswa yang dianggap identik dengan klasik, kuno, kadaluwarsa, ketinggalan zaman.

3 Apalagi kalau sudah memasuki aspek membaca dan menulis yang menggunakan huruf Jawa. Aksara Jawa identik dengan tulisan masa lampau yang sudah tidak dikuasai orang zaman sekarang, terutama generasi muda. Akan tetapi, anehnya huruf-huruf Jawa dipergunakan orang sebagai desain klasik yang sangat menonjol dengan identitas Jawa dan diwujudkan dalam poster seperti desain kaos ataupun barang lainnya. Kesulitan yang dialami siswa tidak berarti menjadikan huruf Jawa tidak dikenalkan. Justru sebaliknya, demi kelangsungan huruf Jawa yang sarat dengan filosofi tersendiri dalam budaya Jawa, maka huruf Jawa harus tetap diajarkan kepada para peserta didik. Selain itu huruf Jawa memiliki fungsi yang sama dengan huruf lain pada umumnya. Salah satu fungsinya yakni untuk menyampaikan pesan, baik berupa informasi, himbauan, dan sebagainya. Pemakaian huruf Jawa dapat dijumpai pada dokumen maupun naskah-naskah kuno serta identitas pada bangunan yang bernilai historis seperti kantor, kedinasan, dan pasar tradisional. Pada umumnya kesulitan siswa dalam menulis huruf Jawa terutama di SMP antara lain sebagai berikut: (1) Pembelajaran bahasa Jawa di Sekolah Dasar tidak seluruhnya memberi bekal yang cukup minim terutama dalam hafalan bentuk huruf Jawa (hal ini terlihat diantara siswa tidak bisa membedakan mana ha, ta, la yang memang karakter hurufnya hampir sama. Huruf na, ka, da, sa, ca, wa, dha merupakan bentuk kelompok huruf yang juga mirip; (2) Konsintensi bentuk tulisan dalam huruf Jawa yang dilihat siswa pada papan tulis tidak konsisten. Guru menulis huruf yang sama dengan

4 goresan/coretan yang berbeda; dan (3) Minimnya buku-buku tulisan Jawa yang dimiliki siswa sangat terbatas sehingga kadang bentuk rujukan yang salah akan terus menjadi sumber belajar siswa (hal ini biasanya tampak pada kesalahan tulis dalam LKS). Berdasarkan uraian diatas, maka menulis dengan huruf Jawa perlu diajarkan di sekolah, terutama pada tingkat SMP. Pemilihan dijatuhkan pada tingkat SMP didasarkan pada standar isi dan kurikulum pendidikan yang berlaku. Standar isi yang ada menyatakan bahwa melakukan keterampilan menulis baik sastra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa Jawa untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan, dan informasi berupa percakapan, pengumuman, berita, pidato, artikel, geguritan, macapat, cerita, dan huruf Jawa. Selain dalam standar isi, dalam kurikulum pendidikan juga terdapat keterampilan menulis dengan Standar Kompetensi (SK) mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai jenis karangan menggunakan ragam bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh dan menulis kalimat berhuruf Jawa. Standar kompetensi tersebut dispesifikasikan kedalam Kompetensi Dasar (KD) menulis kalimat berhuruf Jawa. Berdasarkan pengalaman pembelajaran di sekolah tentang menulis huruf Jawa, menyatakan masih mempunyai banyak kendala dalam proses pembelajaran. Kendala yang muncul diantaranya peserta didik merasa asing dengan huruf Jawa sehingga muncul pemikiran huruf Jawa terkesan kuno, membosankan dan sulit. Belum lagi ditambah kredibilitas pendidik yang

5 kurang profesional dalam menyampaikan pembelajaran. Hal ini dapat menyebabkan pembelajaran belum maksimal. Untuk itu perlu dilakukan renovasi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dikemas semenarik mungkin, dengan harapan hasilnya dapat lebih maksimal. Pembelajaran yang menarik dapat dimulai dari cara pendidik dalam menyampaikan pembelajaran. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Suasana pembelajaran yang menarik dapat diciptakan dengan cara mengadakan fariasi pembelajaran, mulai dari model, metode, dan teknik pembelajaran. Pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mutlak diperlukan, bukan hanya dibekali dengan kemampuan untuk menyampaikan ide dan pikirannya secara tertulis (menulis) kepada pihak lain yang merupakan syarat mutlak seseorang dalam mengikuti pendidikan (Syamsi, 1999: 1). Melalui kegiatan menulis, siswa dapat mempertajam daya kreativitas sebab aktivitas ini menghadirkan pengorganisasian di mana siswa menghimpun sejumlah potensi yang ada dalam dirinya, seperti kemampuan menggagas, mengulas, mengkritik, dan mengomentari tentang sesuatu (Nursisto, 1999 : 105). Pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diberikan melalui mata pelajaran bahasa Jawa menulis huruf Jawa. Pembelajaran menulis sebagai bagian yang esensial dalam proses pembelajaran bahasa Jawa menulis huruf Jawa. Pembelajaran menulis huruf Jawa sebagai inti

6 muatan lokal, perlu mendapatkan perhatian yang sewajarnya. Para siswa dan guru lebih memfokuskan kegiatan pelajaran pada materi-materi teoretik dan praktik yang mengarah pada keberhasilan siswa dalam pencapaian nilai yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini mengakibatkan keterampilan menulis huruf Jawa siswa tidak memadai. Siswa menjadi kurang berhasil mempraktikkan menulis huruf Jawa. Hasil tulisan siswa terdapat banyak kesalahan, diantaranya pemilihan dan penulisan huruf Jawa, kesalahan penempatan pasangan, kesalahan menempatkan dan pemakaian tanda baca, kesalahan menempatkan huruf mati dan seterusnya. Beberapa masalah penting dalam proses pembelajaran bahasa Jawa, yang berkaitan dengan siswa seperti motivasi belajar atau kompetensi berkomunikasi, dan yang berkaitan dengan guru misalnya tingkat kompetensi mengelola proses pembelajaran, dan model pendekatan yang digunakan, serta ada yang berkaitan dengan lingkungan siswa, misalnya seberapa besar lingkungan memberikan dukungan terhadap proses belajar bahasa Jawa tersebut. Salah satu pendekatan pembelajaran menulis huruf Jawa digunakan naturalistic inquiry (Suryosubroto, 1992: 193), yakni siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru. Artinya, naturalistic inquiry merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan mengamati

7 dan merumuskan sendiri pemahamannya berdasar ketentuan ilmiah sehingga siswa dapat menguasai keterampilan menulis huruf Jawa dengan sebaiknya. Pembelajaran menulis dengan menggunakan pendekatan tradisional akan menghambat siswa untuk aktif dan kreatif. Sistem pembelajaran dengan pendekatan tradisional, tidak mampu menciptakan hasil anak didik yang diidam-idamkan, terutama untuk bidang keterampilan menulis. Hal ini karena dominasi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional lebih menonjol, sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat. Guru lebih banyak mendominasi sebagian besar aktivitas kegiatan belajar mengajar sehingga para siswa cenderung pasif. Dengan pendekatan tradisional guru sudah menyiapkan judul yang harus ditulis oleh siswa dengan waktu yang telah ditetapkan. Setelah waktu yang ditetapkan selesai, tugas dikumpulkan selanjutnya guru yang mengoreksi dan menilai. Siswa tidak dilatih untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang mereka tulis. Permasalahan yang timbul dari pendekatan pembelajaran menulis menjadi tidak sederhana. Untuk meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa siswa SMP perlu dikembangkan pembelajaran menulis huruf Jawa dengan pendekatan yang tepat. Pendekatan menulis huruf Jawa sebaiknya lebih menekankan pada siswa untuk belajar tentang cara menulis dengan baik, sehingga siswa diharapkan aktif dan berperan dalam proses menulis. Keterlibatan siswa dalam pendekatan proses ini berdampak pada proses pembelajaran menulis siswa, yakni sejak tahap pramenulis, membuat draf, merevisi, mengedit, dan mempublikasikan sehingga akhirnya tulisan tersebut dapat dipahami oleh

8 pembaca. Hal ini dipertimbangkan karena: (a) siswa SMP pada umumnya belum memiliki kemampuan menuliskan huruf dengan baik, pasangan dan perangkat aturannya; (b) pembelajaran menulis huruf Jawa yang disampaikan oleh guru belum mengarah keterampilan; dan (c) kasus pembelajaran menulis huruf Jawa justru datang dari gurunya sendiri yang kurang memahami tata cara dan aturan menulis huruf Jawa. Usaha untuk meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa siswa SMP harus dibuktikan melalui penelitian untuk memdapatkan efektivitas pengunaannya. Harus diingat bahwa guru tidak boleh terlalu cepat membuat kesimpulan mengenai cara mengajarkan menulis huruf Jawa dan hal itu perlu diuji lewat praktik. Applebee (dalam Zuchdi, 1997: 12) mengingatkan bahwa langkah-langkah dalam proses menulis jangan dijadikan prosedur yang kaku. Pembelajaran menulis perlu menghubungkan proses-hasil dan tujuan menulis. Strategi-strategi berbeda. yang digunakan oleh penulis untuk tujuan tertentu dapat diajarkan pada waktu-waktu yang berbeda. Proses belajar menulis huruf Jawa membutuhkan rentang waktu yang panjang. Belajar menulis tidak dapat terlepas dari proses belajar berbicara dan membaca. Proses ini dipelajari anak sejak lahir dengan mendengarkan bunyi bunyi di sekelilingnya lambat laun anak mulai menirukan atau berbicara. Pada usia sekolah ini anak mulai menyadari bahwa bahasa yang biasanya digunakan dalam percakapan dapat dituangkan dalam bentuk lambang tulisan atau fonem dalam huruf Jawa. Bagi anak siswa SMP kegiatan menulis huruf

9 Jawa ini dapat dimulai dengan kegiatan menulis fonem dan perangkat tanda baca dan pasangan huruf, huruf-huruf besar dan tanda baca lainnya. Penelitian ini memilih menulis huruf Jawa, karena menulis huruf Jawa bertujuan memberikan identifikasi atau informasi mengenai objek tulisan. Tujuan penulisan semacam ini sesuai untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menurut Piaget (dalam Gunarsa, 1982: 161) bahwa anak umur 11-15 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret di mana anak mencapai kemampuan untuk berpikir sistematika terhadap hal-hal atau objekobjek yang konkret dengan realitas secara fisik. B. Rumusan Masalah Bertolak dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana kegiatan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang? 3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang? 4. Bagaimana pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran menulis paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang?

10 C. Tujuan Penelitian Dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: 1. Perencanaan pembelajaran menulis paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang. 2. Kegiatan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran menulis paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang. 3. Pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang. 4. Pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran menulis paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang terkait dengan peneliti ini. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan pembaca, khususnya yang berhubungan dengan masalah peningkatan prestasi menulis paragraf dengan huruf Jawa siswa SMP Negeri Tengaran 1 Kabupaten Semarang.

11 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Guru dalam upaya mencari suatu terobosan untuk meningkatkan keterampilan mengajar dalam pembelajaran menulis paragraf dengan huruf Jawa sebagai salah satu aspek pembelajaran Bahasa Daerah (Jawa). b. Bagi Sekolah Dapat memberikan masukan yang akurat tentang sistem pembelajaran menulis bahasa Daerah khususnya pembelajaran menulis Jawa dan dapat menerapkan penggunaan media pembeajaran yang tepat. c. Pengambil Kebijakan Dapat digunakan sebagai masukan lembaga-lembaga terkait dalam program pembinaan dan pengembangan lembaga pendidikan SMP khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan menulis.huruf Jawa.