PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP STRUKTURMIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH A 36 OLEH : DIDA MAULIDA 2706 100 009 L/O/G/O www.themegallery.com DOSEN PEMBIMBING : BUDI AGUNG K, ST, M.Sc Ir. WAHID SUHERMAN JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
ABSTRAK Pengerasan pada baja karbon rendah memang jarang dilakukan. Biasanya dilakukan untuk tujuan penormalan atau sedikit menambah kekerasan agar mudah di machining Salah satu peningkatan sifat mekanis baja karbon rendah dapat dilakukan dengan cara memanaskan baja hingga temperature austenisasi diikuti pendinginan cepat, hot work dan continous annealing yang diikuti quenching dan tempering. Dengan memvariasikan temperature pemanasan pada daerah dua fasa A 1 A 3 dan pada temperature austenisasi maka didapatkan kekerasan dan kekuatan yang beragam. Dalam penelitian ini akan digunakan baja karbon rendah dengan kandungan 0,17%C yang akan di panaskan pada temperature 730,860 dan 960 C diikuti dengan pendinginan dalam 3 media berbeda yakni air,oli dan udara. Kemudian akan dianalisa pengaruh variasi temperature pemanasan terhadap pembentukan strukturmikronya, kekerasan serta sifat mekanik baja karbon rendah setelah diberi perlakuan panas dengan melihat hasil pengujian tariknya. Hasil yang didapatkan bahwa pemanasan pada temperature 860 C dengan pendinginan air menghasilkan peningkatan paling optimal baik kuat tarik dan kekerasannya sebesar 616,3 MPa dan 159 HVN. Kata Kunci : baja karbon rendah, quenching, intercritical temperature, Sifat mekanik
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Topik yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini : SIFAT BAJA KARBON RENDAH YANG ULET & TANGGUH, NAMUN SUSAH DIMACHINING KEBUTUHAN BAJA KARBON RENDAH DALAM INDUSTRI OTOMOTIF DENGAN MODIFIKASI PERLAKUAN PANAS DASAR PERLAKUAN UNTUK MENDAPATKAN STRUKTUR DUAL PHASE FERRITE- MARTENSIT
ACUAN PENELITIAN An evaluation of the wear behaviour of a dual-phase low-carbon steel M. Aksoy, M.B. Karamq, E. Evin (Turki,1995) Wear Tensile & Microstructure Effect of water quenching process on microstructure and tensile properties of low alloy cold rolled dual-phase steel Qingge Meng, Jun Li, Jian Wangc,Zuogui Zhang, Lixiang Zhang (China,2008) Influence carbon and/or iron carbide on the structure and properties of dualphase steels I.A. El-Sesy,Z.M. El- Baradie (Cairo,2002) Structure Tensile & Hardness The Effect Of Variation Heating Temperatures And Quenching Media On Microstructure, Hardness and Mechanical Properties Of Low Carbon Steel A36 Tensile & Work Hardening The effect of intercritical heat treatment temperature on the tensile properties and work hardening behavior of ferrite martensite dual phase steel sheets P. Movaheda, S. Kolahgara, S.P.H. Marashia, M. Pouranvari, N. Parvina (Iran,2009)
Bagaimana kadar karbon dapat mempengaruhi pembentukan strukturmikro baja karbon rendah setelah pemanasan dan pendinginan cepat? Bagaimana pengaruh variasi temperatur pemanasan dan pendinginan terhadap strukturmikro daerah dua fasa baja karbon rendah? Bagaimana pengaruh perbedaan perlakuan panas dan pendinginan yang dilakukan terhadap sifat mekanis baja?
BATASAN MASALAH 1. Material uji yang digunakan mempunyai komposisi kimia yang dianggap homogen 2. Pengaruh variasi tebal specimen dan atmosfer saat pemanasan diabaikan.
TUJUAN menganalisa pengaruh variasi temperatur pemanasan dan media pendingin pada daerah dua fasa terhadap sifat mekanis, struktur mikro dan kekerasan baja karbon rendah.
TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DASAR METALURGI PERLAKUAN PANAS
DIAGRAM TRANSFORMASI ISOTHERMAL IT DIAGRAM UNTUK BAJA EUTECTOID Seiring dengan meningkatnya kadar karbon dalam paduan besi, kurva akan semakin bergeser ke kanan. Saat kurva semakin ke kanan, pendinginan akan cenderung melambat meski masih ada struktur martensit yang terbentuk.
CCT DIAGRAM diagram ini akan menunjukkan secara grafis transformasi fasa pada saat pendinginan lanjut (continous cooling) dan temperatur berlangsungnya transformasi tersebut. Seiring dengan meningkatnya kadar karbon dalam paduan besi, kurva akan semakin bergeser ke kanan. Saat kurva semakin ke kanan, pendinginan akan cenderung melambat meski masih ada struktur martensit yang terbentuk. A3 A1 γ+ α A3 A1 γ+α PEARLITE PEARLITE T O C γ T O C γ MS MS MF MF TIME CCT CRW CCRuntuk Low Carbon TIME CCT CRW untuk High Carbon CCR
Pengaruh Perlakuan Panas Normalizing Annealing Diffusion Annealing Softening Phase-recrystallisation Annealing atau full annealing Stress Relief Annealing Intercritical Anneal
Pengaruh Perlakuan Panas Normalizing Normalising dapat diartikan sebagai pemanasan pada temperatur austenisasi yang diikuti dengan pendingan sangat lambat dalam media udara baik udara diam maupun udara bergerak. Umumnya pemanasan sekitar 55 C diatas upper critical line pada diagram fasa besi karbon. Annealing baja dipanaskan pada temperatur tinggi mencapai temperatur austenitenya kemudian didinginkan lambat hingga temperatur sedikt di bawah titik kesetimbangannya
Pengaruh Perlakuan Panas Critical Temperature (Temperatur Kritis): temperatur mulai dan selesainya transformasi austenite selama pemanasan berlangsung, yang ditunjukkan oleh garis AC 1 dan AC 3 pada baja hypoeutectoid atau garis AC 1 dan A cm pada baja hypereutectoid. Temperatur kritis dapat dihitung menggunakan komposisi kimia actual dari suatu baja. untuk baja hypoeutectoid menggunakan persamaan seperti dibawah ini (ASM vol 4: Heat Treating ) AC1( C) = 723-20.7(% Mn) - 16.9(%Ni) + 29.1(%Si) - 16.9(%Cr). Standard deviation = ± 11.5 C. AC3( C) = 910-203 %C - 15.2(% Ni) + 44.7(% Si) + 104 (% V) + 31.5(% Mo). Standard deviation = ± 16.7 C.
Pengaruh Perlakuan Panas Diffusion Annealing untuk mengurangi ketidakhomogenan yang disebabkan oleh komposisi kimia, atau bahkan ketidakhomogenan likuisasi yang terjadi selama kristalisasi paduan. Proses ini dilakukan pada temperatur 1100-1300 C saat berbentuk larutan padat γ. Struktur ditunjukkan dengan adanya goresangoresan (smearing) dendrite yang diakibatkan peningkatan temperatur dan waktu pemanasan. Softening dilakukan untuk mendapatkan struktur pearlite yang lebih merata. Metode sederhana pada proses ini adalah dengan memanaskan baja pada temperatur sedikit di atas A 1 dan menahannya selama beberapa jam
Pengaruh Perlakuan Panas Phase-recrystallisation Annealing atau full annealing Pemanasan baja yang semakin mendekati temperatur A 3 dengan laju pendinginan yang lebih singkat, struktur yang terbentuk akan semakin halus. Untuk perlakuan jenis ini, pendinginan dilakukan dalam media udara. Stress Relief Annealing Pada proses ini, temperatur pemanasan tidak mencapai A 1. Untuk baja karbon biasanya tidak lebih dari 550-650 C. Stress-relief annealing dimaksudkan untuk menghilangkan tegangan dalam yang timbul sebagai akibat dari proses pengerjaan dingin atau machining yang dialami sebelumnya.
Pengaruh Perlakuan Panas Intercritical Anneal Bila temperatur austenisasi dekat dengan A 1 atau waktu austenisasinya pendek, karbida yang belum sepenuhnya terlarut akan masih tersisa sehingga menyebabkan austenite tidak homogen.. Kehomogenan struktur austenite mempengaruhi terbentuknya lamellar carbide saat pendinginan.
PENDINGINAN QUENCHING Quenching diartikan sebagai pendinginan cepat atau sangat cepat suatu baja dari temperatur austenisasinya yakni sekitar 815-870 C. Proses quenching bertujuan untuk memperbaiki penyebaran ferrite pada kebanyakan baja karbon, baja paduan, dan baja perkakas. Selain itu quench juga berguna untuk mengontrol jumlah martensite dalam mikrostrukturnya. Proses quench dapat dilakukan pada media cair maupun gas. Media pendingin (quenchant) cair yang umum dipakai antara lain Oli dengan berbagai kekentalan, air, Larutan polimer encer, larutan garam atau larutan soda abu. Sedangkan media pendingin gas yang biasa dipakai yakni gas mulia seperti helium, argon dan nitrogen. Media gas ini terkadang digunakan setelah proses austenisasi pada ruang vakum.
DUAL PHASE STEEL Good Formability Low Yield Strength High Strain Hardening baja yang memiliki perpaduan dua fasa yakni ferrite dan martensit. Strukturmikronya berupa sekelompok martensit yang tersebar dalam ferrite. Struktur dua fasa tersebut didapatkan dengan austenisasi pada temperatur sedikit di atas A 3 kemudian didinginkan hingga daerah dua fasa (two phase region) selanjutnya pendinginan cepat sampai temperatur kamar.
LOW CARBON 0,1-0,2% C 1. Interkritikal austenisasi (Intercritical austenization) rapid cooling 2. Hot-rolling dengan kandungan penghambat transformasi seperti Cr, Mn dan Mo. 3. Continous annealing quenching&tempering.
METODOLOGI MULAI PERSIAPAN SPESIMEN PEMOTONGAN SPESIMEN MATERIAL TANPA PERLAKUAN ANNEAL PADA 730 C, T=30 MENIT (Water Quench,Oil Quench, Air Cooling) AC-1,OQ-1,WQ-1 ANNEAL PADA 860 C, T=30 MENIT (Water Quench,Oil Quench, Air Cooling) AC-2,OQ-2,WQ-2 ANNEAL PADA 960 C, T=30 MENIT (Water Quench,Oil Quench, Air Cooling) AC-3,OQ-3,WQ-3 PEMOTONGAN SPESIMEN PENGUJIAN KEKERASAN ANALISA STUKTURMIKRO PENGUJIAN TARIK PENGUMPULAN DATA ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN SELESAI
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan metode pengujian strukturmikro (ASTM E 3), pengujian kekerasan (ASTM E 18), dan pengujian tarik (JIS 2201/5). BAHAN : 3 set material (ukuran 300mm x 50mmx8mm).Spesimen yang akan digunakan pada percobaan ini yaitu baja A 36 dengan tebal 5-8 mm. KOMPOSISI KIMIA BAJA A36 C Si Mn P S Ni Cr Cu (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 0,17 0,15 0,85 0,028 0,20 0,036 0,10 0,34
PROSEDUR PELAKSANAAN PROSEDUR PERLAKUAN PANAS Masing-masing specimen yang telah dipotong akan diberi perlakuan yang beda. Penentuan temperatur pemanasan untuk baja hypoeutectoid berdasarkan ASM volume 4 yaitu : AC 1 ( C)= 723-20.7(% Mn) - 16.9(%Ni) + 29.1(%Si) - 16.9(%Cr). Standar deviasi = + 11.5 C AC 3 ( C) = 910-203 %C - 15.2(% Ni) + 44.7(% Si) + 104(% V) + 31.5(% Mo). Standar Deviasi = + 16.7 C Sehingga didapatkan batas temperatur AC 1 = 710,85 711 C dan AC 3 = 883 C
PERLAKUAN PANAS PADA MASING-MASING SPESIMEN nama Perlakuan 2 Holding Time Pendinginan AC-1 Anneal 730 C 30 menit Udara OQ-1 Anneal 730 C 30 menit Oli WQ-1 Anneal 730 C 30 menit Air AC-2 Anneal 860 C 30 menit Udara OQ-2 Anneal 860 C 30 menit Oli WQ-2 Anneal 860 C 30 menit Air AC-3 Anneal 960 C 30 menit Udara OQ-3 Anneal 960 C 30 menit Oli WQ-3 Anneal 960 C 30 menit Air
PENGUJIAN Pengujian Metalografi mikrostruktur dan makrostuktur Dilakukan dengan sesuai standar ASTM E 3. Proses meliputi: Pemotongan spesimen Mounting spesimen (bila diperlukan) Grinding dan polishing Pemolesan dari grade 100-2000 Etsa Pengetsaan dilakukan menggunakan larutan nital (5%HNO 3,95%Alkohol) selama 3 4 detik. Pengambilan foto
PENGUJIAN Pengujian Kekerasan Rockwell Pengujian dan pengukuran material ini dilakukan sesuai standar ASTM E18. Indentor dalam pengujian kekerasan menggunakan metode Rockwell A adalah indentor intan berbentuk kerucut. Spesifikasi pengujian hardness : Bentuk Indentor Material indentor : kerucut : intan Sudut Puncak Indentor : 120 Beban : 588 N Temperatur Pengujian : 25 ºC 1 2 3 4 5
PENGUJIAN Pengujian Tarik Untuk pengujian tarik ini digunakan standar pengujian JIS 2201 / 5 untuk baja karbon rendah berbentuk plat Informasi yang dapat diambil dari grafik ini meliputi besarnya beban tarik, terjadinya yield, besarnya tegangan dan regangan. B L A t W C G r Panjang keseluruhan (L) : 320 mm Gage length (G) : 50 + 0,25 mm Lebar (w) : 25 + 3 ( -6 ) mm Tebal (t) : 8 mm Jari-jari ( r ) : 13 mm B : 10 mm C : 50 mm
PENGUJIAN Spesimen Uji Tarik Mesin Uji Tarik Proses Uji Tarik
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
DATA UJI KEKERASAN TABEL ANGKA KEKERASAN ROCKWELL A PADA TIAP TITIK INDENTASI Angka Kekerasan (dalam HRA) Titik Uji Spesim en Awal Air Cooling Water Quench Oil Quench 1 *) 2 **) 3 ***) 1 2 3 1 2 3 1 40 39.5 41 42 49 54 54 41 44 46 2 43 43 41 42 41 53 53 45 44 47 3 37 35 42 43 41 50 50 41 46 46 4 39 31 42 41 46 49 49 44 43 47 5 39 37 43 41 46 50 50 43.5 47 46 Ratarata 39.6 37.1 41.8 41.8 44.6 51.2 51.2 42.9 44.8 46.4 Note : *) : dipanasakan pada T=730 C **) : dipanaskan pada T=860 C ***) : dipanaskan pada T=960 C
DATA UJI KEKERASAN
DATA UJI KEKERASAN
DATA UJI TARIK No Code Material Width (mm) Spesification Sample W 1 Thick (mm) TABEL DATA HASIL UJI TARIK Lo (mm) Ao (mm 2 ) (mm) Th 1 (mm) L 1 (mm) A 1 (mm 2 ) ΔL (mm) F. Yield (kn) F. Ultimat e (kn) 1. SA 24.22 7.79 50 188.6 17.37 3.57 66.83 62.01 16,83 63 86 2. WQ-1 24.23 7.75 50 187.8 18.64 3.85 60.41 71.76 10.41 77 114 3. WQ-2 25.14 7.68 50 193.1 18.86 3.85 60.81 72.61 10.81 73 119 4. WQ-3 25.27 7.68 50 194.1 18.10 3.52 64.13 63.71 14.13 76 104.5 5. OQ-1 23.96 7.74 50 185.4 17.19 3.86 68.24 66.35 18.24 71 90.5 6. OQ-2 24.34 7.65 50 186.2 16.53 3.20 66.44 52.89 16.44 72 90 7. OQ-3 24.65 7.65 50 188.6 17.80 3.70 65.14 65.86 15.14 75 92.5 8. AC-1 24.94 7.71 50 192.3 17.62 3.49 68.07 61.49 18.07 68 84.5 9. AC-2 24.94 7.81 50 194.8 17.49 3.71 66.39 64.88 16.39 59 81.5 10 AC-3 25.19 7.63 50 192.2 18.06 3.63 65.06 65.55 15.06 54 80.5
DATA UJI TARIK TABEL DATA PERHITUNGAN HASIL UJI TARIK No Code Material F. Yield (kn) F. Ultimate (kn) Yield Stress (10 3. MPa) Ultimate Stress (10 3. MPa) Strain (mm) Reduct. Of Area (%) Elongation (%) 1. SA 63 86 0.3339 0.4558 0.3366 67.13 33.66 2. WQ-1 77 114 0.4104 0.6070 0.2082 61.78 20.82 3. WQ-2 73 119 0.3780 0.6163 0.2162 62.39 21.62 4. WQ-3 76 104.5 0.3916 0.5384 0.2826 67.17 28.26 5. OQ-1 71 90.5 0.3828 0.4880 0.3648 64.22 36.48 6. OQ-2 72 90 0.3866 0.4833 0.3288 71.59 32.88 7. OQ-3 75 92.5 0.3977 0.4905 0.3028 65.07 30.28 8. AC-1 68 84.5 0.3536 0.4394 0.3614 68.01 36.14 9. AC-2 59 81.5 0.3029 0.4184 0.3278 66.68 32.78 10 AC-3 54 80.5 0.2809 0.4188 0.3012 65.89 30.12
DATA UJI TARIK
DATA UJI TARIK
PENGUJIAN METALOGRAFI SPESIMEN AWAL SPESIMEN PENDINGINAN UDARA (AIR COOLING / AC) Perbesaran 500x T = 730 C T = 860 C T = 960 C Perbesaran 1000x
PENGUJIAN METALOGRAFI SPESIMEN AWAL SPESIMEN PENDINGINAN AIR (WATER QUENCHING/WQ) Widmanstätten Perbesaran 500x T = 730 C T = 860 C T = 960 C Widmanstätten Perbesaran 1000x
PENGUJIAN METALOGRAFI SPESIMEN AWAL SPESIMEN PENDINGINAN OLI (OIL QUENCHING/OQ) T = 730 C T = 860 C T = 960 C Widmanstätten Widmanstätten Perbesaran 500x Perbesaran 1000x
DATA PENUNJANG MICROHARDNESS VICKERS (P=0,2 N) Indentasi pada daerah terang (ferrite) Indentasi pada daerah gelap (pearlite) Nama Spesimen Kekerasan pada titik ke- (VHN) * 1 2 3 4 5 WQ-1 189.5 189.4 189.4 189.3 189.3 WQ-2 200.6 208.3 190.2 201.9 220.7 WQ-3 239.8 260.8 255.8 250.4 240.2 OQ-2 210.7 195.4 180.9 209.8 211.8 AC-2 178.9 179.2 153.3 157 146
KESIMPULAN Semakin tinggi temperatur pemanasan dengan pendinginan lambat menyebabkan terjadinya penurunan kekerasan dan kuat tarik baja. Pemanasan pada daerah dua fasa dengan pendinginan cepat menghasilkan sifat mekanik yang lebih baik dengan kenaikan angka kekerasan dan kuat tarik yang lebih tinggi. Kekerasan paling tinggi : specimen WQ-2 angka kekerasan rata-rata 51.2 HRA dan kekerasan paling rendah: specimen AC-1 dengan kekerasan rata-rata 37.1 HRA. Kuat tarik paling tinggi : specimen WQ-2 sebesar 616,3 MPa. Kuat tarik terendah : specimen AC-2 sebesar 418,4 MPa. Kekerasan yang dialami oleh specimen yang didinginkan dalam media oli dan udara memiliki angka kekerasan dan kuat tarik yang tidak terlalu signifikan perbedaannya. Semakin tinggi temperatur pemanasan dengan pendinginan lambat, makin banyak karbon terlarut dalam austenitenya. Semakin tingginya temperatur pemanasan pada temperatur austenisasi dengan pendinginnan lambat menyebabkan semakin banyak ferrite yang tumbuh. Struktur pearlite yang terjadi terlihat lebih kecil-kecil. Sedangkan temperatur pemanasan semakin mendekati daerah dua fasa austenite-ferrite dengan pendinginan yang cenderung cepat, menghasilkan bentuk ferrite yang tidak beraturan dan berbeda satu sama lain. ini disebut Widmanstätten. Struktur yang lain berupa Allotriomorphic ferrite yang berbentuk lebih kecil dan halus.
Thank You! L/O/G/O www.themegallery.com