KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

Eni Yulianingsih F

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

Transkripsi:

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : WIDYA YULI SANTININGTYAS F100.050.270 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita seringkali mengalami kecemasan, hal ini dapat terjadi ketika menghadapi sesuatu yang besar dalam hidupnya yaitu pernikahan atau perceraian, atau keduanya dalam kurun waktu tertentu. Perceraian adalah suatu pilihan dimana pihak wanita atau istri memutuskan untuk menggugat cerai suaminya dengan alasan adanya ketidakharmonisan atau tidak ada tanggungjawab seorang suami untuk keluarganya. Ketidakharmonisan dapat terjadi karena adanya kekerasan fisik atau psikis yang dilakukan suami terhadap istri, kekerasan fisik dapat berbentuk suatu penganiayaan atau kekerasan dengan tamparan dan pukulan, sedangkan kekerasan psikis terjadi ketika suami melontarkan kata kasar, pemaksaan kehendak untuk melayani nafsu seksual suami, dan perasaan dieksploitasi secara ekonomi. Ketidakharmonisan juga disebabkan karena kecemburuan suami yang tidak rasional terhadap istri dan ketidaksetiaan suami dengan memiliki wanita idaman lain. Tidak ada tanggungjawab suami terhadap istri karena suami tidak memberikan nafkah secara lahir batin dan sifat malas sehingga tidak mempunyai penghasilan tetap. Pada dasarnya factor-faktor yang menyebabkan perceraian adalah masalah biologis, ekonomis, psikologis dan perbedaan pandangan hidup. Kecemasan merupakan suatu respon terhadap stres, seperti putusnya suatu hubungan yang

penting yaitu suatu perceraian. Bagi mereka yang melakukan perceraian, berpisah dan bercerai merupakan suatu hal yang kompleks dan melibatkan emosi (Bursik, dalam Santrock & John. W, 2002). Kehidupan menjanda adalah suatu hal yang tidak di inginkan oleh wanita. Bukan hanya larut dalam kesedihan, tetapi banyak hal yang harus dilakukan oleh wanita yang mempunyai status baru sebagai janda, salah satu diantaranya adalah menikah lagi. Janda adalah status yang diberikan oleh masyarakat untuk wanita yang tidak bersuami. Berikut hasil wawancara dengan informan penelitian mengenai kecemasannya menghadapi pernikahan yang kedua. saya (22 tahun) menikah karena dijodohkan sama orangtua saya dengan anak laki-laki teman ayah saya, yah... saya sebagai anak pertama yaa.. saya musti manut kata orangtua saya, kata orangtua dulu anak kan mikul dhuwur mendem jero, hehehe... maksud saya sebagai anak ya musti nurut lah, biar ndak di bilang anak durhaka, mesti sekarang jamannya bukan siti nurbaya Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada informan, mengenai mengapa subjek bercerai dengan suaminya? Dibawah ini jawaban subjek: ehm... karena ketidakcocokan ja kuk, biasa kan klo di dalam rumahtangga tuh klo ndak da saling mengerti dan komunikasi yang baik... jadinya sering bertengkar, adu mulut, dan kata cerai yang terlontar karena emosi yang selalu di dahulukan. Saya dah bahagia dengan kehidupan saya yang sekarang kuk, saya dah menemukan seseorang yang sangat mengerti dan mencintai saya apa adanya. Saya berencana menikah dengannya, namun masih rencana, karena saya harus menyelesaikan kuliah saya dan baru menikah dengannya, keluarganya sangat baik pada saya dan menerima saya apa adanya dengan status saya sebagai janda, keluarga saya juga sudah merestui hubungan kami. Kadang saya takut untuk memikirkan kehidupan setelah menikah dengannya, apakah akan sama nasibnya dengan pernikahan pertama saya. Sangat menguras tenaga dan pikiran ketika saya memutuskan akan menikah dengannya, seperti perceraian saya baru terjadi kemaren. Terkadang saya selalu mimpi buruk dan keluar keringat dingin klo mengingat kegagalan pernikahan saya. Pokoknya saya tuh kadang ndak nyangka klo bakal merid lagi, scara saya dah nggak prawan lagi dan pernah menikah, tapi masih da laki-laki yang baik

yang mau menikahi saya. Tapi saya kuatir klo saya ndak bisa jadi istri yang baik ato ndak bisa membahagiakan dia. Yah... semua musti saya jalani, enak ato tidak enak semua dah da yang ngatur kuk... Menikah kembali bagi seorang janda bukan suatu kesalahan, terutama ketika anak dilibatkan didalamnya. Karena anak-anak membutuhkan waktu untuk menyembuhkan kesedihan dan menemukan stabilitas setelah perceraian orantuanya. Tidak mudah bagi seorang wanita untuk memutuskan menikah kembali, karena berkencan tidaklah sama dengan kehidupan pernikahan setelah perceraian. Perubahan nilai psikologi yang dramatis dan perubahan emosional sering terjadi pada anak-anak setelah pernikahan kembali terjadi oleh orangtua dengan orangtua tiri. Pada wanita yang telah mengalami kegagalan dalam perkawinan, akan mengalami kecemasan bahwa perkawinan kedua belum tentu berjalan dengan baik, maka akan lebih baik ketika melihat kegagalan sebagai pelajaran, dan tidak mengulangi kesalahan di masa lalu. Subjek yang lain menjelaskan kekhawatirannya ketika akan menikah kembali, hasil wawancaranya sebagai berikut: Ketika pernikahan pertama saya (30 tahun) gagal, saya banyak belajar dari pengalaman tersebut. Saya menyadari bahwa pernikahan saya sebelumnya penuh konflik karena saya dan mantan suami tidak mampu mengkomunikasikan keinginan masing-masing. Mungkin waktu pacaran kami kurang membahas halhal penting. Alhasil tiga tahun pertama cekcok sampai saya memutuskan pergi dari rumah dan bercerai. Saya akan menikah lagi dengan seorang duda yang bekerja sebagai akuntan, dan saya bekerja sebagai staf marketing di perusahaan periklanan, saya mempunyai 1 orang anak dari pernikahan saya yang pertama Ketakutan saya akan pernikahan kedua terkadang membuat saya untuk berfikir ulang apakah saya telah siap untuk menjadi seorang istri yang dapat membahagiakan calon suami saya nanti. Ketakutan akan perceraian yang kedua mungkin saja membuat saya beribu-ribu kali menanyakan pada diri saya sendiri tentang keputusan yang telah saya ambil. Saya takut pasangan saya tidak dapat menjadi ayah tiri yang baik buat anak saya, terkadang saya merenung dalam sujud saya apakah pernikahan kedua saya adalah jalan yang terbaik buat saya

dan anak saya. Terkadang saya merasa pusing dan penat klo saya terlalu keras untuk memikirkan apakah pernikahan saya nanti bahagia, direstui oleh keluarga dan masyarakat, ato dapat membahagiakan anak saya Kegagalan dalam suatu pernikahan memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi sebagian wanita, adanya konflik yang tak terselesaikan menyebabkan gagalnya suatu pernikahan, ketika janda akan menikah kembali akan ada hal yang dipelajari dari pengalaman tersebut. Harapan akan pernikahan kedua menjadikan wanita berusaha keras untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dari pernikahan yang sebelumnya, namun menyatukan dua keluarga menjadi satu tidaklah mudah. Pernikahan kedua memiliki dua misi yaitu membina hubungan yang dekat dengan pasangan sekaligus menjalin kedekatan emosional dengan anak (anak tiri dan anak kandung). Dengan demikian kualitas kepribadian kedua orangtua menentukan apakah pernikahan kedua akan dapat dijalani dengan mulus atau tidak. Orangtua yang memutuskan menikah kembali harus memiliki pribadi yang matang secara emosi dan didukung matang secara finansial. Kemandirian finansial memang diperlukan pada pernikahan yang kedua karena kebutuhan keluarga semakin beragam. Namun kematangan diri orangtua akan lebih banyak membantu dalam penyesuaian diri dengan peran baru di pernikahan kedua. Kunci keberhasilan pada pernikahan kedua adalah komunikasi dan pemecahan masalah. Proses pernikahan kedua dapat menjadi lebih mudah ketika komunikasi terjalin dengan baik yaitu adanya penyampaian kebutuhan dengan pasangan dengan cara yang tepat, mengalah kemudian menyampaikan pendapat pada saat yang tepat, berani menghadapi konflik untuk kemudian

mengatasinya bersama dengan pasangan, dan mengetahui cara-cara kreatif untuk mendekatkan hubungan antar anggota keluarga. Hasil wawancara dengan subjek yang lain, yang mengalami kecemasan ketika akan menikah kedua kalinya, hasilnya sebagai berikut: Saya (usia 40 tahun) dan anak perempuan saya (20 tahun) ditinggalkan begitu saja oleh mantan suami saya 10 tahun yang lalu, dia pergi ntah kemana waktu itu saya masih berusia 30 tahun musti berjuang sendiri untuk kehidupan saya dan anak saya yang pada saat itu masih kelas 5 SD. Saya harus pontangpanting nyari uang untuk biaya sekolah dan makan kami selanjutnya, pada saat itu juga saya bekerja di sebuah pabrik bagian administrasi, yah... lumayan bisa menutup kebutuhan dan menyekolahkan anak saya sampai SMA saja, dan anak saya bekerja di bogor setelah dia lulus SMA 2 tahun yang lalu. Untung kedua orangtua saya masih mau menerima saya kembali ke rumah dan masih mengijinkan kami untuk tinggal setelah saya bercerai dengan mantan suami saya Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, padahal teman-teman saya yang masih bujang tua dan duda menyukai saya, namun saya takut untuk menikah lagi karena pengalaman saya yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Suatu hari da seorang duda yang di tinggal mati istrinya mengatakan pada saya ingin menikahi saya. Namun saya minta pertimbangan anak saya yang sudah beranjak dewasa dan sudah saatnya dia menikah, dan anak saya menyutui saya untuk menikah lagi dengan pertimbangan saya bahagia dan anak saya juga akan merasakan kebahagiaan yang saya rasakan. Saya juga berfikiran klo nanti anak perempuan saya menikah, saya ingin ada bapak yang menjadi walinya walaupun ayah kandungnya masih hidup ato sudah mati kami tak menganggapnya lagi. Ketika dia meninggalkan saya dan anak saya, saya telah menganggapnya mati di hati saya. Saya sangat benci pada mantan suami saya namun sekarang sudah berangsur sedikit demi sedikit saya dapat melupakan kebencian saya padanya Saya akan menikah di awal tahun dengan segala perencanaan yang telah saya siapkan, walaupun di adakan secara sederhana yang penting sah di mata hukum dan agama, saya di kenalkan dengan keluarga calon suami saya ini, meminta restu akan pernikahan kami, calon suami saya mempunyai 2 anak, anak pertama laki-laki (19 tahun) dan anak perempuannya (17 tahun). Saya takut apakah saya bisa jadi ibu yang baik untuk anak-anak tiri saya, dan membahagiakan calon suami saya ini, keputusan menikah lagi adalah keputusan yang amat berat untuk saya ambil, saya terkadang malu dengan umur saya ini, yang harusnya sudah mantu, tapi malah saya sendiri yang akan menikah. Ya,

gimana lagi... mungkin sudah jalannya musti seperti ini yah,,,, dijalani saya, ya tho mbak? (menanyakan pada interviewer) Optimisme dan dukungan social sangat dibutuhkan bagi perempuan yang mengalami perceraian, dan ketika akan memutuskan kembali menikah dengan pertimbangan kebutuhan adanya figure seorang ayah bagi anakanaknya yang sangat berpengaruh dalam perkembangan psikologis dan social anak. Pada saat inilah muncul konflik-konflik dan masalah-masalah yang menyebabkan kecemasan pada wanita yang hendak menikah kembali pasca perceraian. Keterbukaan dalam membuka diri dan berpikiran positif mungkin dapat mengurangi tekanan psikologis yang dialami oleh sebagian perempuan yang akan menikah kembali. Sebagian wanita yang akan menjalani pernikahan keduanya menjadi pencemas. Kecemasan yang muncul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya pernah terjadi yaitu kegagalan dalam pernikaha kembali. Caplin (1997) mengatakan kecemasan dalam berbagai arti, yang pertama adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masamasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Kedua, rasa takut atau khawatir kronis pada tingkat yang ringan. Ketiga, kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap. Keempat, adalah dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran yang dipelajari. Sebagian wanita yang akan menjalani pernikahan keduanya menjadi pencemas. Kecemasan yang muncul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya pernah terjadi yaitu kegagalan pada pernikahan sebelumnya, yang

wanita khawatirkan adalah pikiran-pikiran apakah kebahagiaan yang mereka inginkan dapat tercapai setelah menikah kembali. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah yang menjadi faktor yang mempengaruhi kecemasan pada wanita yang hendak menikah kembali beserta gejala yang menyertainya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Kecemasan Pada Wanita Yang Hendak Menikah Kembali B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memahami factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada wanita yang hendak menikah kembali. 2. Untuk memahami gejala-gejala yang menyertai kecemasan pada wanita yang hendak menikah kembali. C. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya-upaya pemecahan problem psikologis baik secara teoritis, maupun praktis bagi pihakpihak seperti di bawah ini: 1. Manfaat praktis Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi informan, diharapkan mampu mengetahui cara mengatasi kecemasan yang dihadapi ketika hendak menikah kembali b. Bagi peneliti, diharapkan mampu menggali faktor yang mempengaruhi serta gejala yang menyertai kecemasan pada wanita yang hendak menikah kembali. c. Bagi calon suami yang akan menikahi seorang janda, diharapkan mengetahui kecemasan yang dihadapi oleh calon istrinya tersebut. d. Bagi keluarga sang janda, diharapkan memberikan dukungan secara moral terhadap kecemasan yang dialami seorang janda yang akan menikah kembali. e. Bagi masyarakat pada umumnya, dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai kecemasan yang dihadapi oleh wanita yang hendak menikah lagi. 2. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi para ilmuan psikologi khususnya bidang psikologi klinis dan memberi sumbangan teoritik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan memperkaya khasanah ilmu psikologi klinis.