BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irwandani, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Irwandani, M.Pd. 1 Program Studi Pendidikan Fisika IAIN Raden Intan Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan yang memadai, maka seorang peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN Etty Twelve Tenth, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN. dibuka secara elektronik melalui komputer sesuai dengan perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam meningkatkan kualitas hidup kreativitas sangatlah penting, karena

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN Tolong silangi jawaban yang menurut Anda paling tepat ATAU sesuai petunjuk pada soal.

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan guna mencapai pembentukan kompetensi pada siswanya. Namun, pada

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang interaktif dan komprehensif di era teknologi informasi terus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

PENGARUH IMPLEMENTASI SCIENTIFIC APPROACH BERMUATAN NILAI PADA PEMBELAJARAN LINGKUNGANTERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN SIKAP SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah semakin maju dan berkembang, hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendididkan adalah hal yang memang seharusnya terjadi

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. menerapkan model pembelajaran kooperatif struktural tipe mind mapping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Danty (2002:21) menyatakan Manusia yang berkualitas berarti manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikanadalah masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran biologi penguasaan konsep-konsep biologi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia IPTEK telah membawa perubahan yang besar

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bagian dari ilmu alam yang penting untuk dipelajari di sekolah. Hal ini dikarenakan fisika dipandang sebagai ilmu dasar (pondasi) bagi pengembangan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu terapan, misalnya dalam bidang kedokteran, rekayasa teknik dan sebagainya. Selain itu, fisika juga dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang mampu menghasilkan sejumlah keterampilan dan kemahiran generik pada siswa. Untuk mencapai hal tersebut, tentu diperlukan persiapan pembelajaran yang matang. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi haruslah disusun dengan baik dan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, agar makna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada setiap satuan pendidikan (sekolah) untuk mengembangkan proses pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi masingmasing. Kurikulum ini membuka kepada segala hal baru yang dapat menunjang proses pembelajaran, termasuk pemanfaatan informasi dan teknologi. Selain itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007 mengharuskan bahwa proses pembelajaran yang dirancang berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. Berdasarkan hal ini, tentu akan membuka peluang pada semakin variatif dan inovatifnya pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran fisika. Namun, berdasarkan hasil observasi di salah satu sekolah di Kabupaten Indramayu diperoleh kenyataan bahwa mayoritas siswa masih menganggap pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit. Temuan ini diperkuat oleh hasil penelitian Saprudin (2010) yang mengatakan bahwa sebanyak 82% siswa masih menganggap sulit pelajaran fisika. Menurut Ornek (2007) yang menjadi penyebab 1

2 fisika sulit dipelajari oleh siswa dikarenakan pelajaran fisika dianggap pelajaran yang tidak menarik bagi mereka. Selain itu, konten fisika yang abstrak juga membuat mereka kesulitan dalam mempelajarinya. Kurang tertariknya siswa pada pelajaran fisika tentu menjadi masalah yang serius. Karena ini akan berdampak pada kualitas pemahaman mereka terhadap konsep, dalam hal ini konsep-konsep fisika. Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep pada materi listrik dinamis, diperoleh nilai rata-rata sebesar 39 dari skala 100. Nilai ini menunjukkan rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Sebagai penyebab dari kurang tertariknya siswa pada fisika sehingga berakibat pada rendahnya pemahaman konsep mereka dikarenakan proses pembelajaran di kelas yang cenderung membosankan. Berdasarkan hasil observasi, terlihat bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung pasif dan tidak komunikatif. Di samping itu, siswa juga dituntut untuk banyak menghapal rumus, kurang diberi latihan, serta pembelajaran yang kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang membuat mereka menjadi semakin kesulitan dalam memahami pelajaran fisika. Pembelajaran yang bersifat pasif ini tentu kurang mampu melatihkan siswa untuk menggunakan penalaran logis yang tinggi, terutama pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Armiza, 2007). Padahal keterampilan berpikir merupakan salah satu target yang harus dicapai oleh setiap siswa setelah pembelajaran, sebagaimana diamanatkan dalam kurikulum. Salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang masih jarang dilatihkan di sekolah adalah keterampilan berpikir kreatif. Beberapa hasil penelitian tentang keterampilan berpikir kreatif (Fitriana, 2010; Kaharu, 2010) menunjukkan bahwa nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan sebuah penelitian yang mampu memecahkan persoalan tersebut. Fokus utamanya berkenaan dengan upaya meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki siswa. Salah satu upayanya adalah dengan menggunakan pembelajaran yang berbasis teknologi dan informasi.

3 Pembelajaran berbasis teknologi dan informasi ini mempunyai karakteristik yang dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran apapun. Salah satunya dengan model pembelajaran Just-in-Time Teaching (JiTT). Model pembelajaran JiTT merupakan model dan strategi pembelajaran yang memadukan antara penggunaan teknologi informasi dan pembelajaran aktif di kelas yang bersifat umpan balik antara siswa dan guru. Karena ada umpan balik antara guru dan siswa, maka dapat dikatakan bahwa JiTT mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dapat berinteraksi dengan sesama siswa, guru, dan teknologi yang dapat memaksimalkan keterampilan berpikir mereka dalam menemukan konsep. Ada tiga tahapan utama dalam pembelajaran JiTT ini, yaitu tahap pemanasan, tahap penyesuaian konsep dan tahap penerapan konsep. Ketiga tahapan ini memberikan ruang pada siswa untuk aktif seperti saling bertanya, menjawab, berdiskusi, dan menyelesaikan masalah bersama sehingga mampu melatihkan kemampuan berpikir mereka. Hasil penelitian Solikhin (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran JiTT mampu dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Penggunaan media teknologi informasi dapat bersifat online maupun offline. Contoh dari media yang bersifat online adalah media website. Website atau situs web mengacu pada kumpulan file atau dokumen yang besar dan saling terkait yang dibuat tersedia untuk semua orang melalui internet (Mason & Rennie, 2010). Media website sangat baik digunakan sebagai media pembelajaran, terutama pembelajaran fisika. Media ini dapat menjadi alternatif karena diyakini dapat menarik perhatian siswa terhadap pelajaran fisika. Mubaraq (2009) mengatakan bahwa pembelajaran yang berbasis website mampu menumbuhkan kemandirian siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Beberapa hasil penelitian tentang pembelajaran website (Mubaraq, 2009; Kurniawan, 2012) menunjukkan bahwa pembelajaran berbantuan website ini mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa. Konten atau materi website disajikan dalam berbagai bentuk media atau sering disebut multimedia. Multimedia ini merupakan kombinasi dari tulisan, gambar, suara, animasi, simulasi, dan video yang disajikan sedemikian rupa

4 sehingga menjadi produk media pembelajaran. Beberapa penelitian tentang penggunaan multimedia (Fitriana, 2010; Kaharu, 2010) menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada siswa. Berdasarkan paparan di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang model Just-in-Time Teaching (JiTT) yang dipadukan dengan media website. Karena diharapkan dengan penggabungan itu, dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Adapun materi yang akan menjadi topik dalam penelitian ini adalah topik listrik arus bolak-balik untuk siswa kelas X SMA. Topik listrik arus bolak-balik dipilih karena di dalamnya banyak memuat konsep-konsep abstrak. Konsep yang abstrak ini jika ditampilkan dalam website melalui berbagai bentuk media diharapkan akan dapat membantu siswa untuk memahami konsep dengan baik serta mengasah keterampilan siswa untuk berpikir kreatif. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul Model Pembelajaran Just In Time Teaching (JiTT) Berbantuan Website pada Topik Listrik Arus Bolak-Balik untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA ini perlu untuk dilakukan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran JiTT berbantuan website pada konsep listrik arus bolak-balik dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran JiTT tanpa bantuan website? Permasalahan penelitian tersebut dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan peningkatan pemahaman konsep siswa pada konsep listrik arus bolak-balik antara kelas yang mendapatkan pembelajaran JiTT berbantuan website dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran JiTT tanpa bantuan website?

5 2. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada konsep listrik arus bolak-balik antara kelas yang mendapatkan pembelajaran JiTT berbantuan website dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran JiTT tanpa bantuan website? 3. Bagaimana tanggapan siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran JiTT berbantuan website? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa menggunakan model pembelajaran JiTT berbantuan website pada konsep listrik arus bolak-balik. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran JiTT berbantuan website. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memperkaya alternatif solusi dari pembelajaran yang menyenangkan peserta didik. Selain itu, dapat pula dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru-guru, khususnya guru fisika di sekolah, mahasiswa, dosen, peneliti, dan sebagainya. E. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan untuk menghindari berbagai penafsiran (multitafsir) terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut akan diberikan penjelasan dari masing-masing istilah. 1. Model pembelajaran Just-in-Time Teaching (JiTT) berbantuan website adalah strategi pedagogis yang menggunakan umpan balik antara kegiatan kelas dan pekerjaan yang siswa lakukan di rumah dengan mengakses website, dalam persiapan untuk pertemuan kelas. Model JiTT melibatkan tiga tahap: (1) pra-

6 pembelajaran, yaitu tugas membaca disertai pertanyaan-pertanyaan berbasis konsep, (2) diskusi kelas berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada tahap pertama, dan (3) kegiatan kelompok yang melibatkan konsep-konsep yang dipelajari (Formica, 2010). Sementara, website adalah sejumlah halaman web yang bersifat online yang memiliki topik saling terkait, disertai dengan berkas-berkas gambar, video, atau jenis-jenis berkas lainnya. Pada tahap pra-pembelajaran, setiap siswa diberikan kesempatan untuk mengakses dan mempelajari materi dalam website tersebut dan melakukan proses umpan balik. Keterlaksanaan dari penerapan model pembelajaran JiTT berbantuan website diobservasi melalui lembar keterlaksanaan model. 2. Pemahaman konsep merupakan salah satu tingkatan proses kognitif dimana siswa mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru (Anderson dan Krathwohl, 2001). Pemahaman konsep meliputi 7 (tujuh) indikator, meliputi: (1) menafsirkan; (2) mencotohkan; (3) mengklasifikasikan; (4) merangkum; (5) menarik inferensi; (6) membandingkan; dan (7) menjelaskan. Adapun peningkatan pemahaman konsep dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tes pemahaman konsep, yang diberikan berupa tes awal dan tes akhir berbentuk pilihan ganda. 3. Keterampilan berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan siswa untuk membangun ide atau gagasan yang baru. Indikator-indikator utamanya meliputi: (1) berpikir lancar (fluency); (2) berpikir luwes (flexibility); (3) berpikir orisinal (originality); (4) elaborasi (elaboration); dan (5) evaluasi (evaluation). Keterampilan berpikir kreatif diukur dengan menggunakan tes keterampilan berpikir kreatif yang mencakup indikator-indikator berpikir kreatif yang diberikan berupa tes awal dan tes akhir berbentuk pilihan ganda. 4. Model pembelajaran JiTT tanpa bantuan website yang digunakan sebagai kelas pembanding menggunakan bantuan komputer yang di dalamnya berisi

7 file-file materi pembelajaran baik berupa teks, gambar, animasi dan simulasi dengan pembelajaran bersifat offline. 5. Materi listrik arus bolak-balik yaitu arus listrik yang arahnya berubah secara periodik terhadap waktu. Nilai arus dan tegangan bolak-balik berubah-ubah menurut waktu, dan mempunyai pola grafik simetris berupa fungsi sinusoida. Materi ini diberikan pada siswa kelas X SMA semester 2 yang terbagi menjadi tiga subkonsep yaitu arus listrik, alat ukur listrik dan penerapan listrik dalam kehidupan sehari-hari. 6. Tanggapan siswa adalah respon siswa terhadap pembelajaran JiTT yang telah dilakukan. Instrumennya berbentuk pernyataan skala sikap.