BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan di sebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. macam keahlian guna untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dalam

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun kolektif. Agama memberi sumbangan bagi sistem sosial,

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. 1 Sebagai suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field

BAB I PENDAHULUAN. Mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi salah satu cita-cita dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sangat

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB III METODE PENELITIAN. dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Tugas

BAB I PENDAHULUAN. di manapun dan kapanpun. Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak. prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama untuk dapat menguasai suatu kompetensi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

BAB I PENDAHULUAN. akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu. 1. Pendidikan sebagai identitas mutlak dalam rangka pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi disegala bidang kehidupan masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang guru

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diukur dengan angka atau istilahnya quantifiabel, berupa pemahaman terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Interaksi tidak hanya sesama jenis, akan tetapi dengan lawan jenis

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya menusia. 1 Pengalaman pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penilaian, dan juga merupakan tiga dari sekian dimensi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan evaluasi, guru akan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah penelitian yang penyajian datanya berupa angka-angka dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mencakup berbagai aspek dan langkah-langkah yang ditempuh. oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah, agar pendidikan dapat

BAB III METODE PENELITIAN. hasil yang memuaskan, maka diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi pada saat ini pembelajaran terus

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepada bagaimana peroses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk melakukan penelitian ilmiah haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilihat dari sejauh mana proses pengajarannya saja, tetapi ada tiga bidang. yang harus diperhatikan, diantaranya 1

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. mengeliminasi faktor lain yang bisa mengganggu. 1. kalinya. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. utama untuk mengembangkan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kunci

BAB III METODE PENELITIAN. pelaporan data-data penelitian secara sistematis.

BAB III METODE PENELITIAN. berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga Haroid spear mendefinisikan bahwa "Belajar terdiri dari. pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.

BAB 1 PENDAHULUAN. evaluasi. Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui atau proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan berakal sehat, yakni manusia yang sekaligus sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pun dunia pendidikan. Setiap lembaga pendidikan bersaing untuk meningkatkan

mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 1 Jadi metode penelitian ini adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang

BAB III METODE PENELITIAN. mencari, menghubungkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. (DSI-PK) merupakan suatu model desain pembelajaran untuk menunjang. implementasi kurikulum berorientasi pada kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya lebih memperhatikan komponen-komponen pengajaran seperti. sarana dan prasarana pengajaran serta evaluasi pengajaran.

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan atau pengaruh antara variabel program tahfidz al-quran

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. kajian lapangan. Sedangkan pelaksanaannya dengan metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation character

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik baik pada aspek kognitif, aspek

BAB I PENDAHULUAN. dengan lancar dan maksimal. Dan dalam proses pembelajaran tersebut seorang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka mewujudkan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan zaman. Pendidikan menjadi sarana utama untuk mengembangkan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup sepanjang sejarah. 1 Karena pentingnya pendidikan inilah maka diperlukan adanya proses pembelajaran yang baik. Yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajaran aktif melibatkan diri dari keseluruhan proses baik secara mental maupun fisik dalam upaya mengatasi rendahnya hasil belajar siswa yang menyentuh ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (Keterampilan) dengan didukung berbagai metode dan strategi pembelajaran serta berbagai alat bantu yang dapat menunjang pencapaian hasil belajar terpenuhi. Namun persoalan ini tidaklah mudah, meski faktor luar mendukung, tetapi jika tedapat faktor lain yang tidak mendukung maka faktor luar akan berlangsung kurang signifikan. Termasuk faktor yang melibatkan kehidupan sosial para peserta didik di usia remaja. 2. 1 M. arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Teoritis dan Praktis (Jakarta: Bumi Aksara,1993), h. 1

2 Remaja dikenal sebagai masa pencarian dan penjelajahan identitas diri. Kekaburan identitas diri menyebabkan remaja berada di persimpangan jalan, tak tahu mau ke mana dan jalan mana yang harus di ambil untuk sampai pada jati diri yang sesungguhnya. Meskipun diakui bahwa anak remaja masih belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya, tetapi ia butuh akan pengakuan dan penghargaan. Remaja membutuhkan pengakuan dan penghargaan bahwa ia telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan orang-orang dewasa, dan bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya. Oleh karenanya, kepercayaan atas diri anak remaja diperlukan agar mereka merasa dihargai 2. Namun konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagimana anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya akan keberadaan dirinya. Dengan adanya kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan dari orang lain atas dirinya remaja dihadapkan pada masalah penyesuaian diri dengan lingkungannya, terutama dengan teman-teman sebayanya. Kebutuhan penyesuaian diri ini sebagai akibat adanya keinginan bergaul dengan teman sebaya. Dalam proses penyesuaian diri sering remaja dihadapkan pada penerimaan atau penolakan teman sebayanya terhadap dirinya yang merupakan suatu situasi yang mengecewakan. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 141.

3 Seiring dengan tingginya kebutuhan akan dihargai, tidak sedikit para remaja yang muncul sebagai pribadi yang memiliki jiwa-jiwa kerdil karena ketakutan dalam dirinya akan penolakan lingkungan terhadap dirinya yang menjadi suatu problema tersendiri yang menyerang jiwa remaja menjadi ketakutan yang mengendap. Adapun permasalahan yang kerap kali muncul pada peserta didik terutama di usia remaja mereka adalah masalah ketakutan yang dialami. Dimana pada masa remaja gejala fobia sosial mulai mengakar, seperti takut di depan kelas, mengerjakan soal di depan guru, atau tidak bersedia pergi ke sekolah (sering membolos). Masalah seperti ini kerap kali muncul pada usia anak remaja karena perkembangan psikologinya yang kurang menetap. Menurut Wikipedia. Fobia sosial adalah takut dilihat ataupun di permalukan orang ketika melakukan sesuatu, meskipun sebatas makan di depan umum. Ketakutan ini dapat berujung pada sikap menghindari interaksi sosial. Dalam situs helpguide. Org. Dikatakan bahwa fobia sosial juga disebut sebagai gangguan kecemasan sosial adalah keadaan dimana seseorang merasa takut akan dipermalukan atau dikritik. Seseorang yang mengidap ketakutan ini memiliki kesadaran diri berlebihan dan juga takut mempermalukan diri di depan orang lain sehingga memilih untuk menghindari orang banyak. 3 3 Nisrina Lubis, Melawan Rasa Takut: Fight Phobia (Jogjakarta: Gara Ilmu, 2010), h. 69.

4 Fobia sosial sering menyerang kalangan remaja antara usia 11-19 tahun. Dan jarang muncul di awal 20 tahun. Tapi, jika hal itu terjadi, dipastikan ia akan dibuat repot olehnya saat usia 40 atau 50 tahun. 4 Kehidupan sekolah akan terasa begitu berat jika peserta didik menderita fobia sosial karena akan memunculkan perasaan yang tidak menyenangkan dan berat bagi yang mengalaminya. Terutama jika perasaan itu menimbulkan kecemasan akan tertawaan atau ejekan orang lain sebagai gejala Katagelophobia. Padahal pada sisi wajarnya peserta didik dituntut untuk berkomunikasi dan bersosialisasi secara stabil dengan lingkungan sekolahnya. Tidak sedikit peserta didik yang diserang rasa takut akan penilaian temantemanya dan rasa rendah diri terhadap gurunya jika ia hendak mengemukakan pendapat di depan kelas. Pikiran-pikiran negatif akan diejek dan ditertawakan kalau saja pendapatnya ada yang tidak sesuai, penampilannya yang tidak sesuai dengan anggapan teman-temannya sehingga muncul situasi gerogi yang berlebihan sehingga ia kurang atau bahkan sama sekali tidak mampu menguraikan penjelasannya di depan kelas. Jika para remaja selaku peserta didik mengalami kecemasan akan ejekan dan penilaian orang lain terhadapnya maka hal ini dapat memunculkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Para fobik sosial terutama mereka yang tergolong sebagai kategori Katagelo, mereka akan menjadi sangat sensitif terhadap kritik dan menafsirkan segala tindakan orang lain adalah untuk 4 ibid., h. 73.

5 mempermalukan mereka. Oleh karena itu mereka takut melibatkan diri dan melakukan tindakan yang memunculkan tertawaan orang lain. Misalnya saja, mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Namun di sisi yang berbeda, para fobik sosial bukanlah individu yang boleh disebut sebagai siswa yang memiliki kemampuan intelejensi rendah. Siswa pemalu bukan berarti tidak mampu menyerap pelajaran seperti teman-temannya. Hanya saja kendala mereka ada pada ketidak percaya dirian mereka untuk tampil dan mengespresikan kemampuannya dalam tindakan di depan orang lain. Oleh karena adanya permasalahan para remaja di lingkup pendidikan inilah maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mengajukan judul tentang Pengaruh Sosiophobia Tipe Katagelo Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI Di SMA Negeri 3 Sidoarjo B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana Sosiophobia tipe Katagelo para peserta didik di SMA Negeri 3 Sidoarjo? 2. Bagaimana hasil belajar mata pelajaran Agama Islam pada siswa yang tergolong sebagai fobik sosial tipe Katagelo di SMA Negeri 3 Sidoarjo?

6 3. Adakah pengaruh sosiophobia tipe Katagelo terhadap hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMA Negeri 3 sidoarjo? C. Tujuan Berpijak pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana Sosiophobia tipe Katagelo para peserta didik di SMA Negeri 3 Sidoarjo 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar mata pelajaran Agama Islam pada siswa yang tergolong sebagai fobik sosial tipe Katagelo di SMA Negeri 3 Sidoarjo 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh sosiophobia tipe Katagelo terhadap hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMA Negeri 3 Sidoarjo D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis adalah sebagai upaya menemukan solusi yang baru bagi kekurangan kemampuan PAI di sekolah dalam membangun suatu pemahaman ajaran agama Islam yang integral secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Secara praktis dan manfaat

7 a. Bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya diharapkan dapat dijadikan pijakan untuk penelitian selanjutnya, terutama tentang metode dan teknik pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan. b. Bagi peneliti sendiri, sebagai prasyarat karya tulis ilmiah untuk memenuhi program sarjana strata satu pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya dan merupakan bahan informasi agama meningkatkan dan menambah pengetahuan serta keahlian dalam melaksanakan pola belajar yang efektif dan efisien di sekolah c. Bagi lembaga pendidikan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pandangan dalam menentukan penyelesaian masalah pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar khususnya di SMA Negeri 3 Sidoarjo. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Sutrisno Hadi yang mengatakan bahwa hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar atau salah. Dugaan ini ditolak jika salah dan diterima jika benar. 1. Hipotesis Alternatif (Ha)

8 Yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara variable X dan Y atau yang menyatakan adanya perbedaan 2 kelompok. 5 Dalam penelitian ini hipotesis yang diperoleh adalah Sosiophobia Tipe Katagelo Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA Negeri 3 Sidoarjo 2. Hipotesis Nihil (Ho) Hipotesis nihil biasanya dipakai dengan penelitian yang bersifat statistic yang diuji dengan perhitungan statistic nihil menyatakan bahwa Sosiophobia Tipe Katagelo Tidak Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI Di SMA Negeri 3 Sidoarjo " F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan, yang dapat diamati atau diobservasi. Konsep ini sangat penting, karena hal yang diamati membuat kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan penelitian terhadap hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan penulis terbuka untuk diuji kembali yang lain. 6 Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan mempermudah pemahaman tentang arti kata dalam judul skripsi Pengaruh Sosiophobia Tipe Katagelo 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 71. 6 Suryadi Suryabrata, Metodologi Penelitian I, (Jakarta: Raja Grafindo, 1988), h. 76.

9 Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA Negeri 3 Sidoarjo. Maka penulis akan memberikan uraian dari beberapa istilah dalam judul tersebut diantaranya adalah: 1. Pengaruh Adalah daya yang timbul atau ada dari suatu (orang, benda) yang ikut membawa watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 2. Sosiophobia Adalah takut dilihat ataupun di permalukan orang ketika melakukan sesuatu, meskipun sebatas makan di depan umum. Ketakutan ini dapat berujung pada sikap menghindari interaksi sosial. Dalam situs helpguide. Org. Dikatakan bahwa fobia sosial juga disebut sebagai gangguan kecemasan sosial adalah keadaan dimana seseorang merasa takut akan dipermalukan atau dikritik. Seseorang yang mengidap ketakutan ini memiliki kesadaran diri berlebihan dan juga takut mempermalukan diri di depan orang lain sehingga memilih untuk menghindari orang banyak. Fobia jenis ini biasanya si penderita akan mengalami kecemasan yang berlebihan jika berhadapan dengan situasi sosial atau menghadapinya dengan penuh tekanan 7. Keadaan yang sering memicu terjadinya kecemasan pada penderita fobia sosial adalah : 7 http://shofamarwa.multiply.com/journal/item/31/fobia, diunduh Minggu, 30 Oktober 2010, jam 19.51 WIB.

10 a Berbicara di depan umum b Tampil di depan umum 3. Katagelophobia Adalah ketakutan diejek/dicemooh, hal ini wajar terjadi manakala seorang-orang tersebut memiliki personality yang perfeksionis. Padahal, tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. 4. Hasil Belajar Adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Informasi aspek afektif diperoleh dari sistem tagihan yang digunakan untuk mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Tidak semua mata pelajaran memiliki aspek psikomotor, hanya mata pelajaran tertentu saja yang dinilai aspek psikomotornya, yaitu yang melakukan kegiatan praktek di laboratorium atau bengkel. Informasi aspek afektif diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik. 5. Siswa Adalah peserta didik yang masih menempuh pendidikan di tingkat SD, SMP, SMA, dan merupakan obyek utama dalam proses belajar mengajar. 6. Pendidikan Agama Islam Adalah upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu maupun social, untuk

11 mengarahkan potensi, baik dasar (fitrah) maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berdasarkan nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 8 Berdasarkan interpretasi di atas yang dimaksud dengan judul skripsi Pengaruh Sosiophobia Tipe Katagelo Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA Negeri 3 Sidoarjo, yaitu upaya untuk mengetahui adanya problem sosial remaja yang takut menerima ejekan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI di SMA Negeri 3 Sidoarjo. G. Sistematika Pembahasan Bab Pertama pendahuluan, bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. Bab kedua landasan teori, bab ini akan menjelaskan landasan teori tinjauan tentang sosiophobia dan Katagelophobia, tinjauan tentang hasil belajar siswa, pengaruh sosiophobia terhadap hasil belajar siswa, tinjauan mengatasi masalah sosiopobia peserta didik. Tinjauan hasil belajar siswa meliputi pengertian hasil belajar, tipe-tipe hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. 8 Zuairi dkk, Metodik Khusus PAI (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 27.

12 Bab ketiga metode penelitian yang berisikan identifikasi variabel, penyajian data tentang gambaran umum letak geografis sekolah, struktur organisasi sekolah, keadaan guru, sarana dan prasarana sekolah, jenis dan rancangan penelitian, sumber data dan jenis data, populasi dan sample, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab keempat laporan hasil penelitian, dalam bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian, yang meliputi analisis data yang meliputi tiga pokok permasalahan di dalam rumusan masalah. Bab kelima kesimpulan, bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran berkenan dengan penelitian kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.