ditulis oleh: Dennys Kien Yotl download di froztlegend.deviantart.com / facebook.com/froztlegendcreations
Pernah dengar lagu Yesus Pokok?? Biasanya sering dinyanyikan di sekolah minggu nih. Yesus pokok dan kitalah carangnya, tinggalah di dalamnya. Pastilah kau akan berbuah Mungkin dulu ketika kita masih kecil, kita tidak mengerti isi dari lagu ini walaupun kita sering menyanyikan nya dengan gembira. Tapi saya belajar banyak sekali dari lagu ini. Dalam kitab Yohanes pasal 15, dijelaskan bahwa Yesus adalah sang Pohon Anggur, dan Tuhan adalah Pemilik kebun anggur tersebut. Lalu siapa kita? Kita adalah ranting-ranting dari pohon itu. Sebagai ranting, kita menempel pada pohon, yaitu Yesus. Tanpa pohon, diri kita sebagai ranting akan segera kering dan tidak akan berbuah. Ketika sebuah ranting tidak lagi berbuah, dia akan berubah fungsi menjadi kayu bakar. Persis seperti apa yang dijelaskan di kitab Yohanes ini.
Di dalam perumpamaan ini, kita perlu tau jelas siapa posisi kita. Kita adalah CARANG-Nya, atau bahasa lain nya, ranting. Sebagai ranting, kita lahir dari Dia, kita bertumbuh dari Dia, dan kita tidak bisa [bahkan TIDAK BOLEH] lepas dari Dia. Karena jika kita lepas dari Dia kita selesai, pertumbuhan ranting berhenti dan siap untuk dibakar. Sebagai ranting, kita tumbuh dari dalam pohon. Dari tidak ada ranting, menjadi ranting pendek, lalu lama kelamaan menjadi semakin panjang dan menghasilkan buah. Tapi semua proses ini terjadi secara bertahap dan tidak cepat. Pohon perlu nutrisi dari tanah dan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis yang menghasilkan makanan untuk pohon. Tanpa nutrisi dalam tanah dan sinar matahari, pohon tidak dapat bertumbuh, dan ranting tidak akan pernah berbuah. Tanah adalah tempat berkumpulnya kotoran, kuman, ulat, semut, dll. Ada banyak hal di tanah yang kotor dan tidak kita sukai. Tapi di sisi lain, Matahari adalah penyedia harapan. Matahari menghasilkan sinar yang dapat menerangi bumi. Membuat bumi yang gelap menjadi bercahaya dan terlihat indah. Dua unsur ini disatukan dalam proses fotosistesis dan menghasilkan makanan bagi pohon yang dapat menghasilkan buah.
Sebagai carangnya, kita perlu mengalami fotosintesis. Kita mendapatkan hal yang tidak enak dari kehidupan kita. Seperti diomeli bos, dimusuhi teman, dibohongi, dihianati, disakiti, ditipu, dirampok, dan lainnya. Lalu kita bawa semua hal yang tidak enak itu menghadap Tuhan sang matahari dalam hidup kita. Maka Tuhan akan sanggup merubah segala ratapan kita menjadi senyuman, tangisan menjadi candaan, dan segala keputus-asaan kita menjadi harapan. Hanya Tuhan yang mampu memberi kita kelegaan, dan sadarilah bahwa sungguh kita tidak bisa hidup tanpa dirinya. Ketika kita membawa segala pahit kita kepada Tuhan, Dia akan menjadikan itu semua menjadi buah yang manis dalam hidup kita. Dan buah itu akan memberkati orang-orang di sekitar kita. Kita yang sudah pernah menang dari masalah-masalah hidup ini akan mengangkat orang-orang lain yang masih tenggelam dalam masalah itu. Segala hal pahit yang kita alami tidak akan sia-sia ketika kita bawa kepada Tuhan.
Tapi pernahkah kamu lihat pohon yang buahnya tidak baik? Pohon yang buahnya asam/pahit. Ini terjadi pada orang yang mengalami kepahitan dalam hidupnya, tapi dia tidak lari kepada Tuhan. Dia mencari jalan keluar sendiri dan akhirnya terbatas pada pengetahuannya sendiri. Ketika mereka tidak menemukan jalan keluar, mereka menjadi stress dan memiliki akar pahit. Akar pahit ini dapat membuat orang menjadi jahat, pendendam, bahkan suka memukul orang dan mudah tersinggung. Atau bahkan jika ranting itu tidak berbuah. Seperti perumpamaan tentang pohon yang tidak berbuah di kitab Lukas 13. Sudah 3 tahun pohon ini tidak berbuah. Coba bayangkan jika kamu adalah pemilik kebun, dan sudah 3 tahun kebun ini tidak berbuah. Apakah kamu tidak kesal? Masak sudah 3 tahun memupuki, menyirami, dan merawatnya tapi belum berbuah juga. Di Lukas 13 si pengurus kebun masih memohon kesempatan pada pemilik untuk membiarkannya 1 tahun lagi, sungguh baik si pengurus kebun ini. Tapi jika kamu adalah pemilik kebun, apakah kamu tahan menunggu 4 tahun hanya untuk pohon kamu berbuah? Kita adalah ranting-rantingnya dan Dia selalu memberkati kita dengan banyak hal. Sebagai ranting, apakah kita tidak mau membalas kebaikan itu semua?
Karena Tuhan mau kita untuk BERBUAH, bukan untuk hanya menyerap nutrisi yang banyak tapi kosong. Tidak ada gunanya kita baca alkitab banyak tapi tidak berbuah [melakukan perintahnya]. Tidak ada gunanya kita punya banyak pengetahuan tapi tidak dibagikan. Tidak ada gunanya sebuah ranting jika dia tidak menghasilkan buah, hanya akan menjadi kayu bakar. Tapi jika kita berbuah, kita harus siap untuk DIPETIK. Buah yang kita hasilkan bukan untuk diri kita sendiri, tapi untuk orang lain. Proses yang kita alami memang tidak enak, tapi buah yang kita hasilkan akan manis. Buah yang kita hasilkan tidak boleh disimpan, karena lama-lama akan busuk dan tidak enak rasanya. Buah yang jadi hanya bisa dibagikan. Sama seperti uang yang kita hasilkan lewat pekerjaan kita, tidak akan ada gunanya jika hanya disimpan. Uang tersebut harus dipakai. So.. hanya ada dua pilihan. Berbuah atau tidak berbuah. Tidak berbuah maka akan di bakar, atau berbuah dan lalu dipetik.
Bersukacitalah dalam Pengharapan Sabarlah dalam Kesesakan dan Bertekunlah dalam Doa Roma 12:12 Keduanya terlihat tidak enak, tapi jika buahmu itu menjadi berkat bagi orang lain, percayalah rasanya damai dan lega sekali. Kamu pasti mau banget jadi berkat lagi dan lagi. Apalagi kita pasti bangga dong sama Tuhan kalau kita berbuah. Pilihan ada di tangan kamu sendiri. Ayo cari Tuhan yang menjadi matahari harapan dalam kehidupan kita. God Bless you [kien]