I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PRIMORDIALISME TERHADAP KERUKUNAN MASYARAKAT DI MALUKU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Primordialisme berasal dari kata primus yang artinya pertama dan ordiri yang. artinya ikatan. Sedangkan isme adalah suatu faham.

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

OTORITAS PAULUS DAN INJIL

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

Setelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi?

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

Manusia Pemberani. Timothy Athanasios

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

Islam dan Sekularisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan pada masyarakat Maluku telah terjadi pada zaman agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang beragam maupun zaman penyebaran agama-agama Islam dan Kristen yang bersifat pendudukan wilayah, dan menunjukan kemajuan sampai tahap-tahap dasar realitas kekerabatan antara agama Islam dan Kristen pada dasar- yang menampilkan pola keberagamaan Salam-Sarane dalam bingkai hidup beragama yang khas dari masyarakat Maluku. Doktrin agama yang merupakan konsepsi tentang realitas harus berhadapan dengan kenyataan atau perbedaan. Ketegangan antara doktrin teologis Islam dan Kristen dengan realitas dan perkembangan sosial telah berlangsung lama. Upaya untuk menjawab ketegangan teologis telah melahirkan gerakan pemurnian dalam Islam dan Kristen. Gerakan ini pada awalnya adalah upaya untuk membebaskan perilaku keagamaan yang bercampur dengan budaya atau tradisi keagamaan yang lain.

2 Dalam hal ini pemurnian keagamaan berupaya untuk membersihkan ajaran ajaran Islam dari segala sesuatu yang tidak memiliki sumber rujukan. Gerakan pemurnian, menurut Fazlur Rahman lahir dari gerakan pembaharuan di dunia Islam yang muncul pada abad ke 14. Diawali kesadaran untuk melakukan transformasi secara mendasar untuk mengatasi kejumudan dan kemunduran moral umat Islam (Fazlur Rahman. 1984 :109-112). Kemunculan gerakan pemurnian agama di Maluku merupakan respon umat Islam terhadap dua realitas, yaitu realitas budaya lokal yang kuat mengakar dalam hidup keseharian dimasyarakat dan realitas masyarakat modern yang terus berubah. Terhadap realitas pertama umat harus mengembangkan pemahaman yang bebnar mengenai praktik keagamaan dan usaha yang diarahkan pada pemurnian keyakinan dan ritual Islam dari pengaruh-pengaruh yang menyimpang. Sedangkan terhadap realitas kedua pemahaman Islam harus dikembangkan untuk menumbuhkan sebuah kepercayaan bahwa ajaran Islam mengandung kemampuan beradaptasi dan berubah. Di Maluku pada tahun 1970-an timbul semangat pembaharuan khususnya terhadap gerakan pemurnian ajaran agama. Pemimpin agama Kristen dan Islam berusaha untuk memurnikan agama untuk membebaskan perilaku keagamaan yang bercampur dengan budaya dan berusaha untuk meninggalkan sistem kekerabatan masyarakat tradisional, yang dianggap mengotori kemurniaan agama dan keyakinan.

3 Gerakan pemurnian ajaran Kristen di Maluku mengklaim bahwa praktekpraktek adat adalah tidak sesuai dengan ajaran Kristen. Para pemimpin Kristen lebih giat memberikan keyakinan kembali menyangkut ajaran-ajaran dalam Kekristenan. Kekristenan diasosiasikan dengan budaya barat dan modern; leluhur adalah momok masa lalu. Di dalam jemaat ditanamkan perasaan bersalah yang hebat. MerekaMereka disebut bukan Kristen jika memuliakan nenek moyang. Orang-orang Kristen yang lahir di kota telah kehilangan sebagian besar adat dan selalu lebih menekankan kepercayaan Kristen mereka (Bartels. 1978: 146). Pemurnian kekristenan tidak dapat dilepaskan dari pewarisan historis dalam sejarah awal dan berkembangnya gereja di Maluku khususnya sejarah protestantisme. Dalam hal ini faktor yang turut berpengaruh terhadap paradigma teologi gereja di Maluku, yakni paradigma misionaris dengan misi pertama mentobatkan jiwa-jiwa, kedua mengajak orang non-kristen masuk Gereja, dan ketiga masuk agama Kristen. Pemurnian juga terjadi di kalangan Muslim yang menekankan kemurnian Islam dengan meninggalkan kepercayaan adat tradisional. Dengan semakin lemahnya pengaruh para pemimpin Muslim Maluku yang lebih tua dan lebih tradisional, mereka digantikan oleh pemimpin yang lebih muda, yang lebih terbuka dengan kemurnian Islam dan ide-ide Islam yang lebih luas. Islam juga menjadi lebih tertuju dengan kemodernan. Bagi kaum Muslim muda masa depan yang mereka harapkan adalah Islam yang universal dari pada kepercayaan etnis (Bartels. 1978: 147).

4 Para pemimpin Islam, lebih menekankan kepada kepada ukuwah islamiyah Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan umat Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Maluku. Sikap ke Kristenan warisan teologi yang agresif yang melihat agama lain sebagai pihak yang harus dikuasai dan diselamatkan bagi Kristus dengan meninggalkan kepercayaan adat tradisional. Membersihkan ajaran ajaran Islam dari segala sesuatu yang tidak memiliki sumber rujukan yang jelas dalam Islam. salah satu faktor yang turut berpengaruh terhadap teologi gereja di Maluku, yakni faktor kolonial. Dari faktor ini, tentunya harus diakui bahwa teologi yang terdapat di Maluku sesungguhnya erat berkaitan dengan teologi yang dibawa oleh para misionaris. Sikap ke Kristenan warisan teologi yang agresif yang melihat agama lain sebagai pihak yang harus dikuasai dan diselamatkan bagi Kristus. Dimana pola penyiaran agama yang diterapkan didasarkan pada ajaran Marthen Luther, yaitu di mana ada Kristus, di situ ada gereja. Gereja sangat berhasil melakukan Kristenisasi upacara-upacara pakta perjanjian pela, dalam kekerabatan yang hanya melibatkan desa-desa Kristen, dengan cara-cara yang jauh mengurangi kepentingan leluhur. Secara tidak langsung, menurunnya peran adat di desa-desa Kristen juga menghapuskan dasar umum interaksi dengan anggota pela dari kalangan Muslim yang mengarah pada semakin jauhnya jarak sosial antara Kristen dan Muslim dalam kekerabatan antar kepercayaan. Gereja memusnahkan leluhur, menyamakannya dengan kekuatan setan. Di dalam jemaat ditanamkan perasaan

5 bersalah yang hebat. Mereka disebut bukan Kristen jika memuliakan nenek moyang. Gereja juga AmembaptisA upacara-upacara adat (Bertle. 1978: 30). Pemurnian juga terjadi di kalangan Muslim yang menekankan kemurnian Islam dengan meninggalkan kepercayaan adat tradisional. Dengan semakin lemahnya pengaruh para pemimpin Muslim Maluku yang lebih tua dan lebih tradisional, mereka digantikan oleh pemimpin yang lebih muda, yang lebih terbuka dengan kemurnian Islam dan ide-ide Islam yang lebih luas. Islam juga menjadi lebih tertuju dengan kemodernan. Bagi kaum Muslim muda masa depan yang mereka harapkan adalah Islam yang universal dari pada kepercayaan etnis (Bartels. 1978: 147). Proses pemurnian melalui agama Kristen, dalam merubah sistem keyakinan dan kepercayaan terhadap roh para leluhur yang berdasarkan kepercayaan agama suku, yang kemudian di ubah dan diganti secara radikal dengan dasardasar kepercayaan dan keyakinan yang kuat dalam agama Kristen. Religiusitas dalam agama suku yang mengedepankan pensakralan terhadap roh-roh jahat dan kuasa kegelapan, yang justru menjadi landasan yang kuat dalam sistem kepercayaan primitif berpindah secara perlahan dan pasti ke religiusitas pada agama-agama samawi. Di Maluku pada tahun 1970 sampai akhir tahun 1979 secara signifikan terjadi peningkatan jumlah pemeluk agama Kristen. Peningkatan ini menurut disebabkan oleh usaha misi yang terus dilaksanakan oleh gereja. Para pendeta Kristen selama ini memanfaatkan pela untuk menjerumuskan ummat Islam agar mau mengikuti sebagian ajaran mereka dengan cara memasukkan dalam

6 konteks toleransi kekeluargaan. Timbulnya kecurigaan atas peningkatan jumlah pemeluk agama Kristen maka pada tahun 1981 keluar Surat Keputusan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1979 yang berisi : 1. Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, pakaian, makanan, agar orang atau kelompok orang yang telah menganut agama yang lain berpindah dan menganut agama yang disiarkan. 2. Menyebarkan famlet, majalah, bulletin, dan buku pada khalayak lain yang beragama. 3. Melakukan kunjungan dari rumah ke rumah yang telah memeluk agama Keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri pada tahun 1979 yang mengatur pelaksanaan penyiaran agama. Terbitnya SKB tersebut dapat dianggap sebagai sebuah respon terhadap meningkatnya jumlah pemeluk agama Kristen dimana peningkatan itu dilihat sebagai akibat dari gerakan misionaris Kristen yang didukung kekuatan dana dari luar negeri. (Alwi Sihab,1998:177). Bagi kalangan Kristen, kebijakan tersebut jelas jelas dianggap membatasi misi Kristen dan memberi perlindungan terhadap Islam. Karena itu tak pelak lagi, kalangan Kristen bereaksi keras terhadap aturan ini. Bagi kalangan Islam, aturan itu merupakan suatu proteksi terhadap iman umat mereka. Kendati mendapat reaksi keras kalangan Kristen, namun aturan ini tetap berlaku. Berlangsungnya pemurnian agama di Maluku menimbulkan perubahan dalam hubungan Kristen dan Islam di Maluku semakin jauh.

7 B. Analisis Masalah B.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pengaruh Pemurnian Agama Terhadap Kerukunan Masyarakat di Maluku. 2. Pengaruh Lunturnya Adat Pelagandong Terhadap Kerukunan Masyarakat di Maluku. 3. Pengaruh Menguatnya Identitas Kesukuan Terhadap Kerukunan Masyarakat di Maluku. B.2. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada nomor (1), yaitu : Pengaruh Pemurnian Agama Terhadap Kerukunan Masyarakat di Maluku. B.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi, dan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah, Bagaimanakah Pengaruh Pemurnian Agama Terhadap Kerukunan Masyarakat di Maluku? C. Tujuaan dan Kegunaan Penelitian. C. 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Bagaimanakah Pengaruh Pemurnian Agama Terhadap Kerukunan Masyarakat di Maluku.

8 C. 2. Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kegunaan penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan pengetahuan serta wawasan khususnya dalam bidang kesejarahan yakni mengenai Pengaruh Pemurnian Agama Terhadap Kerukunan Masyarakat di Maluku 2. Sebagai bahan tambahan substansi materi tentang Sejarah Maluku. 3. Dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Sosial pada umumnya dan Ilmu Sejarah pada khususnya tentang Pemurnian Agama di Maluku C.3. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat masalah di atas cukup umum dalam penelitian untuk menghindari kesalah pahaman, maka dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup : a. Objek penelitian Objek penelitian adalah sifat keadaan dari sesuatu benda, orang, atau keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas (benda, orang, dan lembaga), bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra atau simpati-antipati, keadaan batin, disebut (orang), bisa pula berupa proses disebut lembaga. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah Pemurnian Agama di Maluku.

9 b. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya ( attribut -nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Primordialisme agama di Maluku. c. Wilayah / Tempat Penelitian Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di perpustakaan umum dan perpustakaan daerah. Wilayah tempat penelitian ini adalah Perpustakaan Unila dan Perpustakaan Daerah Lampung. d. Waktu Penelitian Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tahun 2013. e. Bidang Ilmu Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. dalam penelitian ini, peneliti mengambil bidang ilmu sejarah. Karena disesuaikan dengan bidang ilmu peneliti yaitu pendidikan sejarah.

10 REFERENSI Bartels, 1989. Moluccans in Exile. A Struggle for Ethnic Survival. Leiden: University of Leiden. Center for the Study of Social Conflict. Halaman: 31-46 Riaz Hassan 1985, Islam dari konservative sampai fundamentalis, Jakarta Pers halaman: 108 Fazlur Rahman, 1984,Gerakan Pembaharuan Islam, 109-112) Bartels, 1978, Religious Syncretism, Semantic Depletion and Secondary Interpretation in Ambonese Islam and Christianity in the Moluccas. Halaman: 146 Bartels, 1978, Ibid Halaman 147 Alwi Shihab. 1998. Para digma Baru Misi Kristen. Bandung Pustaka Hidayah. Halaman : 177