BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Nasionalisme S. Sudjojono ( ) Pembuka Babak Baru Sejarah Seni Lukis Modern Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Raymond Williams dalam Komarudin (2007: 1).

BAB V KESIMPULAN. Penelitian ini membuktikan bahwa seniman telah memiliki. kesadaran dalam mempresentasikan karya sebagai pertunjukan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

BAB I PENDAHULUAN. Harry Atmami, 2015 Seni Kinetik Mitos Situ Bagendit Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. berupa perancangan logo perusahaan, beserta aturan standar

TOKOH LEGENDA ENDANG DHARMA AYU SEBAGAI GAGASAN BERKARYA DRAWING

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan

BAB III METODE PENCIPTAAN

Agus Cahyana Raden Saleh, Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

Sejarah Umum Seni Lukis

2015 ABSTRAK SUPREMATISME SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI PATUNG DENGAN MEDIA KAYU

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

A. LATAR BELAKANG MASALAH

EKSPLORASI KEHIDUPAN DALAM SENI LUKIS A.A. NGURAH PARAMARTHA

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elwin Adlian Raharja, 2015

BAB III GAGASAN BERKARYA

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

Barli "Siti" SOx36cIIl Lee Man - Fo ng "Sketsn W il l/ita Bali " Knpur 1\1erl1ll eli nlns kertns 40 x 60 (1/1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

KEBUDAYAAN INDIES arsitektur

2014 GUNUNG KRAKATAU SEBAGAI IDE BERKARYA SENI GRAFIS

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

Gambar 1. GUSTAVE COURBET. Anak Pemecah Batu. (1849). Kapur. Gambar 2. GUSTAVE COURBET. Pemecah Batu. (Detail) (1849). Cat Minyak di atas Kanvas.

BAB I PENDAHULUAN. inspirasi untuk berkarya. Lahirnya suatu karya seni tidak hanya dilandasi oleh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Artwork Mini Album Hahawal,

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

SEJARAH DESAIN. Gaya Desain M Indonesia Jelita Modul XII. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

Seni Lukis Indonesia. Sekarang dan yang Akan Datang. S. Sujojono

BAB I PENDAHULUAN. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Hampir di setiap sudut kota Yogyakarta dapat dijumpai lukisan-lukisan yang

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

SENI RUPA MODERN INDONESIA : ANAGLYPH 3D

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

I. PENDAHULUAN. beragam konteks. Cultural Studies, istilah ini diciptakan oleh Richard

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Nelson Mandela 1960 Sumber:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti

Gambaran Kesenian Bali, Warnai Keindahan Tattoo. Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

BAB I PENDAHULUAN. Kaligrafi ialah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ipan Nurfahmil Ulum, 2013

2015 PESONA ALAM GUNUNG BURANGRANG SEBAGAI OBJEK GAGASAN BUKU FOTOGRAFI ESAI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara Indonesia, Kota Bandung khususnya, kondisi seni rupa sudah berkembang pesat di mana segala ungkapan artistik terwujudkan dalam berbagai media yang tidak bisa dikategorikan dalam media seni rupa sebelumnya. Lepas dari perkembangan seni rupa yang begitu pesat, namun tetap, jenis seni rupa (seni murni) yang masih dominan diketahui oleh masyarakat luas atau diapresiasi oleh penikmat seni adalah seni lukis. Terbukti dari beberapa wawancara penulis dengan beberapa elemen masyarakat seperti masyarakat umum, kolektor, kurator dan beberapa praktisi seni mengatakan demikian. Seni lukis yang dimaksud adalah seni lukis pemandangan. Penulis mengamati dan menganggap pada awalnya seni lukis pemandangan merupakan suatu karya seni yang menjadi ciri khas negara Indonesia dan menjadi satu bentuk kelaziman dalam membuat lukisan. Setelah diamati lebih jauh ternyata kehadiran seni lukis pemandangan pada mulanya mempunyai masalah yang cukup serius. Edward Said dalam bukunya Orientalism (1979) menjelaskan bagaimana Barat secara intelektual telah menciptakan dunia Timur. Gambaran Barat tentang negeri-negeri (jajahannya) di Timur begitu Romantik. Sejalan dengan pendekatan Said, saya akan membicarakan Mooi Indie, berarti Hindia Molek. Sederhananya, Mooi Indie adalah penggambaran alam dan masyarakat Hindia Belanda secara damai, tenang dan harmonis. Meskipun warisannya hidup samai hari ini, Mooi Indie jelas ciptaan kolonial. Jika nasionalisme Indonesia bersifat romantik, itulah bukti bahwa Mooi Indie turut mewarnainya (Onghokham, 1994, hlm. 163). Merujuk kutipan di atas, seni rupa modern Indonesia diawali oleh Orientalisme yang juga datang beriringan dengan penjajahan Belanda. Pada masa awal dibentuknya, sejarah menyebutkan tokoh seni rupa modern Indonesia yang bernama Raden Saleh Syarif Bustaman dengan karya-karyanya yang didominasi oleh lukisan yang menceritakan kehidupan sekitarnya. Subjek-subjek dalam karyanya adalah potret manusia, suasana interaksi manusia, suasana interaksi binatang yang biasanya berlatar belakang lanskap tropis Indonesia. Lukisan-

2 lukisannya banyak terpengaruh oleh gaya lukisan Eropa yaitu cenderung Romantis. Selanjutnya perlu juga diketahui kausalitas lain yang bersifat internal kemunculan seni lukis Mooi Indie sendiri, yaitu pengaruh seni lukis Belanda pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 dan juga kedatangan pelukispelukis Eropa ke Hindia Belanda. Permasalahan tersebut perlu diketahui karena yang menjadi perintis seni lukis ini di Batavia adalah pelukis-pelukis Belanda dan Eropa lainnya yang berkunjung dan menetap sementara di Hindia Belanda. Pelukis-pelukis inilah yang membawa norma-norma estetik dan memperkenalkan bentuk-bentuk visual yang sesuai dengan idiom seni lukis Barat (Burhan, 2008, hlm. 25). Dari sumber di atas dapat diketahui bahwa seni lukis datang beriringan dengan kolonialisme. Masa kolonialisme mengakibatkan akulturasi, di dalamnya termasuk seni rupa. Pemerintah Belanda banyak mendatangkan ahli gambar (schielder) untuk menggambar ulang pemandangan alam Indonesia atau Flora khas Tropis Indonesia untuk kebutuhan ilmu Biologi, Geografi, Seni dan lain-lain. Khusus untuk seni, rekaman alam pemandangan Indonesia yang direka ulang oleh media cat di atas kanvas cukup banyak dihasilkan oleh para schielder. Menurut orang asing, pemandangan alam Indonesia sangat menakjubkan. Langit biru yang cerah, gunung-gunung menjulang tinggi, hamparan sawah-sawah, sungai-sungai mengalir, perkebunan yang rimbun semuanya khas tropis tidak ditemukan oleh orang asing di negerinya. Lukisan ini sering dijadikan souvenir ketika akan kembali ke negaranya. Pada saat ini pula banyak pelukis Indonesia yang mulai melukis pemandangan, di antaranya adalah Wakidi, Abdullah, Dullah, Wahdi. Rata-rata para pelukis ini pernah belajar atau berinteraksi dengan para schielder diantaranya adalah P.A.J. Moojen, Carel Dake, Dolf Breetvelt, Isac Israel, Marius, Romualdo Locatelli, Willew Dooyewaard, Roland Strasser, Rudolf Bonnet dan Walter Spies. Pada abad ke-18 hingga abad ke-19 wilayah Nusantara direpresentasikan dengan segala hal yang serba tenang, segar, damai dan penuh romansa. Tanpa disadari, melalui penggambaran hutan yang rimbun, tanah yang subur, sungai yang jernih, langit yang luas dan orang-orang yang terlihat giat bekerja, harmonis, seakan semua serba terkendali, sebenarnya sedang berlangsung agresi kolonial dan supremasi Barat. Lukisan-lukisan, cetakan-cetakan

3 litografi dan etsa yang mengisi khazanah visual pada masa itu merupakan cikal-bakal corak yang kelak pada akhir 1930-an ditinjau secara kritis oleh S.Sudjojono dengan sebutan Mooi Indie (Siregar, 2010, hlm. 44). Kutipan di atas menunjukkan ada suatu kontradiksi dalam kehadiran seni lukis pemandangan ini, yaitu pada masa ini Indonesia dalam kondisi terjajah. Tentu saja banyak penderitaan, penindasan, pemerasan dan ketidakadilan lainnya, sedangkan para pelukis pribumi bisa dikatakan hanya menjadi pelayan sang penjajah dengan hanya hanya menciptakan kebagusan-kebagusan lewat lukisan pemandangan Indonesia dibalik kepahitan yang ada. Peristiwa ini pernah ditentang keras oleh S.Sudjojono, Bapak Seni Modern Indonesia. Dari sinilah muncul istilah Mooi Indie (Hindia Molek) yang sering diutarakan oleh Sudjojono dalam tulisan-tulisannya maupun orasi-orasinya. Di era ini juga mulai muncul Persagi, gerakan seni yang memperjuangkan spirit dan corak Indonesia. Dalam pengamatan penulis, pada perkembangannya masalah seni lukis pemandangan ini mulai tidak menjadi bahan perdebatan yang serius, namun masih menjadi masalah yang belum usai. Jauh melompat dari sejarah ke masa sekarang. Warisan melukis pemandangan alam Indonesia masih ada sampai sekarang. Terbukti jika di Kota Bandung penulis menemukan beberapa seniman atau kelompok seniman yang masih melestarikan seni lukis pemandangan ini. Di daerah Jelekong, Jalan Braga, Kebun Seni Tamansari atau penulis menemukan lukisan-lukisan pemandangan ini masih banyak diminati oleh publik. Juga di beberapa rumah makan Padang, rumah masyarakat, rumah di pedesaan, termasuk di rumah penulis ada lukisan pemandangan karya almarhum kakek penulis. Ada juga penerapan subjek lukisan pemandangan ini ke media lain, seperti beberapa mural di sudut kota Bandung, bagian belakang mobil angkutan umum, body truk besar dan beberapa bagian badan becak. Semua itu adalah hasil pengamatan penulis. Ditinjau dari segi aspek apresiasi, sebenarnya dibebaskan seseorang memiliki karya seni seperti apa pun. Misalnya dalam hal kebebasan seniman sekarang, tidak ada larangan seniman membuat karya seni lukis pemandangan.

4 Namun berdasarkan sejarah, nilai, nasionalisme, perkembangan teknologi, perkembangan edukasi dan spirit sosial sepertinya seni lukis pemandangan menjadi satu tanda tanya besar. Pengamatan penulis di zaman sekarang, ketika perhelatan-perhalatan seni rupa yang sudah menggunakan berbagai media dalam presentasi karya-karyanya, menjadikan semangat penulis untuk tertarik mengeksplorasi karya. Penggabungan berbagai media membuat karya mempunyai daya tawar yang menarik sesuai kondisi seniman dan apresiator hidup pada zamannya. Di samping itu perkembangan teknologi yang menyebabkan persinggungan seni dan teknologi melahirkan ungkapan-ungkapan baru baik itu yang bersifat digital, cyber, atau hanya fisiknya saja. Penulis fokus pada seni kinetik yang pertumbuhannya di Indonesia menjadi unik dan berbeda karena menggunakan media lokal dengan penyesuaian tema yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sampai penggabungan antara nilai tradisional dengan modern baik deri segi tema maupun teknis. Terbukti saat penulis mengamati langsung karya Heri Dono di ARTJOG 2013 di Taman Budaya Yogyakarta. Heri Dono menggabungkan teknologi rendah seperti dinamo dan unsur-unsur gerak bayangan yang ada di wayang kulit yang menjadikan karya tersebut memiliki daya tawar yang menakjubkan. Tema yang diangkat merepresentasikan kondisi kemanusiaan sekarang. Dalam perbendaharaan istilah dan konsep seni rupa, istilah 'seni kinetik' (kinetic art, dari bahasa Yunani 'kinesis' atau 'kinetikos', yang berarti 'gerak') digunakan untuk menjelaskan karya-karya yang berhubungan dengan 'gerak' (movement, motion) dalam berbagai bentuknya. Sejak mengemuka pada awal abad ke duapuluh, spektrum praktik seni kinetik hari-hari telah melampaui definisi karya-karya dengan teknik dan gaya tertentu. Secara umum, spektrum itu berhubungan dengan perkembangan sudut pandang, respon dan pemahaman para seniman terhadap konsep dan fenomena 'gerak'. Di Indonesia, istilah seni kinetik tergolong kurang populer. Meskipun berbagai aspek gerak bisa ditemukan dalam berbagai karya seniman-seniman Indonesia khususnya dalam karya-karya yang selama ini populer dengan sebutan 'instalasi' belum ditemukannya penelitian, pameran maupun diskursus yang membahasnya secara spesifik. Padahal, ketertarikan para seniman Indonesia dalam menggarap berbagai aspek gerak sangat menarik untuk dikaji. Di samping itu, sebagai suatu kecenderungan, atau bahkan isme, seni kinetik menawarkan potensi eksplorasi artistik dan filosofis yang

5 luas, dan boleh jadi merepresentasikan situasi budaya tertentu di Indonesia (Kinetic Art. 2011. Edwinsgallery.com. 12.15 am 22 Agustus 2013). Kehadiran unsur gerak dalam sebuah karya bisa menimbulkan apresiasi lebih. Pemilihan karya seni kinetik juga merupakan bagian dari eksplorasi penulis yang pada masa sebelum-sebelumnya aktif membuat karya dengan medium konvensional. Berhubung dengan permasalahan seni lukis pemandangan Indonesia dan seni kinetik, sebenarnya dari keduanya ada sebuah hubungan garis perkembangan seni. Walaupun secara waktu memang jauh, keduanya jika disatukan akan menjadi sebuah karya yang unik sekaligus merupakan penanda tafsiran baru atas suatu kejanggalan di masa lalu yang berdampak hingga sekarang. Juga di Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia belum pernah ada yang membuat skripsi dengan mengangkat tema seni kinetik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat karya dengan judul Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia Sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik. B. Fokus Masalah Penciptaan Terciptanya sebuah karya seni diawali dengan adanya gerakan hati atau semacam intuisi serta adanya pengaruh yang datang dari luar, misalnya pada kehidupan sehari-hari ketika berkegiatan, kejadian-kejadian yang begitu berkesan, pengalaman dan lain-lain yang bisa mempengaruhi kondisi perasaan dan pikiran, hal ini tercipta dari hasil ungkapan batin penciptanya sendiri. Kenyataan ini tidak datang begitu saja tanpa pengalaman artistik senimannya. Dari latar belakang di atas, penulis dapat menarik beberapa poin yang dalam hal ini dapat dijadikan sebagai suatu rumusan/simpulan permasalahan yang akan penulis gagas, yakni: 1. Bagaimana mengembangkan berkarya seni kinetik dari membaca kembali seni lukis pemandangan Indonesia? 2. Bagaimana ekspresi visual dari gagasan membaca kembali seni lukis pemandangan indonesia sebagai gagasan berkarya seni kinetik?

6 C. Tujuan Penciptaan Untuk penciptaan karya seni lukis kinetik dengan gagasan permasalahan dalam lukisan pemandangan Indonesia maka tujuan penciptaan dapat dibuat sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan proses visual konsep dengan gagasan membaca kembali seni lukis pemandangan indonesia sebagai gagasan berkarya seni kinetik. 2. Untuk mendeskripsikan visual dan konsep berkarya dari gagasan membaca kembali seni lukis pemandangan indonesia sebagai gagasan berkarya seni kinetik D. Manfaat Penciptaan 1. Manfaat Bagi Penulis a. Dapat mengembangkan dan mengasah proses kreatif juga kemampuan berinovasi dalam proses penggarapan karya penciptaan. b. Mengetahui bagaimana cara menggarap karya seni kinetik yang baik dengan menggunakan kanvas, cat dan perangkat mekanik c. Mendapatkan pengalaman estetis dari proses karya yang dibuat d. Sebagai bagian proses kematangan dalam mengeksekusi karya seni rupa sebelum terjun di medan sosial seni rupa 2. Manfaat Bagi Dunia Seni Rupa a. Sebagai wujud realitas otentik sejarah seni rupa Indonesia yang berdasarkan riset ilmiah terlebih dahulu b. Pengembangan khasanah perkembangan pengetahuan, pendidikan dan wacana Seni Rupa 3. Manfaat Bagi Dunia Pendidikan Seni Rupa a. Sebagai acuan apresiasi karya perkembangan Seni Rupa Indonesia di wilayah Seni Murni

7 b. Contoh konkret permasalahan seni lukis pemandangan Indonesia untuk dikaji dan dipahami dalam wacana sejarah seni rupa Indonesia yang berhubungan dengan praktek seni dan apresiasi disetiap masing-masing tingkatan pendidikannya 4. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan a. Aset karya seni murni yang berlandaskan kajian ilmiah yang sudah seharusnya dipelihara dan diproyeksikan b. Sebagai studi pengayaan kekaryaan bagi mahasiswa dan dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa 5. Manfaat Bagi Masyarakat Umum a. Sebagai pengembangan khazanah kesenirupaan b. Menjadi wacana baru sesuai konteks zaman yang layak untuk diapresiasi E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi penciptaan ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, kajian sumber penciptaan, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN PENCIPTAAN Bab ini menjelaskan landasan yang mendasari proses penciptaan atau rancangan dengan mengkaji berbagai sumber pustaka dan meninjau data informasi lapangan. BAB III METODE PENCIPTAAN Bab ini meliputi proses uraian proses perancangan dimulai dari kelengkapan alat dan bahan, pembuatan sketsa, pembuatan model, pengerjaan karya, dan pengemasan karya.

8 BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan dan menggambarkan hasil karya yang dikaitkan dengan gagasan awal. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan jawaban terhadap tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya dan saran untuk pengembangan selanjutnya.