BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. biasanya berlangsung pada tempat dan waktu tertentu. Proses pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan setiap hari, merupakan sebuah

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran yang lengkap. Namun dari hasil pengamatan langsung di salah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rekapitulasi peningkatan penguasaan konsep

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, media pembelajaran mengalami kemajuan yang sangat pesat

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada 21

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar

PEMBELAJARAN BERBASIS VIRTUAL LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang interaktif dan komprehensif di era teknologi informasi terus

DATA HASIL OBSERVASI KELAS. No Aspek yang diobservasi Deskripsi hasil observasi 1 Persiapan Mengajar (Silabus dan RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

I. PENDAHULUAN. Keterbatasan alat-alat praktikum laboratorium yang dimiliki sekolah mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. fisika. Aspek kognitif merupakan aspek utama dalam pembelajaran, aspek ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adanya perubahan tingkah laku pada dirinya, menyangkut perubahan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data mahasiswa baru Teknik Universitas Bhayangkara Jakarta Jaya kampus II Bekasi pada periode tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

RPP 2 (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mei Indah Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

yang ditetapkan di sekolah yaitu 100% siswa memperoleh nilai 65.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat saat. ini telah banyak memberikan banyak manfaat dan kemudahan kepada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

Fika Septiningkasih, Eko Setyadi Kurniawan, Nur Ngazizah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam, mempelajari gejala dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia komputer telah mencapai perkembangan yang sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan oleh komputer. Pekerjaan-pekerjaan yang dahulu membutuhkan banyak tenaga manusia, sekarang telah tergantikan oleh mesin, yang kesemuanya itu dikendalikan oleh komputer. Semua yang ingin diketahui oleh manusia, semua ada di dalam komputer. Sama seperti bidang yang lain, komputer juga amat erat kaitannya dengan dunia pendidikan, paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis perkembangan teknologi. Pembelajaran tidak hanya menggunakan papan tulis saja, tetapi sudah menggunakan infokus dan LCD untuk menampilkan bahan ajar berupa slide powerpoint. Selain itu penggunaan komputer merupakan kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh siswa sama pentingnya dengan kemampuan membaca, menulis, berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, dan bekerja dalam kelompok. Siswa yang tidak memiliki kecakapan dalam mengoperasikan program-program komputer diperkirakan akan mengalami kesulitan yang lebih besar untuk menghadapi kehidupannya pada masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengetahuan tentang komputer sangat penting untuk dimasukkan dalam

2 kurikulum di sekolah, sehingga pengajaran di sekolah diharapkan dapat mengenalkan komputer kepada siswanya. Ditambah dengan pendapat dari seorang tokoh, Basar (2004:1) mengatakan bahwa jika ditanyakan kepada siswa sekolah menengah di Indonesia tentang pelajaran apa yang dianggap paling sulit, umumnya sebagian besar menjawab fisika. Hal ini dikarenakan selain materi dalam mata pelajaran tersebut sulit dipahami, terkadang juga penyampaian materi oleh guru kurang menarik perhatian siswa. Padahal pelajaran ini merupakan pelajaran yang harus dipahami bukan hanya dihapalkan. Basar mengatakan bahwa pengajar fisika di sekolah lebih sering membahas teori dari buku pegangan yang digunakan, kemudian memberikan rumus-rumusnya lalu memberikan contoh soal. Akibatnya ilmu fisika tereduksi menjadi bacaan dan siswa hanya dapat membayangkan. Jika fenomena fisis yang sedang dibahas telah pernah dialami oleh siswa mungkin siswa akan dapat merekonstruksinya kembali menjadi pemahaman yang lebih baik (2004:2). Dari pernyataan tersebut didapat kesimpulan bahwa sebaiknya siswa diberikan pengalaman langsung terhadap fenomena fisis yang ada, agar siswa tidak hanya menghapal konsep yang ada tetapi paham terhadap konsep yang diajarkan sehingga akhirnya dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah menjadi pendapat umum bahwa fisika merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati (Mayub, 2005:2). Salah satu penyebabnya adalah fisika banyak mempunyai konsep yang bersifat abstrak sehingga sukar membayangkannya. Oleh sebab itu, banyak siswa yang langsung saja bekerja

3 dengan rumus-rumus fisika, tanpa mencoba berusaha untuk mempelajari latar belakang falsafah yang mendasarinya. Dalam usaha ke arah itu, hendaknya mata pelajaran fisika didampingi dengan praktikum fisika, namun tidak semua masalah fisika dapat disimulasikan di laboratorium, lebih lagi penggunaan laboratorium terbatas hanya di sekolah. Fisika merupakan suatu ilmu yang empiris. Pernyataan-pernyataan fisika harus didukung oleh hasil-hasil eksperimen. Sutrisno (Mayub, 2005) mengemukakan bahwa hasil eksperimen juga digunakan untuk eksplorasi informasi-informasi yang diperlukan untuk membentuk teori lebih lanjut. Oleh karena itu, teori dan eksperimen dalam fisika merupakan lingkaran yang tak berkesudahan. Pada dasarnya fisika merupakan abstraksi terhadap berbagai sifat alam dalam wujud konsep-konsep yang merupakan hamparan realitas. Kekhususan fisika dibanding dengan ilmu lainnya adalah sifatnya yang kuantitatif, yaitu penggunaan konsep-konsep dan hubungan antara konsep yang banyak menggunakan perhitungan matematis. Ketiga sifat ini, yaitu abstraksi, empiris dan matematis membuat komputer banyak berperan dalam fisika untuk berbagai keperluan, karena tidak semua konsep fisika dapat dieksperimenkan di laboratorium. Disamping itu ada konsep fisika yang kurang efisien bila dilakukan analisis. Komputer dapat membuat konsep-konsep yang abstrak menjadi konkret dengan visualisasi statis maupun dengan visualisasi dinamis (animasi). Dalam fisika ada dua gejala yang dapat divisualisasikan, yaitu (1) yang berkaitan dengan gerak seperti mekanika, gelombang, gerak elektron dan sebagainya; (2) yang tidak berkaitan dengan gerak seperti garis gaya listrik, pola interferensi, difraksi,

4 dan lain sebagainya. Selain itu, komputer dapat membuat suatu konsep lebih menarik sehingga menambah motivasi untuk mempelajari dan memahaminya. Tak lepas dari penggunaan komputer sebagi media pembelajaran ada faktor lain yang mempengaruhi berhasilnya proses belajar mengajar di sekolah, salah satunya adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Salah satu pendekatan pembelajaran yang tepat dalam pengajaran IPA terutama fisika adalah pendekatan kontekstual. Salah satu kelebihan pendekatan kontekstual adalah siswa lebih memahami aplikasi atau penerapan ilmu fisika yang dipelajari sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan hal itu di yakini lebih menarik bagi siswa dan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar IPA terutama fisika. Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada salah satu SMP di kabupaten Bandung, menunjukan bahwa metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab. Tapi ketika melakukan tanya jawab, siswa merespon pertanyaan guru secara tidak tepat dan ketika giliran mereka yang disuruh bertanya, mereka malah diam. Sehingga guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Guru memberikan contoh-contoh soal untuk dikerjakan siswa setelah penjelasan materi, tapi tetap saja guru yang mengerjakan beserta rumus jadinya. Kemudian berdasarkan hasil angket berkaitan dengan tanggapan siswa tentang fisika, menunjukkan bahwa siswa sulit mengikuti pelajaran fisika karena terlalu banyak rumus, siswa sulit memahami pengertian-pengertian atau konsep karena konsep fisika yang terlalu banyak dan siswa menyukai

5 belajar fisika berkelompok karena bisa lebih mengerti dan bertanya kepada siswa lain. Tidak hanya mengenai tanggapan terhadap fisika, peneliti juga menyerahkan angket mengenai kemampuan dalam mengoperasikan microsoft excel dan powerpoint. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa tidak dapat mengoperasikan microsoft office excel dan powerpoint, terlebih dalam membuat grafik dan tabel. Berdasarkan wawancara dengan guru fisika menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap mata pelajaran fisika adalah susah dan banyak rumus dan siswa jarang bertanya kepada guru. Praktikum jarang sekali dilaksanakan karena mengejar pencapaian penyampaian materi ajar untuk satu semester. Pembelajaran yang dilakukan tidak berpusat pada siswa. Siswa hanya menerima transfer pengetahuan dari guru dan latihan soal di buku LKS yang setiap siswa miliki. Oleh karena itu penulis mencoba untuk memberi solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menerapkan Video Based Laboratory dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. Kesulitan untuk melakukan praktikum karena penggunaan laboratorium terbatas hanya di sekolah dan tidak semua konsep fisika dapat dieksperimenkan di laboratorium dapat teratasi karena pada saat proses pembelajaran guru menyajikan masalah berupa video yang berisi eksperimen bandul sederhana. Kemudian video eksperimen tersebut diolah oleh sebuah perangkat lunak yang bernama tracker sehingga menghasilkan data dan grafik. Dari video dan data hasil tracker tersebut siswa dapat mengetahui dan menjelaskan variabel-variabel getaran

6 dan gelombang. Tak hanya itu, pada saat penerapan Video Based Laboratory ini siswa dilatihkan untuk mengoperasikan microsoft office excel dan microsoft office powerpoint. Dengan begitu akhirnya siswa tidak hanya menghapal konsep yang ada tetapi paham terhadap konsep yang diajarkan. Konsep-konsep yang tadinya abstrakpun menjadi konkret karena adanya visualisasi dari video tersebut. Ditambah lagi kemampuan ICT siswa bisa meningkat dalam hal mengoperasikan software. Sehingga penulis mencoba mengangkat judul: PENERAPAN VIDEO BASED LABORATORY DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ICT SISWA SMP. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana peningkatan prestasi belajar dan kemampuan ICT siswa setelah diterapkan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing? Rumusan masalah ini dijabarkan melalui dua pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang setelah diterapkan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing?

7 2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan ICT siswa pada konsep getaran dan gelombang setelah diterapkan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing? C. Batasan Masalah Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep getaran dan gelombang kelas VIII semester 2. 2. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan Video Based Laboratory dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. 3. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa berupa aspek ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) yang dijaring melalui tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. Peningkatan prestasi belajar dilihat berdasarkan analisis gain ternormalisasi dari skor pretest dan postest yang dihitung menggunakan persamaan gain ternormalisasi dari Hake (1998). Peningkatan Prestasi Belajar dianalisis berdasarkan sub pokok bahasan yang ada dalam pokok bahasan getaran dan gelombang. 4. Kemampuan ICT yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengoperasikan sistem teknologi, berupa kemampuan dalam mengoperasikan software microsoft office excel dan microsoft office powerpoint. Peningkatan kemampuan ICT tersebut dilihat berdasarkan analisis gain ternormalisasi dari skor pretest dan

8 postest yang dihitung menggunakan persamaan gain ternormalisasi dari Hake (1998). 5. Respon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran fisika setelah diterapkan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing yang dijaring melalui angket. 6. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media interaktif dengan menggunakan software dengan bantuan video yang berisikan eksperimen pada konsep getaran dan gelombang. Software yang dimaksud adalah tracker. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang setelah diterapkan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing. 2. Mengetahui peningkatan kemampuan ICT siswa pada konsep getaran dan gelombang setelah diterapkan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing.

9 E. Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi siswa, dapat menarik minat, meningkatkan motivasi, dan memudahkan siswa dalam memahami konsep dalam pembelajaran fisika. Selain itu salah satu hasil yang diharapkan dari pembelajaran fisika dengan memakai media ini adalah meningkatnya pengetahuan (kemampuan kognitif) dan kemampuan ICT, sehingga melalui pembelajaran ini siswa didorong untuk selalu berupaya meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan ICT-nya. 2. Bagi guru, memberikan alternatif pengajaran baru yaitu menerapkan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing pada konsep getaran dan gelombang sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan kemampuan ICT siswa. 3. Bagi sekolah, pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk proses pembelajaran atau kegiatan sekolah selanjutnya 4. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan penerapan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing pada topik lain. Sebagai wahana ilmiah yang inovatif.

10 F. Variabel Penelitian Variabel-variabel pada penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing. 2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan ICT siswa dan prestasi belajar siswa. G. Definisi Operasional 1. Video Based Laboratory dalam model inkuiri terbimbing merupakan suatu laboratorium berbasis video. VBL memudahkan pengguna untuk menghubungkan kamera atau sumber video untuk proses digitasi signal dan dimasukkan berupa data dalam komputer. Atau dengan kata lain dengan penggunaan video digital dapat menangkap seluruh peristiwa dalam video dan dapat ditangkap dalam bentuk data dalam komputer. Video ini berguna untuk menganalisa ayunan bandul sederhana, gerakan dari pegas dan proyektil yang dilihat dari beberapa acuan. Video ini nantinya akan digunakan sebagai media untuk merekam eksperimen yang akan dianalisis. 2. Kemampuan ICT mempunyai pengertian kemampuan sesorang untuk menggunakan sistem atau teknologi sehingga dapat mereduksi batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan, menganalisis, menyajikan, menyimpan dan menyampaikan data menjadi sebuah informasi. Kemampuan ICT ini dapat diukur melalui pretes dan postes

11 dalam bentuk unjuk kerja berskala garis. Kemampuan yang akan diukur hanya kemampuan mengoperasikan microsoft office excel dan microsoft office powerpoint. 3. Prestasi Belajar. Prestasi belajar diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Prestasi belajar ini akan diukur menggunakan tes tulis dalam bentuk pilihan ganda. Prestasi belajar yang dukur dibatasi hanya aspek kemampuan kognitif yaitu aspek ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).