III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan metode analitik korelatif, dengan pendekatan cross

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pemeriksaan identifikasi memegang peranan cukup penting dalam ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan teknik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan. penderita asma yang mengikuti senam asma.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh lama siklus menstruasi dengan kadar glukosa darah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, yaitu mencari perbedaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang variabel

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi,

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang akan diuji adalah berat badan berlebih dan penyembuhan luka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. satu kali dalam kesempatan yang sama. 1. Populasi Sumber : Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. suatu waktu (Notoatmodjo, 2007 ) dengan tujuan untuk mencari hubungan usia,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dilaksanakan di Stadion Diponegoro, Semarang. pre-test and post-test control group design.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik numerik

BAB III METODELOGI PENELITIAN. satu kali pada saat yang sama serta faktor risiko dan efek telah terjadi di masa

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian survei observational potong lintang (cross

III. METODE PENELITIAN. desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Semarang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober Desember 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. selama 12 minggu pada bulan Maret - Mei rancangan penelitian pre, middle, and post test control group design.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I.PENDAHULUAN. tengkorak dan rahang berbeda. Pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran,

Setuju dalam mengikuti penelitian

METODE PENELITIAN. cross sectional, dimana variabel bebas yaitu perilaku makan pagi (sarapan)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian studi analitik,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

III. METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan status ekonomi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan indeks facialis dan indeks nasalis dari dua etnis dan jenis kelamin yang berbeda pada satu waktu pengukuran. Pada penelitian ini, etnis yang diteliti hanya Etnis Batak dan Tionghoa. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Fransiskus, Kelurahan Labuhan Ratu, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung. Adapun alasan pemilihan tempat, karena terdapat 50% siswa-siswi SMA Fransiskus tahun pelajaran 2015/2016 yang beretnis Batak dan Tionghoa. Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama bulan September 2015, dilanjutkan pengolahan dan analisis data sampai minggu ketiga bulan Oktober 2015.

42 3.3. Populasi Penelitian Populasi penelitian berupa populasi target dan populasi terjangkau disebutkan seperti berikut : 1) Populasi target adalah masyarakat Etnis Batak dan Tionghoa di Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung 2) Populasi terjangkau adalah siswa-siswi Etnis Batak dan Tionghoa tahun pelajaran 2015/2016 di SMA Fransiskus, Kelurahan Labuhan Ratu, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung 3.4. Sampel Penelitian Penetapan besar sampel data numerik untuk studi cross-sectional dilakukan dengan menggunakan rumus uji hipotesis terhadap rerata dua populasi independen, yaitu indeks facialis dan indeks nasalis antara Etnis Batak dan Etnis Tionghoa. Menurut Sastroasmoro & Ismael ( 2011), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. = = 2 + ( )

43 Keterangan : n 1 = n 2 = besar sampel minimum Z α = derivat baku normal untuk α = 0,05 sebesar 1,960 Z β = derivat baku normal untuk β = 0,1 sebesar 1,282 s = simpangan baku gabungan kedua kelompok sebesar 9,294 mengacu pada hasil penelitian HNG (2010) (x 1 x 2 ) = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna sebesar 7,722 mengacu pada hasil penelitian Rahmawati et al. (2003) Berdasarkan rumus di atas, diperoleh estimasi besar sampel sebanyak : = = 2 (1,960 + 1,282) 9,294 (7,722) = = 30,451 30 Dengan demikian, didapatkan perkiraan besar sampel minimum masingmasing kelompok adalah 30 orang, yakni kelompok Etnis Batak 30 orang dan kelompok Etnis Tionghoa 30 orang. Pemilihan sampel penelitian menggunakan metode non probability sampling, yaitu consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua objek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi digunakan sebagai sampel penelitian sampai besar sampel yang diperlukan terpenuhi (Swasonoprijo & Susilowati, 2002).

44 3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi untuk memasukkan subjek dalam sampel penelitian adalah sebagai berikut : 1) Semua siswa-siswi SMA Fransiskus yang beretnis Batak, yakni ayah dan ibu responden beretnis Batak 2) Semua siswa-siswi SMA Fransiskus yang beretnis Tionghoa, yakni ayah dan ibu responden beretnis Tionghoa 3) Semua siswa-siswi SMA Fransiskus yang berumur 15 18 tahun 4) Semua siswa-siswi SMA Fransiskus yang memiliki z-score dari Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) -2 SD sampai dengan +1 SD (Kemenkes RI, 2010) 5) Bersedia dan dapat ikut serta dalam penelitian setelah dilakukan pengarahan dan menandatangani lembar persetujuan 3.5.2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi untuk mengeluarkan subjek dari sampel penelitian adalah sebagai berikut :

45 1) Pernah atau sedang mengalami trauma atau cedera pada tulangtulang penyusun kerangka wajah (termasuk hidung) 2) Pernah dilakukan operasi pada tulang-tulang penyusun kerangka wajah (termasuk hidung) 3) Pernah mengalami penyakit yang mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan tulang wajah, seperti down syndrome, labioschizis, palatoschizis, labiopalatoschizis, microcephaly dan macrocephaly 3.6. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel independen adalah variabel yang apabila nilainya berubah akan mempengaruhi variabel yang lain. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (Swasonoprijo & Susilowati, 2002). Dalam penelitian ini, dijelaskan variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1) Variabel independen : A. Etnis : Batak dan Tionghoa B. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan 2) Variabel dependen : A. Indeks facialis B. Indeks nasalis

46 3.7. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel disusun untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan membatasi penelitian agar tidak terlalu luas (Tabel 7). Tabel 7. Definisi operasional variabel Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Panjang Jarak antara titik nation (n) ke wajah gnation (gn) Jangka sorong Numerik Lebar wajah Jarak antar kedua titik zygion (zy) Jangka sorong Numerik Indeks Perbandingan antara panjang dan facialis lebar wajah dikalikan 100 - Numerik Tipe wajah individu berdasarkan indeks facialis : - Hypereuryprosop - Euryprosop - Numerik - Mesoprosop - Leptoprosop - Hyperleptoprosop Panjang Jarak antara titik nation (n) ke hidung subnasal (sn) Jangka sorong Numerik Lebar hidung Jarak antar kedua titik alare (al) Jangka sorong Numerik Indeks Perbandingan antara lebar dan nasalis panjang hidung dikalikan 100 - Numerik Tipe hidung individu berdasarkan indeks nasalis : - Leptorrhine - Mesorrhine - Playrrhine - Numerik Siswa-siswi SMA Fransiskus usia Etnis Batak 15 18 tahun dengan ayah dan ibu beretnis Batak Kuesioner Nominal Siswa-siswi SMA Fransiskus usia Etnis 15 18 tahun dengan ayah dan ibu Tionghoa beretnis Tionghoa Kuesioner Nominal

47 3.8. Instrumen dan Prosedur Penelitian 3.8.1. Instrumen Penelitian Instrumen yang membantu proses pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagi berikut : 1) Lembar persetujuan untuk meminta persetujuan responden dalam melakukan penelitian 2) Lembar kuesioner untuk menyesuaikan identitas responden dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pada lembar tersebut juga disiapkan kolom untuk mencatat hasil pengukuran berat dan tinggi badan, panjang dan lebar wajah, panjang dan lebar hidung 3) Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran 4) Timbangan (120 kg) untuk mengukur berat badan responden dalam satuan kilogram (kg) 5) Microtoise (200 cm) untuk mengukur tinggi badan responden dalam satuan sentimeter (cm) 6) Jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm dan panjang 30 cm untuk mengukur panjang wajah, lebar wajah, panjang hidung dan lebar hidung dalam satuan milimeter (mm). Terdiri atas rahang atas dan rahang bawah: rahang atas untuk mengukur diameter dalam; rahang bawah untuk mengukur diameter luar. Masingmasing rahang terdiri atas rahang tetap dan rahang sorong

48 3.8.2. Prosedur Penelitian 1) Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembaran kuesioner berisi identitas responden, terutama yang berhubungan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden mendapatkan penjelasan terlebih dahulu mengenai penelitian yang akan dilakukan sebelum dilakukan pengisian kuesioner, kemudian responden diberi lembar persetujuan penelitian untuk dimintai kesediaannya mengisi kuesioner dan menjadi sampel dalam penelitian. 2) Pengukuran status gizi berdasarkan IMT/U Status gizi termasuk ke dalam variabel perancu yang harus dikendalikan dalam penelitian ini. Status gizi yang dimaksud diukur berdasarkan IMT/U sehingga diperlukan pengukuran berat badan dan tinggi badan responden. Pengukuran ini dilakukan untuk memastikan apakah IMT/U responden normal, yakni z-score berada pada -2 SD sampai dengan +1 SD berdasarkan standar umur 5 18 tahun (Kemenkes RI, 2010).

49 Pengukuran tinggi badan aktual dilakukan pada siang hari karena diskus intervertebralis pada pagi hari lebih panjang, sedangkan pada malam hari lebih pendek akibat proses kompresi selama beraktivitas sehingga akan mempengaruhi hasil pengukuran (Kapandji, 1974). Tinggi badan diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut vertex, ke titik terendah dari os calcaneus yang disebut heel. Responden diminta berdiri di tempat yang datar, dan bagian punggungnya merapat ke dinding dengan kepala menghadap lurus ke depan, sehingga bagian belakang kepala menempel pada dinding. Kaki responden juga diminta untuk dirapatkan sehingga bagian bokong juga menempel pada dinding (Glinka et al., 2008). Hasil pengukuran dicatat pada lembar kuesioner yang telah berisi data responden yang menyediakan kolom tinggi badan. Pengukuran berat badan dilakukan pada siang hari karena berat badan terukur paling rendah pada pagi hari dan sebaliknya pada malam hari, berat badan akan mengalami kenaikan sepanjang hari tergantung pada aktivitas fisik dan diet yang dijalani (Berdanier, 2001).

50 Berat badan diukur dengan meminta responden melepaskan jam tangan, kalung, ikat pinggang, telepon genggam dan sejenisnya yang dirasa menambah beban pengukuran. Kemudian responden diminta menaiki timbangan dengan posisi berdiri tegak, kedua tangan di samping badan, pandangan lurus ke depan. Sebelum melakukan pengukuran, timbangan dikalibrasi terlebih dahulu pada titik nol kilogram (Anggraeni, 2012). Pada pengukuran panjang wajah, lebar wajah, panjang hidung dan lebar hidung, responden diminta untuk duduk pada kursi yang disediakan, kepala tegak dan rileks, menutup mulut, melihat lurus ke depan sehingga garis antara sudut mata luar (commissura palpebralis lateralis) membentuk garis yang sejajar. Responden diminta untuk mempertahankan posisi tersebut selama proses pengukuran (Martin & Saller, 1957). Proses pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena otot-otot wajah lebih rileks dibanding siang dan malam hari. Otot wajah yang tegang akan mempengaruhi hasil pengukuran (Montagu, 1960). Pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks facialis dan indeks nasalis dilakukan pada siang hari pukul 12.00 WIB, menyesuaikan waktu istirahat kedua di SMA Fransiskus Bandar Lampung.

51 3) Pengukuran panjang wajah Tentukan titik nation (n), yaitu perbatasan antara hidung dan dahi, kemudian tentukan titik gnation (gn), yaitu titik yang terletak pada bagian paling bawah medial dagu. Ukur jarak antara kedua titik tersebut dengan menggunakan jangka sorong. Ujung rahang tetap bawah pada titik nation, ujung rahang sorong bawah pada titik gnation dan skala ukur menghadap ke sisi kanan responden (Glinka et al., 2008; Singh & Bhasin, 1989). Pengukuran panjang wajah dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar 10). Gambar 10. Pengukuran panjang wajah

52 4) Pengukuran lebar wajah Tentukan titik zygion (zy) kiri dan kanan, yaitu titik paling lateral pada lengkung pipi (arcus zygomaticus). Lebar wajah diukur dari kedua titik tersebut dengan menggunakan jangka sorong. Ujung rahang tetap bawah pada titik zygion kiri, ujung rahang sorong bawah pada titik zygion kanan dan skala ukur menghadap ke arah kranial (Glinka et al., 2008; Singh & Bhasin, 1989). Pengukuran lebar wajah dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar 11). Gambar 11. Pengukuran lebar wajah 5) Pengukuran panjang hidung Tentukan titik nation (n), yaitu perbatasan antara hidung dan dahi, kemudian tentukan titik subnasal (sn), yaitu titik perbatasan

53 antara columella (kaki dari puncak hidung) dengan bibir atas pada dasar hidung. Ukur jarak antara kedua titik tersebut dengan menggunakan jangka sorong. Ujung rahang tetap bawah pada titik nation, ujung rahang sorong bawah pada titik subnasal dan skala ukur menghadap ke sisi kanan responden (Glinka et al., 2008; Singh & Bhasin, 1989). Pengukuran panjang hidung dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar 12). Gambar 12. Pengukuran panjang hidung 6) Pengukuran lebar hidung Tentukan titik alare (al) kedua cuping hidung kanan dan kiri. Alare (al) adalah titik paling lateral pada sayap hidung. Ukur jarak antara kedua titik tersebut dengan menggunakan jangka sorong. Ujung rahang tetap bawah pada titik alare kiri, ujung

54 rahang sorong bawah pada titik alare kanan dan skala ukur menghadap ke ventral (Glinka et al., 2008; Singh & Bhasin, 1989). Pengukuran lebar hidung dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar 13). Gambar 13. Pengukuran lebar hidung 3.9. Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1. Pengolahan Data Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan program komputer. Proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri atas beberapa langkah seperti berikut (Pratisto, 2004).

55 1) Data Editting. Memeriksa ketepatan dan kelengkapan semua data yang diperoleh. Data yang belum lengkap atau ada kesalahan dilengkapi dengan kuesioner dan/atau pengukuran ulang sampel penelitian 2) Data Coding. Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya, kemudian diberi kode/simbol secara manual sebelum diolah dengan komputer untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya 3) Data Entry. Memasukkan data yang telah dikoreksi dan diberi kode ke dalam program komputer 4) Data Cleaning. Memeriksa semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasukkan data 5) Data Saving. Menyimpan data untuk dianalisis 3.9.2. Analisis Data Analisis statistik akan menggunakan program komputer untuk mengolah data yang diperoleh, di mana akan dilakukan dua macam analisis data, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

56 3.9.2.1. Analisis Univariat Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel independen dan variabel dependen (Dahlan, 2008). Pada penelitian ini dilakukan perhitungan rerata panjang wajah, rerata lebar wajah, rerata panjang hidung, rerata lebar hidung, indeks facialis dan indeks nasalis berdasarkan Etnis Batak dan Tionghoa, baik lakilaki maupun perempuan untuk memudahkan penentuan tipe wajah dan tipe hidung. 3.9.2.2. Analisis Bivariat Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen melalui uji statistik sebagai berikut (Dahlan, 2008). 1) Uji normalitas data Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji normalitas data berupa uji Kolmogorov-Smirnov

57 digunakan apabila besar sampel >50 sedangkan uji Shapiro-Wilk digunakan apabila besar sampel 50. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal. Jika nilainya di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas dan jika nilainya di bawah 0,05 maka diinterpretasikan sebagai tidak normal. 2) Perbedaan indeks facialis dan indeks nasalis berdasarkan etnis dan jenis kelamin Uji T tidak berpasangan merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang digunakan untuk membandingkan dua rerata populasi yang berasal dari populasi yang berbeda. Dalam hal ini, uji tersebut digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan indeks facialis dan indeks nasalis antara Etnis Batak dan Etnis Tionghoa, antara laki-laki dan perempuan. Namun, bila distribusi data tidak normal, dapat digunakan uji U Mann-Whitney sebagai alternatif. Adapun syarat untuk uji T tidak berpasangan adalah : a. Data harus berdistribusi normal b. Varian data boleh sama, boleh juga tidak sama