BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

Kata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan.

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. karbon pewangi (P3), dan kontrol (K) masing-masing terdiri atas 7 tikus.

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. akibat kegiatan industri dan transportasi (Soedomo, 2001). Timbal (Pb) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kasus diabetes mellitus yang terjadi di Indonesia semakin mengkhawatirkan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sangat kaya dengan sumber daya flora. Di Indonesia, terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekitar 15% pasangan yang telah menikah merupakan pasangan infertil.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kerusakan sel ataupun jaringan adalah akibat pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

I. PENDAHULUAN. makanan tersebut menghasilkan rasa yang lezat dan membuat orang yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terpapar allethrin dengan perlakuan

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

Pengaruh Ekstrak Etanolik Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) Terhadap Jumlah dan Morfologi Spermatozoa Mencit Yang Terpapar 2-Methoxyethanol

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

DAFTAR ISI x. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PERSETUJUAN. ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. RIWAYAT HIDUP... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mana asam glutamat-d hanya dapat digunakan oleh organisme tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

I. PENDAHULUAN. antara tinggi dan berat badan. Hal ini diakibatkan jaringan lemak dalam

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME. Data hasil pengamatan jumlah spermatozoa mencit disajikan pada Lampiran 1, sedangkan rerata jumlah spermatozoa mencit antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) yang diuji dengan uji Anova dan uji BNT disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Rerata jumlah spermatozoa mencit pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan beserta hasil analisis statistiknya Kelompok Jumlah spermatozoa (10 6 sel/ml) K 0 (0,5 ml akuades) 5,238 ± 0,249 a K 1 (200 mg/kg bb 2-ME + 0,5 ml akuades) 3,561 ± 0,275 b P 1 (200 mg/kg bb 2-ME + 0,7 g/kg bb ekstrak jahe) 5,100 ± 0,248 a P 2 (200 mg/kg bb 2-ME + 1,4 g/kg bb ekstrak jahe) 5,001 ± 0,270 a P 3 (200 mg/kg bb 2-ME + 2,8 g/kg bb ekstrak jahe) 4,676 ± 0,260 c Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% (P 0,05) Pada Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa ada perbedaan jumlah spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ). Jumlah spermatozoa pada kelompok kontrol positif (K 0 ) sebesar 5,238 x 10 6 sel/ml, pada kelompok kontrol negatif (K 1 ) sebesar 3,561 x 10 6 sel/ml, sedangkan pada 35

36 kelompok perlakuan berturut - turut sebesar 5,100, 5,001, dan 4,676 x 10 6 sel/ml. Perbedaan jumlah spermatozoa pada kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) dapat dilihat pada Gambar 4.1. Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% (P 0,05) Gambar 4.1 Diagram batang rerata jumlah spermatozoa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Perbedaan rerata jumlah spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) tersebut secara statistik dapat diketahui setelah dilakukan uji Anova, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hasil uji Anova menunjukkan adanya perbedaan yang nyata jumlah spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dengan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ), hal ini

37 ditunjukkan dari nilai P<0,05. Hasil uji Anova selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil analisis uji BNT terhadap jumlah spermatozoa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (berbeda nyata) antara kelompok kontrol positif (K 0 ) dan kontrol negatif (K 1 ) (P<0,05). Pada kelompok kontrol positif (K 0 ) dengan perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) jumlah spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05), sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) jumlah spermatozoa berbeda nyata dengan kontrol positif (K 0 ) (P<0,05). Pada kelompok kontrol negatif (K 1 ) dengan perlakuan 1 (P 1 ), perlakuan 2 (P 2 ), dan perlakuan 3 (P 3 ) jumlah spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 2 (P 2 ) jumlah spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) jumlah spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 2 (P 2 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) jumlah spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji BNT terhadap jumlah spermatozoa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa hipotesa pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pemulihan jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME H 1 ( 1 ) diterima.

38 4.1.2 Pengaruh ekstrak jahe terhadap morfologi spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Berikut hasil penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap morfologi spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME. Data hasil pengamatan morfologi spermatozoa mencit disajikan pada Lampiran 2, sedangkan rerata morfologi normal spermatozoa mencit antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) yang diuji dengan uji Anova dan uji BNT disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rerata morfologi normal spermatozoa mencit pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan beserta hasil analisis statistiknya Kelompok Morfologi normal spermatozoa(%) K 0 (0,5 ml akuades) 73,0 ± 1,6 a K 1 (200 mg/kg bb 2-ME + 0,5 ml akuades) 51,6 ± 0,7 b P 1 (200 mg/kg bb 2-ME + 0,7 g/kg bb ekstrak jahe) 72,8 ± 1,3 a P 2 (200 mg/kg bb 2-ME + 1,4 g/kg bb ekstrak jahe) 71,4 ± 1,9 a P 3 (200 mg/kg bb 2-ME + 2,8 g/kg bb ekstrak jahe) 66,3 ± 1,5 c Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% (P 0,05) Pada Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa ada perbedaan morfologi normal spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ). Morfologi normal spermatozoa pada kelompok kontrol positif (K 0 ) sebesar 73,0 %, pada kelompok kontrol negatif (K 1 ) sebesar 51,6 %, sedangkan pada kelompok perlakuan berturut - turut sebesar 72,8, 71,4, dan 66,3 %. Perbedaan morfologi normal spermatozoa pada kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) dapat dilihat pada Gambar 4.2.

39 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% (P 0,05) Gambar 4.2 Diagram batang rerata morfologi normal spermatozoa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Perbedaan rerata morfologi normal spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) tersebut secara statistik dapat diketahui setelah dilakukan uji Anova, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan.. Hasil uji Anova menunjukkan adanya perbedaan yang nyata morfologi normal spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dengan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ), hal ini ditunjukkan dari nilai P<0,05. Hasil uji Anova selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.

40 Hasil analisis uji BNT terhadap morfologi normal spermatozoa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (berbeda nyata) antara kelompok kontrol positif (K 0 ) dan kontrol negatif (K 1 ) (P<0,05). Pada kelompok kontrol positif (K 0 ) dengan perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) morfologi normal spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05), sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) morfologi normal spermatozoa berbeda nyata dengan kontrol positif (K 0 ) (P<0,05). Pada kelompok kontrol negatif (K 1 ) dengan perlakuan 1 (P 1 ), perlakuan 2 (P 2 ), dan perlakuan 3 (P 3 ) morfologi normal spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 2 (P 2 ) morfologi normal spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) morfologi normal spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 2 (P 2 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) morfologi normal spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji BNT terhadap morfologi spermatozoa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa hipotesa pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pemulihan morfologi spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME H 1 ( 2 ) diterima. Berikut gambar morfologi normal dan abnormal spermatozoa mencit disajikan pada Gambar 4.3.

41 (1) (2) A B C (3) (4) D (5) Gambar 4.3 Morfologi spermatozoa mencit, (1) sperma normal, (2-5) sperma tidak normal (bagian kepala membesar (tanda panah, A), tidak berkepala (tanda panah, B), ekor patah (tanda panah, C), tidak berekor (tanda panah, D)), perbesaran 400x

42 4.1.3 Pengaruh ekstrak jahe terhadap motilitas spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Pada pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya pengaruh ekstrak jahe terhadap motilitas spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME. Data hasil pengamatan motilitas spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME disajikan pada Lampiran 3-7, sedangkan rerata motilitas spermatozoa mencit antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) yang diuji dengan uji Anova dan uji BNT disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Rerata motilitas spermatozoa mencit pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan beserta hasil analisis statistiknya Kelompok Motilitas spermatozoa (µm/detik) K 0 (0,5 ml akuades) 7,619 ± 0,198 a K 1 (200 mg/kg bb 2-ME + 0,5 ml akuades) 4,491 ± 0,304 b P 1 (200 mg/kg bb 2-ME + 0,7 g/kg bb ekstrak jahe) 7,489 ± 0,309 a P 2 (200 mg/kg bb 2-ME + 1,4 g/kg bb ekstrak jahe) 7,248 ± 0,352 a P 3 (200 mg/kg bb 2-ME + 2,8 g/kg bb ekstrak jahe) 6,716 ± 0,377 c Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% (P 0,05) Pada Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa ada perbedaan motilitas spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ). Motilitas spermatozoa pada kelompok kontrol positif (K 0 ) sebesar 7,619 µm/detik, pada kelompok kontrol negatif (K 1 ) sebesar 4,491 µm/detik, sedangkan pada kelompok perlakuan berturut - turut sebesar 7,489, 7,248, dan 6,716 µm/detik. Perbedaan motilitas spermatozoa pada kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) dapat dilihat pada Gambar 4.4.

43 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% (P 0,05) Gambar 4.4 Diagram batang rerata motilitas spermatozoa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Perbedaan rerata motilitas spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) tersebut secara statistik dapat diketahui setelah dilakukan uji Anova, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hasil uji Anova menunjukkan adanya perbedaan yang nyata motilitas spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dengan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ), hal ini ditunjukkan dari nilai P<0,05. Hasil uji Anova selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

44 Hasil analisis uji BNT terhadap motilitas spermatozoa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (berbeda nyata) antara kelompok kontrol positif (K 0 ) dan kontrol negatif (K 1 ) (P<0,05). Pada kelompok kontrol positif (K 0 ) dengan perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) motilitas spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05), sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) motilitas spermatozoa berbeda nyata dengan kontrol positif (K 0 ) (P<0,05). Pada kelompok kontrol negatif (K 1 ) dengan perlakuan 1 (P 1 ), perlakuan 2 (P 2 ), dan perlakuan 3 (P 3 ) motilitas spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 2 (P 2 ) motilitas spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) motilitas spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 2 (P 2 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) motilitas spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji BNT terhadap motilitas spermatozoa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa hipotesa pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pemulihan motilitas spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME H 1 ( 3 ) diterima.

45 4.1.4 Pengaruh ekstrak jahe terhadap viabilitas spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Pengamatan kualitas spermatozoa selanjutnya adalah pengaruh ekstrak jahe terhadap viabilitas spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME. Data hasil pengamatan viabilitas spermatozoa disajikan pada Lampiran 8, sedangkan rerata viabilitas spermatozoa mencit antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) yang diuji dengan uji Anova dan uji BNT disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Rerata viabilitas spermatozoa mencit pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan beserta hasil analisis statistiknya Kelompok Viabilitas spermatozoa (%) K 0 (0,5 ml akuades) 70,0 ± 1,2 a K 1 (200 mg/kg bb 2-ME + 0,5 ml akuades) 51,1 ± 1,2 b P 1 (200 mg/kg bb 2-ME + 0,7 g/kg bb ekstrak jahe) 69,1 ± 0,7 a P 2 (200 mg/kg bb 2-ME + 1,4 g/kg bb ekstrak jahe) 68,7 ± 1,7 a P 3 (200 mg/kg bb 2-ME + 2,8 g/kg bb ekstrak jahe) 64,7 ± 1,4 c Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% (P 0,05) Pada Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa ada perbedaan viabilitas spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ). Viabilitas spermatozoa pada kelompok kontrol positif (K 0 ) sebesar 70,0 %, pada kelompok kontrol negatif (K 1 ) sebesar 51,1 %, sedangkan pada kelompok perlakuan berturut - turut sebesar 69,1, 68,7 dan 64,7 %. Perbedaan viabilitas spermatozoa pada kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) dapat dilihat pada Gambar 4.5.

46 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% (P 0,05) Gambar 4.5 Diagram batang rerata viabilitas spermatozoa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Perbedaan rerata viabilitas spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) tersebut secara statistik dapat diketahui setelah dilakukan uji Anova, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hasil uji Anova menunjukkan adanya perbedaan yang nyata viabilitas spermatozoa antara kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dengan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ), hal ini ditunjukkan dari nilai P<0,05. Hasil uji Anova selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

47 Hasil analisis uji BNT terhadap viabilitas spermatozoa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (berbeda nyata) antara kelompok kontrol positif (K 0 ) dan kontrol negatif (K 1 ) (P<0,05). Pada kelompok kontrol positif (K 0 ) dengan perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) viabilitas spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05), sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) viabilitas spermatozoa berbeda nyata dengan kontrol positif (K 0 ) (P<0,05). Pada kelompok kontrol negatif (K 1 ) dengan perlakuan 1 (P 1 ), perlakuan 2 (P 2 ), dan perlakuan 3 (P 3 ) viabilitas spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 2 (P 2 ) viabilitas spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) viabilitas spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 2 (P 2 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) viabilitas spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji BNT selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa hipotesa pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pemulihan viabilitas spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME H 1 ( 4 ) diterima. Berikut gambar viabilitas spermatozoa mencit disajikan pada Gambar 4.6. (a) (b) Gambar 4.6 Viabilitas spermatozoa, spermatozoa yang masih hidup (a), spermatozoa yang telah mati (b), perbesaran 400x

48 4.2 Pembahasan 4.2.1 Toksisitas 2-methoxyethanol terhadap jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaparan senyawa 2-ME pada dosis 200 mg/kg bb selama 5 hari (K 1 ) mampu menurunkan kualitas spermatozoa mencit. Kondisi ini sangat berbeda dengan kelompok K 0 yang tidak terpapar oleh 2-ME. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan rerata jumlah, morfologi normal, motilitas, dan viabilitas spermatozoa pada kelompok K 1. Rerata jumlah spermatozoa pada K 0 sebesar 5,238 x 10 6 sel/ml menurun pada K 1 sebesar 3,561 x 10 6 sel/ml. Rerata morfologi normal spermatozoa pada K 0 sebesar 73,0 % menurun pada K 1 sebesar 51,6%. Rerata motilitas spermatozoa pada K 0 sebesar 7,619 µm/detik menurun pada K 1 sebesar 4,491 µm/detik. Rerata viabilitas spermatozoa pada K 0 sebesar 70,0 % menurun pada K 1 sebesar 51,1 %. Hasil uji Anova dan BNT menunjukkan adanya penurunan yang signifikan pada jumlah, morfologi normal, motilitas, dan viabilitas spermatozoa antara K 0 dan K 1 (P<0.05). Menurunnya jumlah, morfologi normal, motilitas, dan viabilitas spermatozoa secara signifikan disebabkan karena adanya radikal bebas yang ditimbulkan oleh senyawa toksik 2-ME. Menurut Suryohudoyo (2000) radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang berasal dari reaksi kimia, memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas tidak stabil dan berusaha menarik pasangan elektron dari molekul lain untuk menjadi stabil. Senyawa 2-ME ini di dalam tubuh teroksidasi menjadi 2-methoxyacetaldehide (MALD) yang selanjutnya akan

49 mengalami proses oksidasi lagi menjadi 2-methoxyacetic acid (MAA). Senyawa MAA bersifat toksik yang dapat menyebabkan kerusakan sel (Moslen et al., 1995). Senyawa MAA ini merupakan oksidan yang kuat dan dapat menyebabkan stres oksidasi pada membran spermatozoa. Stres oksidasi pada membran spermatozoa menyebabkan gangguan pada proses oksidasi fosforilasi, sehingga terjadi peningkatan produksi reactive oxygen species (ROS) spermatozoa. Secara normal ROS dapat dinetralisir oleh antioksidan yang ada di dalam mitokondria, tetapi apabila ROS melebihi kapasitas antioksidan akan menimbulkan terjadinya peroksidasi lipid. Murray et al., (1995) peroksidasi lipid adalah reaksi berantai yang menyuplai radikal bebas, sehingga terjadi reaksi peroksidasi berikutnya, menyebabkan kerusakan jaringan tubuh, sehingga dapat menimbulkan penyakit kanker, inflamasi, asterosklerosis, dan proses penuaan. Kadar ROS yang tinggi dalam sel dapat mengoksidasi lipid pada membran spermatozoa. Hal ini dikarenakan membran plasma spermatozoa terdiri dari lipid ganda yang mengandung asam lemak tidak jenuh yang sangat rentan terhadap ROS, sehingga menimbulkan peroksidasi lipid (Sjodin et al., 1990). Hal ini menunjukkan bahwa membran spermatozoa adalah target utama ROS dan lipid merupakan sasaran yang potensial (Lamirande et al., 1997). Oksidasi lipid (lipid peroksidase) pada membran spermatozoa menghasilkan senyawa malondialdehyde (MDA), yang bersifat toksik pada sel sehingga menyebabkan kerusakan membran spermatozoa dan penurunan integritas membran spermatozoa (Hayati et al., 2006). Peroksidasi lipid merusak struktur lipid membran

50 spermatozoa, hal ini terkait dengan kehilangan pergerakan dan penurunan spermatogenesis (Sharma et al., 1996). Senyawa MDA dapat dijadikan indikator dari kerusakan membran. Kerusakan pada membran plasma spermatozoa mengakibatkan kematian pada sel (apoptosis), sel yang mengalami apoptosis dengan cepat diserap oleh sel Sertoli, sehingga berpengaruh pada jumlah spermatozoa. Hal ini dibuktikan pula pada penelitian Dairani (2006) bahwa peningkatan kadar MDA akan diikuti oleh penurunan jumlah spermatozoa, karena MDA bersifat toksik sehingga peningkatan kadar MDA akan menyebabkan kerusakan pada membran plasma spermatozoa yang berakibat pada penurunan jumlah spermatozoa. Selain itu berkurangnya jumlah spermatozoa juga dapat terjadi karena degenerasi sel spermatosit pakhiten yang merupakan sel target utama dari MAA (Rumanta et al., 2001). Toksisitas senyawa 2-ME mampu menurunkan morfologi normal spermatozoa. Senyawa MAA mampu menghambat produksi asam laktat pada sel Sertoli di dalam testis yang dapat mengganggu pertumbuhan spermatosit (Gray et al., 1985). Terganggunya pertumbuhan spermatosit menyebabkan degenerasi sel spermatogenik. Degenerasi sel spermatogenik menyebabkan berkurangnya diameter dan ketebalan sel epitel germinal pada tubulus seminiferus sehingga terbentuk vakuola. Vakuolisasi di dalam sitoplasma tubulus seminiferus adalah salah satu indikasi berkurangnya aktifitas sel Sertoli (Rumanta et al., 2001). Sel Sertoli memiliki peran dalam sekresi Androgen Binding Protein (ABP) yang akan berperan mengikat testosteron dan membawanya ke sirkulasi testis. Testosteron adalah hormon

51 seks jantan yang berpengaruh terhadap pemeliharaan optimal kondisi spermatogenesis. Berkurangnya aktifitas sel Sertoli menyebabkan terganggunya proses spermatogenesis dan menghasilkan kelainan pada morfologi spermatozoa (Hayati et al., 2005). Toksisitas senyawa 2-ME juga mampu menurunkan motilitas spermatozoa. Senyawa MAA merupakan oksidan yang kuat yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas, sehingga dapat mengoksidasi lipid membran. Bottje et al., (2000) melaporkan bahwa hasil dari peroksidasi lipid dapat merubah fungsi dan struktur vital Ca 2+ ATPase yang merupakan pompa kalsium dengan perantara ATP, akibatnya influks Ca 2+ intraselular menjadi berlebih (overloads). Melimpahnya ion Ca 2+ di dalam sel menghambat fosforilasi oksidatif, sehingga perolehan ATP berkurang karena ATP dipakai untuk memompa ion Ca 2+ yang berlebih. Cadangan energi (ATP) yang berkurang menyebabkan menurunnya kecepatan motilitas pada spermatozoa (Rumanta et al., 2001). Faktor lain yang dapat menjadi penyebab berkurangnya kecepatan motilitas spermatozoa adalah morfologi abnormal pada spermatozoa mampu menyebabkan kecepatan motilitas spermatozoa berkurang karena menghambat pergerakan energi menuju ke ekor, sehingga spermatozoa tidak dapat bergerak lurus dan cepat (Emma, 2007). Toksisitas senyawa 2-ME juga mampu menurunkan viabilitas spermatozoa. Menurunnya viabilitas spermatozoa karena adanya MAA yang menyebabkan stres oksidatif, yang mampu meningkatkan kadar ROS. Kadar ROS yang tinggi dapat

52 mengoksidasi lipid, protein, dan DNA. Oksidasi lipid pada membran spermatozoa menghasilkan senyawa malondialdehyde (MDA), yang bersifat toksik pada sel sehingga menyebabkan kerusakan membran spermatozoa (Hayati et al., 2006). Kerusakan membran spermatozoa menyebabkan struktur vital dan fungsinya berubah. Selain itu abnormalitas morfologi serta penurunan motilitas spermatozoa dapat mempengaruhi kondisi viabilitas atau kemampuan hidup spermatozoa (Bresnick, 2003). Akibat radikal bebas yang diinduksi oleh senyawa toksik 2-ME, antioksidan yang ada dalam mitokondria tidak mampu lagi menetralisir kadar ROS spermatozoa, sehingga antioksidan dari luar sangat diperlukan. 4.2.2 Pengaruh pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda terhadap pemulihan jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa mencit setelah terpapar 2-ME Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda mampu memulihkan jumlah spermatozoa mencit setelah terpapar 2-ME. Hal ini tampak pada hasil penghitungan jumlah spermatozoa pada K 0 sebesar 5,238 x 10 6 sel/ml dan pada K 1 sebesar 3,561 x 10 6 sel/ml. Pada kelompok perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) mampu memulihkan jumlah spermatozoa berturut-turut sebesar 5,100 x 10 6 sel/ml dan 5,001 x 10 6 sel/ml, sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) sebesar 4,676 x 10 6 sel/ml juga mampu memulihkan jumlah spermatozoa setelah terpapar 2-ME namun pemulihannya tidak seoptimal perlakuan 1 dan perlakuan 2 dan belum mencapai kontrol (K 0 ) kembali.

53 Pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda juga mampu memulihkan morfologi spermatozoa mencit setelah terpapar 2-ME. Hasil pengamatan morfologi normal spermatozoa pada K 0 sebesar 73,0 % dan pada K 1 sebesar 51,6%. Pada kelompok perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) mampu memulihkan morfologi spermatozoa berturut-turut sebesar 72,8 % dan 71,4 %, sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) sebesar 66,3 % juga mampu memulihkan morfologi spermatozoa setelah terpapar 2-ME namun pemulihannya tidak seoptimal perlakuan 1 dan perlakuan 2 dan belum mencapai kontrol (K 0 ) kembali. Pada penelitian ini dibuktikan pula bahwa pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda mampu memulihkan motilitas spermatozoa mencit setelah terpapar 2-ME. Hasil pengukuran motilitas spermatozoa pada K 0 sebesar 7,619 µm/detik dan pada K 1 sebesar 4,491 µm/detik. Pada kelompok perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) mampu memulihkan motilitas spermatozoa berturut-turut sebesar 7,489 µm/detik dan 7,248 µm/detik, sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) sebesar 6,716 µm/detik juga mampu memulihkan motilitas spermatozoa setelah terpapar 2-ME namun pemulihannya tidak seoptimal perlakuan 1 dan perlakuan 2 dan belum mencapai kontrol (K 0 ) kembali. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda juga mampu memulihkan viabilitas spermatozoa mencit setelah terpapar 2-ME. Hasil pengamatan viabilitas spermatozoa pada K 0 sebesar 70,0 % dan pada K 1 sebesar 51,1 %. Pada kelompok perlakuan 1 (P 1 )

54 dan perlakuan 2 (P 2 ) mampu memulihkan viabilitas spermatozoa berturut-turut sebesar 69,1 % dan 68,7 %, sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) sebesar 64,7 % juga mampu memulihkan viabilitas spermatozoa setelah terpapar 2-ME namun pemulihannya tidak seoptimal perlakuan 1 dan perlakuan 2 dan belum mencapai kontrol (K 0 ) kembali. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara jumlah, morfologi normal, motilitas, dan viabilitas spermatozoa pada kelompok kontrol (K 0 dan K 1 ) dengan kelompok perlakuan (P 1, P 2, dan P 3 ) (P<0,05). Pada uji lanjutan BNT dapat diketahui bahwa perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) mampu memulihkan jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa mencit setelah terpapar 2- ME dengan hasil berbeda tidak nyata dengan K 0 (P>0,05), sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) juga mampu memulihkan jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa namun pemulihannya masih signifikan belum mencapai K 0 kembali (P<0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ), perlakuan 2 (P 2 ), dan perlakuan 3 (P 3 ) jumlah spermatozoa meningkat signifikan dengan hasil berbeda nyata dengan K 1 (P<0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 2 (P 2 ) jumlah spermatozoa berbeda tidak nyata (P>0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) jumlah spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 2 (P 2 ) dengan perlakuan 3 (P 3 ) jumlah spermatozoa berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan 1 (P 1 ) dan perlakuan 2 (P 2 ) optimal memulihkan jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa setelah terpapar 2-ME, sedangkan pada perlakuan 3 (P 3 ) juga mampu memulihkan jumlah,

55 morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa setelah terpapar 2-ME, namun pemulihannya masih berbeda nyata di bawah perlakuan 2 (P 2 ) dan perlakuan 1 (P 1 ) (P<0,05) dan pemulihannya belum optimal mencapai kontrol (K 0 ) kembali. Dalam penelitian Wresdiyati et al., (2003), mekanisme oleoresin dapat mengatasi inflamasi pada ginjal tikus akibat stres, sebagai anti inflamasi, dapat dijelaskan sebagai berikut, senyawa fenolik yang terdapat dalam oleoresin seperti gingerol, zingeron, dan shogaol, yang bersifat antioksidatif menangkap radikal bebas yang jumlahnya meningkat dalam kondisi stres tersebut dengan cara memberikan atom hidrogennya (Nabet 1996). Antioksidan fenolik pada jahe dapat digunakan untuk mencegah atau menghambat autooksidasi lemak dan minyak. Antioksidan ini dapat menangkap radikal bebas yang dihasilkan selama tahap propagasi dari lemak atau minyak dengan cara mendonasikan radikal hidrogen sehingga radikal lemak tidak aktif melaksanakan tahap propagasi yang akan merusak lemak (Septiana et al., 2002) sehingga radikal bebas menjadi lebih stabil dan tidak merusak. Adanya senyawa radikal bebas yang lebih stabil, maka kerusakan sel dapat terhindari. Adanya radikal bebas yang lebih stabil mampu menurunkan kadar ROS spermatozoa, menurunnya kadar ROS spermatozoa mampu menghentikan reaksi berantai peroksidasi lipid, sehingga kadar MDA sebagai produk hasil peroksidasi lipid menjadi menurun, dengan menurunnya kadar MDA maka kerusakan membran plasma spermatozoa dapat terhenti, sehingga kematian pada sel (apoptosis) dapat dihindari, sehingga jumlah spermatozoa dapat meningkat dan pulih kembali.

56 Adanya radikal bebas yang lebih stabil maka stres oksidatif pada spermatozoa dapat terhenti. Terhentinya stres oksidatif mampu mencegah senyawa MAA merusak sel Sertoli. Sel Sertoli tetap dapat memproduksi asam laktat sehingga pertumbuhan spermatosit tidak terganggu, proses spermatogenesis dapat berlangsung normal, sehingga morfologi normal spermatozoa dapat meningkat dan pulih kembali. Radikal bebas yang lebih stabil mampu menurunkan kadar ROS yang sebelumnya diinduksi oleh MAA, sehingga reaksi berantai peroksidasi lipid membran dapat terhenti. Ca 2+ overload dapat dicegah, cadangan energi (ATP) tidak sepenuhnya digunakan untuk memompa Ca 2+. Cadangan energi (ATP) digunakan untuk motilitas spermatozoa, sehingga terjadi peningkatan kecepatan motilitas spermatozoa. Selain itu peningkatan morfologi normal spermatozoa juga dapat meningkatkan kecepatan motilitas spermatozoa, karena tidak ada lagi penghambatan energi menuju ke ekor, sehingga spermatozoa dapat kembali bergerak lurus dan cepat. Menurunnya kadar ROS spermatozoa mampu menghentikan reaksi berantai peroksidasi lipid, sehingga kadar MDA sebagai produk hasil peroksidasi lipid menjadi menurun, dengan menurunnya kadar MDA maka kerusakan membran plasma spermatozoa dapat terhenti, sehingga struktur vital dan fungsi spermatozoa pulih kembali. Pada hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dosis ekstrak jahe pada P 1 (0,7 g/kg bb) dan P 2 (1,4 g/kg bb) lebih optimal memulihkan jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa setelah terpapar 2-ME. Namun pada

57 pemberian dosis lebih tinggi ekstrak jahe pada P 3 (2,8 g/kg bb), pemulihan jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa tidak seoptimal pemberian dosis ekstrak jahe pada P 1 dan P 2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis ekstrak jahe pada P 1 (0,7 g/kg bb) dan P 2 (1,4 g/kg bb) optimum dalam memulihkan kualitas spermatozoa mencit setelah terpapar 2-ME. Besar kemungkinan pemberian dosis ekstrak jahe pada P 1 dan P 2 memberikan efek positif yakni proses penurunan oksidan secara optimal yang ditimbulkan oleh senyawa toksik 2-ME. Kandungan antioksidan dari jahe pada P 1 dan P 2 berkemungkinan cukup optimal dalam menekan oksidan (radikal bebas) yang berada pada testis mencit, sehingga kualitas spermatozoa mencit setelah terpapar oleh senyawa toksik 2-ME dapat pulih kembali sebagaimana pada kontrol (K 0 ). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa pemberian ekstrak jahe berbagai dosis yang berbeda mampu mengatasi efek radikal bebas senyawa toksik 2-ME yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Kemampuan antioksidan ekstrak jahe dapat digunakan para pekerja yang sering kontak dengan 2-ME untuk mencegah infertilitas.