GAMBARAN FAKTOR RESIKO SUMBER AIR, PENGELOLAAN AIR, DAN MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA BUAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

Hubungan Pengetahuan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Siswa Kelas IV-VI SDN 11 Lubuk Buaya Padang

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGENAI DIARE DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2015

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT TAHUN 2015

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

GAMBARAN PERILAKU KEPALA KELUARGA TENTANG PHBS DI DESA TUNGGULO SELATAN KECAMATAN TILONG KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN ALASAN LANSIA TIDAK BERPARTISIPASI DALAM POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYANGAN BULAN DESEMBER 2013-JANUARI

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Batu Jaya Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

GAMBARAN SANITASI JAMBAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN KIKIM TIMUR TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DALAM MEMILIH PRODUK MAKANAN KEMASAN PADA IBU-IBU PKK DI BR

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERSEDIANYA JAMBAN KELUARGA SEHAT DI DESA TOMPASO DUA KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

repository.unisba.ac.id

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE ORGAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI JALANAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NI MADE SETIARI

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

ANALISIS LETAK SUMBER AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Syakhila Pradhani

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

ABSTRACT. Keywords: Diarrhea, PHBS indicators

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DITINJAU DARI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KARANG TENGAH KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

GAMBARAN PERILAKU HIDUP SEHAT IBU YANG MEMILIKI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UBUD I, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2014

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Silvia Rane 1, Yusri Dianne Jurnalis 2, Djusmaini Ismail 3

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

Transkripsi:

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.8, AGUSTUS, 2016 GAMBARAN FAKTOR RESIKO SUMBER AIR, PENGELOLAAN AIR, DAN MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA BUAHAN Alfonsus Alex Mintarja Fakultas Kedokteran Universitas Udayana alfonsusalex@live.com ABSTRAK Berdasarkan laporan 2013 dan awal tahun 2014, diare masih merupakan masalah di Kecamatan Payangan khususnya di Desa Buahan. Angka kejadian yang tinggi dan terjadinya peningkatan kunjungan puskesmas karena masalah diare pada bulan Januari-Juni 2014 membuat permasalahan diare perlu di tinjau lebih lanjut terkait mengenai program PHBS yang telah diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1996. Berangkat dari hal tersebut, maka dilakukan suatu penelitian mengenai gambaran beberapa indikator program PHBS yang tekait dengan diare dan kaitannya dengan kejadian diare di desa Buahan. Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif kuantitatif dengan rancangan potong lintang. Sampel penelitian adalah 97 Kepala Keluarga Desa Buahan Kecamatan Payangan yang diambil secara multistage sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan alat pengumpul data berupa kuesioner. Dilakukan analisis univariat dan tabulasi silang terhadap data yang berhasil dikumpulkan.hasil penelitian menunjukkan sumber air minum yang banyakdigunakan merupakan mata air dengan persentase sebesar 82,5%, diikuti oleh air PDAM dengan persentase sebesar 13,4%, dan yang paling sedikit adalah air kemasan dengan persentase 4,1%. Dengan anka kejadian diare oleh karena penggunaan air kemasan adalah (0%), diikuti oleh PDAM (38,5%), dan mata air (40%). Selain Sumber mata air, terdapat juga pengolahan air yang buruk sebesar 39,2% dengan presentasi kejadian diare sebesar sebesar 50% dan perilaku cuci tangan yang buruk sebesar 39,2% dengan presentasi kejadian diare sebesar sebesar 57,9%. Hasil ini masih menunjukkan sumber air yang bersih dan juga program PHBS dalam kaitannya pencegahan diare masih memegang peran penting dalam pencegahan diare di Desa Buahan Kecamatan Payangan. Kata Kunci : Diare, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, sumber air bersih, pengolahan air, perilaku cuci tangan. ABSTRACT Based on reports of 2013 and early 2014, diarrhea is still a problem in Payangan District, particularly in Buahan Village. High incidence and increase in the number of visiting primary health care related to diarrhea in January-June 2014, make these problems require further research and review relating to PHBS (clean and healthy living behavior) program, which has been applied in Indonesia since 1996. Therefore, a descriptive study was conducted to see an overview of risk factors and PHBS indicator program with the insidence of diarrhea in Buahan Village. This research is a quantitative descriptive study with cross-sectional design. The samples were 97 families in Buahan Village Payangan District, taken by mutlistage sampling. Data were collected through structured interviews with the questionnaire data collection tool. The data results of this research have been analyzed with univariate analysis and cross-tabulation. The results showed that drinking-water source used in Buahan Village is spring with a percentage of 82.5%, followed by water tap with a percentage of 13.4%, and the fewest is bottled water with 4.1%. The incidence of diarrhea because of using bottled water is 0%, followed by water tap 38.5%, and spring 40%. In addition to drinking-water sources, there are also bad water processing by 39.2% with the presentation of diarrhea is 50% and poor hand washing behavior by 39.2% with the incidence of diarrhea at presentation is 57.9%. It still show a clean water source and PHBS program related to diarrhea play an important role in the prevention of diarrhea in the Buahan Village Payangan District.. Keywords: diarrhea, PHBS (clean and healthy living behavior), drinking-water source, water processing, hand washing behavior 1

PENDAHULUAN Pada tahun 2004, World Health Organization (WHO) memasukkan diare kedalam daftar Global Burden of Disease (GBD) dan mendefinisikan diare sebagai penyakit dengan gejala perubahan tinja dengan bentuk dan konsistensi yang lembek sampai mencair dimana frekuensinya yang tidak biasa umumnya lebih dari 3 kali dalam sehari dan dapat disertai darah pada tinja maupun muntah. WHO pada tahun 2009 memperkirakan ada 2 miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya. 1 Pada tahun 2012, World Gastroenterology Organisation menyatakan angka kejadian pada region South-East Asia ada 23 juta kasus per tahunnya dan menempati urutan kedua masalah kesehatan. 2,3 Diare sendiri masih memiliki angka kesakitan yang tinggi di Indonesia yaitu sekitar 200-400 kejadian diare dari 1000 penduduk tiap tahunnya. Subdit Diare dari Departemen Kesehatan melihat adanya kecenderungan insiden yang naik pada tahun 2000 s/d 2010 berdasarkan survei morbiditas diare. Diperlihatkan bahwa Incidence Rate (IR) penyakit Diare mengalmi peningkatan mulai dari tahun 2000 sejumlah 301/1000 penduduk, 2003 sejumlah 374/1000 penduduk, 2006 sejumlah 423/1000 penduduk, dan 2010 sejumlah 411/1000 penduduk. 4 Puskesmas Payangan merupakan puskesmas yang berada di kecamatan Payangan kabupaten Giayar Bali. Puskesmas ini memiliki luas wilayah kerja seluas 75,88 Km2 yang meliputi 9 Desa dan 59 Dusun. Bedasarkan data di Puskesmas Payangan kejadian diare masuk kedalam 10 besar penyakit dengan angka kejadian sebanyak 1.012 dalam kurun waktu 2013. Kunjungan Puskesmas karena diare pada wilayah kerja Puskesmas Payangan dalam kurun waktu januari juni 2014 juga dilaporkan mengalami penigkatan dengan angka kejadian sebesar 417 kasus. Dari 9 Desa yang terdapat di Payangan, terdapat salah satu desa yang kejadian diarenya dalam kurun januari hingga mei mengalami penigkatan dan melebihi estimasi kejadian tahun 2014 yaitu Desa Buahan. Angka kejadian pada bulan januari hingga mei pada Desa Buahan telah mencapai angka 69 kasus dari estimasi tahun 2014 sebesar 87 kasus. Di Indonesia, Pemerintah telah menetapkan keputusan untuk mencegah dan meminimalisir tingginya angka kejadian panyakit melalui faktor prilaku dan faktor lingkungan dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang berisikan 10 indikator. Diantara sepuluh indikator tersebut, beberapa indikator digunakan untuk mecegah dan menanggulangi masalah diare seperti pemberian ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air dan sabun, menggunakan air bersih, dan penggunaan jamban sehat. 5,6,7 Tingginya angka kejadian diare di Desa Buahan dan keterkaitan program PHBS dengan pencegahan diare seharusnya dapat menjelaskan adanya kesenjangan diantara angka kejadian dengan keberhasilan program PHBS. Dengan adanya pogram yang ditargetkan mencapai angka 70% pada tahun 2014 ini seharusnya ditemukan angka kejadian yang relatif kecil lebih kecil ataupun penurunan dari tahun ke tahun. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Agustus tahun 2014. Besar sampel yang diperoleh berdasarkan rumus sebesar 97 sampel yang akan diperoleh menggunakan teknik Multistage Sampling. Tahap pertama dari teknik ini adalah dengan menentukan distribusi sampel tiap banjar berdasarkan jumlah penduduk. Dari hasil didapatkan pembagian distribusi tiap banjar yaitu Banjar Gambih 16 sampel, Banjar Buahan 38 sampel, Banjar Jaang 11 sampel, Banjar Satung 8 sample, dan Banjar Susut 24 sampel. Kemudian pada tahap kedua, perolehan sampel mempergunakan random sampling dimana pada banjar dengan jumlah distribusinya masing-masing dipilih sampel secara acak hingga kuota terpenuhi. Kriteria sampel ditetapkan bahwa sampel merupakan warga Desa Buahan yang juga berdomisili, bersedia menjadi sampel dan tidak memiliki cacat fisik maupun mental yang dapat memperngaruhi kemampuan menjawab. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus 2014 dengan cara wawancara dan observasi yang dipandu dengan kuisioner. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai kejadian diare pada keluarga tersebut dalam rentang waktu Juni hingga Agustus 2014 dan 3 indikator PHBS yaitu sumber air minum, perilaku mengolah air, perilaku mencuci tangan menggunakan air dan sabun. HASIL Karakteristik Umum Responden Penelitian ini mendapatkan 97 sampel dari 97 sampel yang ditentukan. Dari 97 sampel tersebut didapatkan profil berupa banjar, umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir, pekerjaan, umur responden, sumber air, pengolahan air. Tabel 1. Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah 10 10,3 % SD 15 15,5 % SMP 19 19,6 % SMA 49 50,5 % Sarjana 4 4,1 % Gambaran Mengenai Pengolahan Air Minum Data mengenai pengolahan air minum didapatkan dengan menilai 3 indikator, yaitu memasak air minum, meyimpan air minum di tempat tertutup, dan membersihkan tempat penyimpanan air minum. Ketiga indikator ini 2

dinilai dengan kuisioner skala Likert dan observasi di rumah sampel. Apabila salah satu indikator penilaian tersebut tidak terpenuhi maka pengolahan air minum pada sampel tersebut dikategorikan buruk, dan apabila terpenuhi semua indikator tersebut maka dikategorikan baik. Tabel 2. Pekerjaan PNS 1 1% Wiraswasta 34 35,1 % Petani 45 46,4 % Tidak Bekerja 16 16,5 % Lain-lain 1 1% Tabel 3. Umur 20 30 tahun 9 9,3 % 31 40 tahun 22 22,7 % 41 50 tahun 38 39,2 % 51 60 tahun 16 16,5 % 61 70 tahun 10 10,3 % > 70 tahun 2 2,1 % Gambar 1. Sumber Air Berdasarkan Kejadian Diare Angka kejadian diare selama kurun waktu Juni 2014 Agustus 2014 di desa Buahan yang didapatkan melalui metode wawancara. Tabel 4. Kejadian Diare Ya 37 38,1 % Tidak 60 61,9 % Total 97 100% Tabel 5. Banjar Berdasarkan Kejadian Diare Diare Tidak Diare Gambih 9 (56,3%) 7 (43,8%) Buahan 13 (34,2%) 25 (65,8%) Jaang 4 (36,4) 7 (63,6%) Satung 3 (37,5%) 5 (62,5%) Susut 8 (33,3%) 16 (66,7%) Gambaran Mengenai Sumber Air Minum Data mengenai sumber air minum didapat dengan cara wawancara dengan responden. Karakteristik sumber air minum masyarakat desa Buahan sebagai berikut. Tabel 6. Sumber Air Minum PDAM 13 13,4 % Air Kemasan 4 4,1 % Mata Air 80 82,5 % Tabel 7. Pengolahan Air Minum Baik 59 60,8 % Buruk 38 39,2 % Gambar 2. Pengolahan Air Minum Berdasarkan Kejadian Diare Gambaran Mengenai Perilaku Mencuci Tangan Data mengenai perilaku mencuci tangan didapat melalui kuisioner Likert dan observasi di rumah responden. Indikator yang dinilai ada 4, yaitu kebiasaan mencuci tangan, mencuci tangan di air mengalir, mencuci tangan menggunakan sabun, dan langkah-langkah mencuci tangan yang dilakukan oleh responden. Apabila semua indikator terpenuhi maka dikategorikan baik, apabila ada 1 yang tidak terpenuhi maka dikategorikan kurang baik. Kategori buruk didapatkan apabila responden tidak memenuhi 2 indikator. Tabel 8. Pengolahan Air Minum Baik 6 6,2 % Kurang Baik 53 54,6 % Buruk 38 39,2 % 3

Gambar 3. Perilaku Mencuci Tangan Berdasarkan Kejadian Diare DISKUSI Pada penelitian ini, Didapatkan 97 sampel yang tersebar di kelima banjar di desa Buahan. Pengambilan sampel di tiap banjar mengikuti proporsi jumlah KK di banjar tersebut dengan jumlah KK di desa Buahan. Data tersebut peneliti dapatkan di kantor kepala desa Buahan dan kepala dusun di masing-masing banjar. Pada penelitian ini kejadian diare adalah sebesar 38,1% dengan kejadian diare terbanyak di banjar Gambih dengan persentase sebesar 56,3% dari total sampel yang berasal dari banjar Gambih. Sedangkan banjar Susut merupakan banjar dengan kejadian diare paling sedikit dengan persentase 33,3% dari total sampel yang berasal dari banjar Susut. Hal ini tidak sesuai dengan data mengenai kejadian diare yang didapatkan dari Puskesmas Payangan periode Januari 2014 Agustus 2014, dimana kejadian diare di banjar Gambih merupakan yang paling sedikit, hanya 1,01% dari total penduduk Gambih, sedangkan yang paling banyak adalah banjar Satung dengan persentase sebesar 4,45% dari total penduduk banjar Satung. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena perbedaan cara pengambilan data, selain itu perbedaan nilai kejadian diare di banjar Gambih dipengaruhi letak banjar Gambih yang jauh dari pusat desa, sehingga masyarakat banjar Gambih memiliki kebiasaan untuk berobat di pelayanan kesehatan terdekat yang berada di desa tetangga. Hal ini menyebabkan pasien diare di banjar Gambih tidak tercatat dalam catatan kejadian diare di desa Buahan. Sumber air minum yang mayoritas digunakan oleh sampel adalah dari mata air dengan persentase sebesar 82,5%. Sumber mata air ini merupakan mata air yang tidak terlindungi dan dikerjakan oleh masyarakat secara swadaya. Air dari sumber mata air ini dialirkan ke rumah-rumah penduduk menggunakan perpipaan. Dari hasil observasi, air yang digunakan dari mata air ini sudah sesuai standar baku parameter fisik kualitas air bersih menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010 yaitu tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Namun, mata air ini masih belum diketahui kelayakannya melalui parameter mikrobiologi menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010. Berdasarkan data sumber air minum dengan kejadian diare. Data tersebut menunjukan terdapat tren dimana pengguna sumber air minum yang berasal dari air kemasan, 100% tidak terjadi diare, kemudian pengguna sumber air minum yang berasal dari PDAM 61,5% tidak terjadi diare dan 38,5% terjadi diare. Persentase kejadian diare meningkat pada pengguna sumber air minum yang berasal dari mata air, yaitu sebesar 40% dan yang tidak terjadi diare 60%. Terdapat tren dimana penggunaan mata air dapat meningkatkan persentase terjadinya diare dibandingkan air kemasan dan air PDAM. Survei Sosial Ekonomi Nasional oleh Badan Pusat Statistik di Indonesia membagi sumber air bersih menjadi sumber yang terlindungi dan tak terlindungi. Sumber air terlindungi dalam penelitian ini adalah air kemasan dan air PDAM, sedangkan yang tidak terlindungi adalah mata air. Berdasarkan data tersebut, terdapat kecenderungan sumber air bersih yang tidak terlindungi memiliki persentase kejadian diare yang lebih tinggi dibandingkan sumber air bersih yang terlindungi. Hal ini dapat terjadi karena parameter kualitas sumber air bersih yang terlindungi selalu dikontrol oleh pemerintah. Dari sisi pengolahan air minum, mayoritas sampel pada penelitian ini mengolah air minum dengan baik (60,8%). Mengolah air minum dengan baik berarti memasak air minum, menyimpan air minum di tempat tertutup, dan membersihkan tempat penyimpanan air minum. Hal ini memperlihatkan tren bahwa sampel yang mengolah air minum dengan baik mayoritas tidak menderita diare (69,5%), sedangkan sampel yang mengolah air minum dengan buruk memiliki persentase menderita diare dan tidak yang sama yaitu 50%. Hal ini sesuai dengan Soemirat yang menyatakan bahwa mengolah air dengan cara dimasak dan disimpan dengan baik dapat mencegah terjadinya diare Hal yang serupa juga disampaikan oleh Aldilla yang menyatakan bahwa menyimpan air terlalu lama dan tanpa ditutup seringkali menyebabkan rekontaminasi sehingga dapat meningkatkan kejadian diare. Sedangkan dari sisi perilaku mencuci tangan pada sampel penelitian ini mayoritas kurang baik dengan persentase 54,6 % yang dinilai dengan 4 indikator, yaitu kebiasaan mencuci tangan, mencuci tangan di air mengalir, mencuci tangan dengan sabun, dan langkah-langkah mencuci tangan. Kriteria kurang baik diberikan apabila ada salah satu indikator tersebut tidak terpenuhi. Hal ini memperlihatkan tren dimana perilaku mencuci tangan yang baik memiliki kejadian diare paling sedikit (16,7%), diikuti oleh 4

perilaku mencuci tangan kurang baik (26,4%), dan paling banyak mengalami kejadian diare adalah perilaku mencuci tangan yang buruk (57,9%). Hal ini serupa dengan penelitian Herdiyanti pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir dapat menurunkan kejadian diare hingga 45%. SIMPULAN Dari hasil penelitian mengenai gambaran faktor resiko sumber air minum, pengolahan air, dan perilaku mencuci tangan terhadap kejadian diare di desa Buahan dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor resiko yaitu sumber air minum, pengolahan air minum dan prilaku mencuci tangan berpengaruh terhadap angka kejadian diare di desa Buahan. Gambaran sumber air minum adalah yang terbanyak merupakan mata air dengan persentase sebesar 82,5%, diikuti oleh air PDAM dengan persentase sebesar 13,4%, dan yang paling sedikit adalah air kemasan dengan persentase 4,1%. Terdapat tren yang meningkat dimana penggunaan air kemasan yang mengalami diare adalah 0%, diikuti oleh PDAM (38,5%), dan mata air (40%). Gambaran pengolahan air minum pada masyarakat mayoritas baik dengan persentase sebesar 60,8% diikuti dengan pengolahan air yang buruk yakni sebesar 39,2%. Terdapat tren yang meningkat dimana kejadian diare pada pengolahan air yang baik adalah sebesar 30,5% sedangkan pada pengolahan air yang buruk meningkat menjadi 50%. Sedangkan gambaran perilaku mencuci tangan adalah mayoritas memiliki perilaku mencuci tangan yang kurang baik (54,6%), diikuti oleh perilaku mencuci tangan yang buruk (39,2%) dan baik (6,2%). 7. Depkes RI. (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kementrian kesehatan RI. Jakarta. 8. Ditjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI. (1999). Buku Ajar Diare. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hh. 3-14 9. Handayani, L. (2007). Hubungan Higiene Pribadi dan Sanitasi Lingkungan dengan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel I Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman, Tesis. Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM. 10. Herdiyanti, E. (2009). Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta. 11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Republik Indonesia. 12. Pemerintah Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Republik Indonesia. 13. Simadibrata, MK (2009). Diare akut, Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, editor. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi kelima. Interna Publishing, Jakarta, hh. 548-555. DAFTAR PUSTAKA 1. The United Nations Children s Fund / World Health Organization, (2009), Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done, UNICEF/WHO, Geneva. 2. World Gastroenterology Organisation. (2008). World Gastroenterology Organisation practice guideline: Acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation. Geneva 3. World Gastroenterology Organisation. (2012). Acute Diarrhea in Adults and Children: A Global Perspective. World Gastroenterology Organisation. Geneva 4. Kemenkes RI. (2011). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Volume 2 Triwulan 2. Jakarta 5. Depkes RI. (2006). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Pusat Promosi Kesehatan RI. Jakarta. 6. Depkes RI. (2009). Panduan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga Bagi Petugas Puskesmas. Pusat Promosi Kesehatan RI. Jakarta. 5