HUBUNGAN KOMPETENSI KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA (MPKP) DI INTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON RELATIONSHIP WITH PERFORMANCE COMPETENCE HEAD ROOM NURSE TO PERFORM (MPKP) INSTALLATION IN HOSPITAL Dr. M. HAULUSSY AMBON Hadijah Latuconsina 1, Werna Nontji 2, Budu 3 2. 1. RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Bagian Keperawatan Fak Kedokteran Universitas Hasanuddin 3. Bagian Mata Fak Kedokteran Universitas Hasanuddin Alamat Koresponden Hadijah Latuconsina Makassar, Sulawesi Selatan RSUD Dr. M. Haulussy Ambon HP: 082199814420 Email : ija.latuconsina@yahoo.com
Abstrak Model Praktek Keperawatan Profesioal (MPKP) merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat dirumah sakit. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kompetensi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan penerapan MPKP di intalasi rawat inap RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Metode Penelitian menggunakan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 65 perawat yang ditentukan secara seimbang berdasarkan jumlah perawat dimasing-masing ruangan.. Pengumpulan data melalui kuesioner. Observasi. Data dianalisis melalui uji Chi-Square, Fisher's Exact Test, Regresi Logistik metode backward. Hasil penelitian : 51 orang (78,5%) kinerja perawatnya baik, dan diperoleh 14 (21,5%) kinerja perawat kurang. Perencanaan (p=0.001), pengorganisasian (p=0.000), pengarahan (p=0.000), pengendalian (p=0.008), compensatory reward ( p=0.029), professional relationship ( p=0.003), dan patient care delivery ( p=0.000). Hasil uji analisis multivariat : perencanaan, pengarahan, dan pengendalian. Ada hubungan kompetensi kepala ruangan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, compensatory reward, professional relationship dan pastient care delivery dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan penerapan MPKP. Faktor paling berpengaruh adalah pengendalian. Saran Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi pada perkembangan ilmu keperawatan khususnya yang berkaitan dengan manajemen keperawatan terkait kemampuan (kompetensi) kepala ruangan dalam penerapan MPKP di rumah sakit. Kata kunci : Menajmen Approach, Compensatory Reward, Professional Relationship dan Patien Care Delivery Abstrack Profesioal Nursing Practice Model (MPKP) is the management of nursing care activities in each unit of the hospital ward. This study aims to determine the relationship of the head of the room to the performance competencies of nurses in the implementation of MPKP implementation in inpatient intalasi dr. M. Haulussy Ambon The method uses a cross-sectional study with a sample size of 65 nurses in a balanced manner determined by the number of nurses in each of the rooms.. The data was collected through questionnaires. Observation. Data were analyzed by Chi-square test, Fisher's Exact Test, backward logistic regression method. Results of the study: 51 men (78.5%) performance good nurse, and obtained 14 (21.5%) of nurses less. Planning (p = 0.001), organizing (p = 0.000), t he direction (p = 0.000), control (p = 0.008), compensatory reward (p = 0.029), professional relationship (p = 0.003), and patient care delivery (p = 0.000). The test results of multivariate analysis: planning, directing, and controlling. There is a relationship competency head room planning, organizing, directing, controlling, compensatory reward, professional relationships and pastient care delivery with the performance of nurses in the application of MPKP implementation. The most influential factor is controlling. Suggestions results of this study may have implications in the development of nursing science, especially relating to the associated nursing management capabilities (competencies) in the implementation of MPKP head room in the hospital. Keywords: Menajmen Approach, Compensatory Reward, Professional Relationship and patien Care Delivery
PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan dirumah sakit terdiri dari pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjuang medis. Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan di rumah sakit, yang wajib memberikan pelayanan perawatan prima., efisien, efektif dan produktif kepada masyarakat. Perawat adalah kelompok pemberi jasa layanan kesehatan terbesar di rumah sakit yang jumlahnya mencapai 40%-60% (Gillies, 1994 & Huber, 2006) dalam Sugiharto (2012). Pelayanan keperawatan professional dengan metode tim, keberhasilan akan ditentukan oleh kemampuan (kompetensi) kepala ruangan. Menurut Keliat, (2006) pelayanan prima keperawatan di Indonesia dikembangkan dan diberikan kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP), komponen MPKP terdiri dari empat pilar nilai -nilai professional sebagai inti model yang pelaksanaannya melalui management approach (pendekatan manajemen), compensatory reward (kompetensi dan penghargaan), professional relaionship (hubungan professional) dan patient care delivery (asuhan keperawatan pada pasien). Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2007), dalam penelitiannya mengatakan bahwa Berdasarkan penilaian persepsi perawat tentang kompetensi pengendalian yang dimiliki oleh Kepala Ruang menunjukkan bahwa hanya 53 % perawat yang memberikan penilaian bahwa Kepala Ruang kompeten dalam hal pengendalian. Dari hasil penilaian kinerja perawat dalam mengimplementasikan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) diperoleh hasil bahwa untuk kinerja pofesionalisme pelayanan dengan nilai 5 1,5% pendokumentasian asuhan keperawatan dengan nilai 56,1% dan kegiatan serah terima pasien dengan nilai 42,4%. Dalam pelayanan keperawatan seorang pelaksana perawat yang baik harus mempunyai kompetensi dan ketrampilan yang kognitif (intelektual), kreatif dan mempunyai keingintahuan yang tinggi, ketrampilan interpersonal, kompetensi kultural, ketrampilan psikomotor serta mempunyai ketrampilan teknologi seiring dengan tuntutan kemajuan. Menurut Keliat dkk., (2006) dan diperkuat oleh Sugiharto, dkk., (2012) kompetensi kepela ruangan dalam menajmen asuhan kepeawatan adalah sebagai berikut : management approach (pendekatan manajemen), compensatory reward (kompensasi penghargaan), professional rrelaionship (hubungan professional) dan patient care delivery (asuhan
keperawatan pada pasien). Pendekatan Manajmen approach merupakan pilar pertama dalam MPKP. Pengertian kinerja atau performance menurut Handoko adalah suatu prestasi kerja yaiu proses melalui suatu organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawannya. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kualitas jasa menjadi buruk adalah dukungan terhadap pelanggan internal (khususnya sumber daya manusia) yang kurang memadai, supaya mereka dapat memberikan jasa yang efektif maka mereka perlu mendapatkan dukungan dari fungsi-fungsi utama manajemen (seperti : operasional, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia). Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, system penugasan dan pembinaan. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara kompetensi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon. BAHAN DAN METODE Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan studi Cross Sectional. Desain penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu (Darma, 2008) Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon, yaitu Ruangan Interna Wanita 15 Orang, Ruangan Kebidanan 10 Orang, Ruangan Interna lelaki 10 orang, Ruangan Bedah lelaki 10 orang, Ruangan Bedah Wanita 10 orang, Ruangan Kanak-Kanak 10 orang. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah seluruh kepala ruangan dan sebagian perawat dari masing masing ruang instalasi rawat inap, yaitu Ruangan Interna Wanita 15 Orang, Ruangan Kebidanan 10 Orang, Ruangan Interna lelaki 10 orang, Ruangan Bedah lelaki 10 orang, Ruangan Bedah Wanita 10 orang, dan Ruangan Kanak-Kanak 10 orang.
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner closed-ended jenis dichotomy question dan Multiple chek list yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari beberapa pertanyaan, sedangkan untuk pengumpulan data tentang penerapan dokumentasi proses asuhan keperawan menggunakan instrumen studi dokumentasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang dikutip Departemen Kesehatan RI (2007), yang telah dimodifikasi penilaiannya oleh peneliti. Analisis Data Setelah dilakukan pengumpulan data secara manual selanjutnya data diolah dengan bantuan komputerisasi menggunakan uji statistic yaitu analisi univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi beberapa variabel yang dinggap terkait dan menggunakan uji chi-square (X 2 ) dengan kemaknaan 0,05. HASIL Analisis Univariat Berdasarkan table1 menunjukkan bahwa responden yang menyatakan perencanaan kepala ruangan dalam penerapan MPKP yang baik sebanyak 57 orang (87,7%), dan perencanaan yang kurang sebanyak 8 (12,3%). Sedangakan pengorganisasian kepala ruangan dinyatakan baik sebanyak 59 orang (90,8%) adapun yang kurang sebanyak 6 orang (9,2%). Adapun pengarahan kepala ruangan yang menyatakan baik sebanyak 55 orang (84,6%) yang menyatakan kurang sebanyak 10 orang (15,4%), begitu pula pengendalian kepala ruangan mengatakan baik sebanyak 58 orang (89,2%) dan sebanyak 7 orang (10,8%) yang mengatakan kurang. Gambaran Manajmen approach, Compensatory Reward, Profesional Relationship, dan Patient care Delivery kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam penerapan MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Analisis Bivariat Berdasarkan table 2 menunjukkan bahwa dari 65 responden Manajmen approach kepala ruangan perencanaannya baik, maka sebanyak 49 (75,4%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, dan sebanyak 8 (12,3%) responden yang kinerja
perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Sedangkan Manajmen approach kepala ruangan perencanaannya kurang, terdapat 2 (3,1%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, namun sebanyak 6 (9,2%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP juga kurang. Manajmen approach kepala ruangan pengarahannya baik, sebanyak 50 (76,9%) yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, dan sebanyak 5 (7,7%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP masih kurang. Sedangkan Manajmen approach kepala ruangan pengarahannya kurang, sebanyak 1 (1,5%) responden dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, dan sebanyak 9 (13,8%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Manajmen approach kepala ruangan baik, sebanyak 51 (78,5%) responden dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, dan sebanyak 7 (10,8%) responden namun kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Sedangkan Manajmen approach pengendaliannya kurang, terdapat 0 (0,0%) responden dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, dan sebanyak 7 (10,8%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Sedangkan Manajmen approach kepala ruangan pengorganisasiannya kurang, maka responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP tidak ada 0 (0,0%), namun sebanyak 6 (9,2%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Manajmen approach kepala ruangan pengorganisasiannya baik, maka sebanyak 51 (78,5%) responden melakukan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, namun sebanyak 8 (12,3%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Sedangkan Manajmen approach kepala ruangan pengorganisasiannya kurang, maka responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP tidak ada 0 (0,0%), namun sebanyak 6 (9,2%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Tabel 3 menunjukan Bahwa dari 65 responden mengatakan kepala ruangan compensatory reward baik, terdapat 37 (56,9%) responden dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, dan sebanyak 14 (21,5%) responden dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Sedangkan dari 14 (21,5%) responden yang mengatakan kepala ruangan compensatory reward kurang, namun kinerja perawat pelaksana dalam penerapan
MPKP baik, dan sebanyak 0 (0,0%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 65 responden yang mengatakan kepala ruangan professional relationshipnya baik, dan sebanyak 30 (46,2%) responden dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKPnya baik, dan juga sebanyak 14 (21,5%) responden yang memiliki kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Sedangkan dari 21 (32,2%) responden yang mengatakan kepala ruangan professional relationship kurang, namun terdapat kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, dan sebanyak 0 (0,0%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang. Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 65 responden mengatakan kepala ruangan patient care delivery baik, dan sebanyak 41 (63,1%) responden dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik, dan sebanyak 0 (0,0%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKPnya kurang. Sedangkan kepala ruangan patient care delivery kurang, sebanyak 10 (15,4%) responden dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKPnya baik, dan sebanyak 14 (21,5%) responden yang memiliki kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP kurang PEMBAHASAN Pada penelitian ini terlihat bahwa Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, diperoleh p = 0,001 ( α=0,05) yang artinya ada hubungan antara Manajmen approach perencanaan dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP. Hal ini sesuai dengan pendapat Sitorus (2011) rencana harian kepala ruangan terdiri dari : (1) mengidentifikasi jumlah pasien berdasarkan derajad ketergantungan pasien; (2) menetapkan perawat pelaksana yang akan merawat setiap pasien; (3) mengidentifikasi masalah u tama setiap pasien dibawah tanggung jawabnya; (4) mengarahkan dan membimbing anggotanya tentang pemberian asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan; (5) memonitor perawat pelaksana dibawah tanggung jawabnya tentang penerapan SOP, dan SAK; ( 6) melakukan supervise pada perawat pelaksana; (7) memonitor dokumentasi yang dilakukan anggota tim/perawat; (8) kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain; (9) alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, diperoleh p = 0,000 (α=0,05) yang artinya ada hubungan antara Manajmen approach pengorganisasian dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniadi (2013) bahwa pengorganisasian merupakan suatu kegiatan yang mengorganisasikan semua sumber daya termasuk sumber daya manusia agar mau bekerja sama dan mengkoordinasi sehingga jelas fungsi, tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga hasil ukur pengorganisasian adalah menetapkan siapa, melakukan apa, dan dengan siapa bekerja. Berdasarkan hasil penelitian dari 65 jumlah responden terdapat 59 (90,8%) responden yang memiliki Manajmen approach pengorganisasiannya baik, dan 51 (78,5%) responden yang kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP baik. Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, diperoleh p = 0,000 (α=0,05) yang artinya ada hubungan antara Manajmen approach pengarahan dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP. Hal ini sesuai dengan pendapat Keliat, (2006) pengarahan merupakan langkah ke -3 dari fungsi manajmen yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai pendana pengarahan adalah pengkordinasian, pengaktifan. Adapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan bermuara pada melaksanakan kegiatan yang telah direncakan sebelumnya. Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, diperoleh p = 0,000 (α=0,05) yang artinya ada hubungan antara Manajmen approach pengendalian dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Keliat (2006), Pengendalian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam pengendalian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, diperoleh p = 0,029 ( α=0,05) yang artinya ada hubungan antara compensatory reward dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP. Hal ini sesuai dengan pendapat Keliat, (2006) Compesatory Reward merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan motivasi, pada model praktik keperawatan profesional karena masingmasing perawat mempunyai peran dan tugas yang jelas sehingga dapat dibuat klasifikasi yang obyektif sebagai dasar pemberian kompensasi dan penghargaan.
Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, diperoleh p = 0,003 (α=0,05) yang artinya ada hubungan antara professional relationship dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiharto (2012), Profesional relatonship merupakan salah satu factor yang dapat lihat melalui rapat tim keperawatan yang merupakan tolak ukur suatu media komunikasi untuk menyampikan informasi permasalahan yang ditemukan pada klien, evaluasi hasil kerja secara keseluruhan, pengembangan IPTEK dan lain-lain. Tujuannya untuk mengidentifikasi keberhasilan tindakan keperawatan, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ditemukan, mendiskusikan penyelesaian masalah Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square, diperoleh p = 0,000 (α=0,05) yang artinya ada hubungan antara patient care delivery dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiharto (2012) Patient care delivery adalah suatu pendekatan penyelesaian maslaah yang sistematis dalam pemberian asuhan keprawatan, kebutuhan dan masalah klien merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul hubungan antara kompetensi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan manajmen approach perencanaan, pengorganisasian, pengarahan pendelegasian, compensatory reward, profesional relationship, dan patient care delivery dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (2007). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Cetakan :I, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta. Dharma,S. (2008.) Manajemen Kinerja, Falasafah Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Jogjakarta. Handoko (2007). Manajmen Keperawatan : suatu pendekatan sistem Edisi 2. (Alih bahasa Sukmana, Dika dan Widya Sukmana). Jakarta :EGC Keliat, B. A. dkk. (2006). Modul Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia dan World Health Organization Indonesia. Kurniadi (2013)., Aplikasi Penerapan MPKP EGC : Jakarta Sugirto (2012) Manajemen Kompotensi Kepala Ruangan dan Aplikasi EGC : Jakarta Sitorus, R. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di rumah sakit. Jakarta : EGC Sitorus. R. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Rumah Sakit. Penataan Struktur dan Proses Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Panduan Implementasi. EGC. Jakarta. Sitorus (2011). Manajemen Keperawatan dan Aplikasi EGC : Jakarta. Wahyuni Sri. (2007). Analisis Kompetensi Kepala Ruangan Dalam Pelaksanaan Standar Manajmen Pelayanan Keperawatan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perawat Dalam Mengimplementasikan Model MPKP di Intalasi Rawat Inap BRSUD Banjarnegara Semarang. Skripsi.
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Manajmen approach kepala ruangan dengan kinerja ruangan MPKP Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon di Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengendalian Variabel f % 57 8 59 6 55 10 58 7 87,7 12,3 90,8 9,2 84,6 15,4 89,2 10,8 Manajmen approach Compensatory reward Profesional relatonship Patient care delivery 48 17 51 14 44 21 41 24 73,8 26,2 78,5 21,5 67,7 32,3 63,1 36,9
Tabel 2 : Hubungan antara Manajmen approach Perencanaan, Pengarahan, Pengendalian dan pengorganisasian kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di ruangan MPKP Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Manajemen Kinerja Perawat Pelaksana dalam Penerapan MPKP Approach Jumlah Perencanaan F % F % F % Nilai P 49 75.4 8 12.3 57 87.7 2 3.1 6 9.2 8 12.3 0,000 Total 51 78.5 14 21.5 65 100,0 Manajemen Kinerja Perawat Pelaksana dalam Penerapan MPKP Approach Jumlah Pengarahan F % F % F % Nilai P 50 76,9 5 7,7 55 84,6 1 1,5 9 13,8 10 15,4 0,000 Total 51 78,5 14 21,5 65 100,0 Manajemen Kinerja Perawat Pelaksana dalam Penerapan MPKP Approach Jumlah Pengendalian F % F % F % Nilai P 51 78,5 7 10,8 58 89,4 0 0,0 7 10,8 7 10,8 0,000 Total 51 78,5 14 21,5 65 100,0 Manajemen Kinerja Perawat Pelaksana dalam Penerapan MPKP Approach Pengorganisasian Jumlah F % F % F % Nilai P 51 78,5 8 12,3 59 90,8 0 0,0 6 9,2 8 9,2 0,000 Total 51 78,5 14 21,5 65 100,0 Sumber : Data uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, dengan nilai p=0,000
Tabel 3 :Hubungan antara compensatory reward kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Compensatory reward Kinerja Perawat Pelaksana di ruangan MPKP Jumlah f % f % f % Nilai p 37 56,9 14 21,5 51 78,5 0,029 14 21,5 0 0,0 14 21,5 Total 51 78,5 14 21,5 65 100,0 Sumber : Data uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, dengan nilai p=0,029 Tabel 4:Hubungan antara Profesional relatonship kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana diruanagn MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Profesional relatonship Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Penerapan MPKP Jumlah f % f % f % Nilai p 30 46,2 14 21,5 44 67,7 0,003 21 32,3 0 0,0 21 32,3 Total 51 78,5 14 21,5 65 100,0 Sumber : Data uji statistik chi-square dengan koreksi Fisher s Exact Test, dengan nilai p=0,003 Tabel 5 :Hubungan antara patient care delivery dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Patient care delivery Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Penerapan MPKP Jumlah f % f % f % Nilai p 41 63,1 0 0,0 41 63,1 0,000 10 15,4 14 21,5 24 36,9 Total 51 78,5 14 21,5 65 100,0 Sumber : Data uji statistik chi-square, dengan nilai p=0,000