HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat beretnis Minangkabau di Desa

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian kualitatif yang peneliti gunakan dalam proposal penelitian ini adalah

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB V PARA AHLI WARIS

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

BAB VI PENUTUP. Penelitian tentang sastra lisan yang dilakukan selama ini, cenderung

Peranan Pendidikan dan Lingkungan dalam Pelaksanaan Hukum Waris Adat Minangkabau pada Masyarakat Perantauannya di Kota Bandung

PERKEMBANGAN HUKUM WARIS ADAT MINANGKABAU DALAM PEMBAGIAN WARISAN PADA MASYARAKAT MINANGKABAU DI ACEH (STUDI DI KECAMATAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN)

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad 1.Setiap

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

KEBERLANJUTAN SISTEM MATRILINEAL KELUARGA MUDA MINANG DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

Hukum Waris Adat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Adat

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

Kekerabatan dan Keturunan

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor

CATATAN HUKUM KEKELUARGAAN DAN KEWARISAN ADAT MATERI UTS

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terdiri dari banyak suku. Menurut data statistik terakhir, jumlah

ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

Memahami Peranan Perempuan Suku Minang Perantauan dalam Menjaga dan Meneruskan Komunikasi Budaya Matrilineal

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Siswoyo (2007) mahasiswi adalah individu yang sedang

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

Transkripsi:

Lampiran 2 HASIL WAWANCARA Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi 1. Bagaimanakah cara orang tua menyampaikan hukum adat Minangkabau kepada anak, terkait adanya pewarisan harta kepada anak perempuan? : Waktu yang tepat untuk menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan aturan pewarisan dalam kebudayaan Minangkabau adalah pada saat anak mulai mengerti ketika diajak berbicara mengenai masalah waris, yaitu ketika anak berusian remaja menuju dewasa, agar ia mengetahui bahwa adat budaya Minangkabau menganutu sistem matrilinial. Sebagai seorang ibu maka tugasnya adalah memberikan pemahaman kepada anak mengenai aturan adat pembagian waris sejak anak memasuki usia remaja, dengan cara melakukan dialog secara tatapmuka, sehingga akan dapat diketahui bagaimana tingkat penerimaan dan pemahaman adat oleh sang anak ketika orang tua menyampaikan berbagai hal yang disampaikan olehnya. Dengan berkomunikasi secara langsung maka tidak ada jarak antara orangtua dan anak dalam berkomunikasi. Dengan adanya komunikasi orang tua dalam menyampaikan pesan-pesan mengenai hak waris dalam adat Minangkabau maka ia mulai memahami bahwa dalam adat dan kebudayaannya harta waris jatuh kepada anak perempuan, sesuai dengan system matrilinalisme yang dianut oleh kebudayaan Minangkabau. Ia menyampaikan pertanyaan mengenai hal tersebut kepada orang tua dan orang tua memberikan penjelasan sehingga ia dapat mengerti pesan yang disampaikan. Penjelasan orang tua mengenai pentingnya seorang anak memahami adat dan budaya mengenai hak waris sesuai adat Minangkabau adalah agar di masa mendatang anak tidak melakukan penuntutan terhadap orang tua. Ia mengaku mendapatkan pemahaman yang baik mengenai hal tersebut setelah melakukan komunikasi dengan orang tua Selaku anak perempuan yang bersuku Minangkabau ia merasakan sangat penting dalam mengetahui hukum adat mengenai hak waris, sebab menurut Adat Minang, harta diwariskan kepada anak perempuan sehingga sangat perlu pemahaman sejak dini agar tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari

Pesan Mengenai Hak Waris dalam Komunikasi Orang Tua dan Anak Berbagai pesan yang disampaikan dalam komunikasi mengenai hak waris adat Minangkabau kepada anak adalah pola keturunan dan pewarisan adat, suku Minangkabau yang menganut pola matrilineal. Hal ini sangatlah berlainan dari mayoritas masyarakat dunia menganut pola patrilineal. Ia mengakui bahwa terdapat kontradiksi antara pola matrilineal dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh agama Islam yang menjadi anutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang, dikenallah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta turun temurun yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka rendah merupakan harta pencarian yang diwariskan berdasarkan hukum Islam. Dalam pewarisan harta pusaka, harus ditanamkan pengertian kepada anak bahwa waris adalah orang yang menerima pusaka, pewaris adalah orang yang mewariskan, warisan adalah benda yang diwariskan dan ahli waris semua orang yang menjadi waris. Saya selalu menekankan kepada anaknya bahwa sistem kekerabatan pada masyarakat hukum adat Minangkabau adalah matrilineal aatu garis keturunan ibu dan wanita, sehingga anak-anak hanya mengenal ibu dan saudara-saudara ibunya, ayah dan keluarganya tidak masuk dan anaknya karena ayah termasuk dan ibunya pula. Garis keturunan ibu dianggap yang tertua dan kemudian garis keturunan ayah, selanjutnya si anak tidak hanya mengenal garis keturunan ibunya, tetapi juga garis keturunan ayahnya. Berbagai hal mengenai hak waris Adat Minangkabau yang menjelaskan bahwa harta waris jatuh kepada anak perempuan merupakan hal yang ia dengar dari penjelasan orang tua. Ia terkadang mengajukan pertanyaan mengenai asal usul mengapa harta warisan jatuh kepada anak perempuan, bukan kepada anak laki-laki dan setelah orang tua memberikan penjelasan maka ia mengerti alasan mengenai hal tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan orang tua mengenai hak waris sesuai adat Minangkabau yang akan diberikan kepada anak perempuan, bukan kepada anak laki-laki merupakan hal yang menarik, sehingga ia sangat antusias dalam mendengarkan penjelasan dari orang tua dan mengajukan pertanyaan apabila ada hal-hal yang tidak dipahami atau tidak mengerti mengenai hal tersebut. Saya sangat membutuhkan banyak informasi mengenai hukum adat mengenai hak waris dalam Adat Minang yang menyatakan bahwa harta diwariskan kepada anak perempuan. Dengan adanya penyampaian pesan dari orang tua maka ia akan mendapatkan penjelasan mengenai hal tersebut.

Tujuan Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Konteks Hak Waris menyatakan bahwa sesuai dengan ajaran syarak dan hukum nasional, maka keluarga yang terdiri dari ibu, bapak, dan anak-anaknya adalah satuan kemasyarakatan keagamaan yang paling dasar dari masyarakat Minangkabau untuk menentukan hubungan darah berdasar nasab, yang dipimpin oleh bapak. Sesuai dengan ajaran adat, keluarga yang terdiri dari ibu, bapak, dan anakanaknya adalah juga satuan kemasyarakatan adat Minangkabau yang bernasab ke Ibu. Harta pencaharian dari ibu dan bapak merupakan harato pusako randah dan diwariskan kepada anakanaknya berdasar hukum Islam. tujuan melakukan komunikasi dengan anak adalah agar anak memiliki pemahaman mengenai sistem pewarisan harta dari orang tua kepada anak dalam adat Minangkabau. tujuan melakukan komunikasi dengan anak mengenai pewarisan harta orang tua kepada anak dalam adat Minangkabau adalah agar anak memiliki pemahaman yang baik bahwa masyarakat hukum adat Minangkabau menganut sistem matrilinieal (sistem keibuan), yaitu suatu sistem dimana keturunan dihitung menurut garis ibu. Tujuan dalam melakukan komunikasi atau diskusi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai hak waris Adat Minangkabau, sebab dengan adanya pemahaman yang baik maka dikemudian hari tidak akan ada penuntutan dari anak laki-laki mengenai harta waris yang jatuh kepada saudaranya yang berjenis kelamin perempuan tujuannya dalam melakukan percakapan dengan orang tua mengenai hak waris adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan warisan adat Minangkabau. Dengan adanya ilmu pengetahuan tersebut maka ia akan mengerti alasan di balik pemberian harta warisan kepada anak perempuan. Berbagai informasi yang didapatnya dari orang tua mengenai hukum adat, khususnya hukum waris Adat Minang maka akan memperoleh pemahaman dan wawasan mengenai hal tersebut. Pemahaman dan wawasan inilah yang akan menjadi dasar baginya dalam mendapatkan hak waris dari orang tua.

HASIL WAWANCARA Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi : Selaku orang tua, ia menyampaikan berbagai aturan adat berupa pewarisan harta kepada anaknya dengan cara bercakap-cakap secara langsung, ketika anak dianggap mulai harus memahami peraturan adat dan kebudayaan Minangkabau, yaitu pada saat anak memasuki usia remaja. Melalui komunikasi secara langsung tersebut maka ia akan secara mudah menyampaikan aturan waris dalam kebudayaan Minangkabau. : Waktu yang tepat untuk menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan aturan pewarisan dalam kebudayaan Minangkabau adalah pada saat anak mulai mengerti ketika diajak berbicara mengenai masalah waris, yaitu ketika anak berusian remaja menuju dewasa, agar ia mengetahui bahwa adat budaya Minangkabau menganutu sistem matrilinial. Sebagai seorang ibu maka tugasnya adalah memberikan pemahaman kepada anak mengenai aturan adat pembagian waris sejak anak memasuki usia remaja, dengan cara melakukan dialog secara tatapmuka, sehingga akan dapat diketahui bagaimana tingkat penerimaan dan pemahaman adat oleh sang anak ketika orang tua menyampaikan berbagai hal yang disampaikan olehnya. Dengan berkomunikasi secara langsung maka tidak ada jarak antara orangtua dan anak dalam berkomunikasi. Dengan adanya komunikasi orang tua dalam menyampaikan pesan-pesan mengenai hak waris dalam adat Minangkabau maka ia mulai memahami bahwa dalam adat dan kebudayaannya harta waris jatuh kepada anak perempuan, sesuai dengan system matrilinalisme yang dianut oleh kebudayaan Minangkabau. Ia menyampaikan pertanyaan mengenai hal tersebut kepada orang tua dan orang tua memberikan penjelasan sehingga ia dapat mengerti pesan yang disampaikan. Penjelasan orang tua mengenai pentingnya seorang anak memahami adat dan budaya mengenai hak waris sesuai adat Minangkabau adalah agar di masa mendatang anak tidak melakukan penuntutan terhadap orang tua. Ia mengaku mendapatkan pemahaman yang baik mengenai hal tersebut setelah melakukan komunikasi dengan orang tua Selaku anak perempuan yang bersuku Minangkabau ia merasakan sangat penting dalam mengetahui hukum adat mengenai hak waris, sebab menurut Adat Minang, harta diwariskan kepada anak perempuan sehingga sangat perlu pemahaman sejak dini agar tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari

Pesan Mengenai Hak Waris dalam Komunikasi Orang Tua dan Anak Berbagai pesan yang disampaikan dalam komunikasi mengenai hak waris adat Minangkabau kepada anak adalah pola keturunan dan pewarisan adat, suku Minangkabau yang menganut pola matrilineal. Hal ini sangatlah berlainan dari mayoritas masyarakat dunia menganut pola patrilineal. Ia mengakui bahwa terdapat kontradiksi antara pola matrilineal dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh agama Islam yang menjadi anutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang, dikenallah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta turun temurun yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka rendah merupakan harta pencarian yang diwariskan berdasarkan hukum Islam. Dalam pewarisan harta pusaka, harus ditanamkan pengertian kepada anak bahwa waris adalah orang yang menerima pusaka, pewaris adalah orang yang mewariskan, warisan adalah benda yang diwariskan dan ahli waris semua orang yang menjadi waris. Saya selalu menekankan kepada anaknya bahwa sistem kekerabatan pada masyarakat hukum adat Minangkabau adalah matrilineal aatu garis keturunan ibu dan wanita, sehingga anak-anak hanya mengenal ibu dan saudara-saudara ibunya, ayah dan keluarganya tidak masuk dan anaknya karena ayah termasuk dan ibunya pula. Garis keturunan ibu dianggap yang tertua dan kemudian garis keturunan ayah, selanjutnya si anak tidak hanya mengenal garis keturunan ibunya, tetapi juga garis keturunan ayahnya. Berbagai hal mengenai hak waris Adat Minangkabau yang menjelaskan bahwa harta waris jatuh kepada anak perempuan merupakan hal yang ia dengar dari penjelasan orang tua. Ia terkadang mengajukan pertanyaan mengenai asal usul mengapa harta warisan jatuh kepada anak perempuan, bukan kepada anak laki-laki dan setelah orang tua memberikan penjelasan maka ia mengerti alasan mengenai hal tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan orang tua mengenai hak waris sesuai adat Minangkabau yang akan diberikan kepada anak perempuan, bukan kepada anak laki-laki merupakan hal yang menarik, sehingga ia sangat antusias dalam mendengarkan penjelasan dari orang tua dan mengajukan pertanyaan apabila ada hal-hal yang tidak dipahami atau tidak mengerti mengenai hal tersebut. Saya sangat membutuhkan banyak informasi mengenai hukum adat mengenai hak waris dalam Adat Minang yang menyatakan bahwa harta diwariskan kepada anak perempuan. Dengan adanya penyampaian pesan dari orang tua maka ia akan mendapatkan penjelasan mengenai hal tersebut.

Tujuan Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Konteks Hak Waris menyatakan bahwa sesuai dengan ajaran syarak dan hukum nasional, maka keluarga yang terdiri dari ibu, bapak, dan anak-anaknya adalah satuan kemasyarakatan keagamaan yang paling dasar dari masyarakat Minangkabau untuk menentukan hubungan darah berdasar nasab, yang dipimpin oleh bapak. Sesuai dengan ajaran adat, keluarga yang terdiri dari ibu, bapak, dan anakanaknya adalah juga satuan kemasyarakatan adat Minangkabau yang bernasab ke Ibu. Harta pencaharian dari ibu dan bapak merupakan harato pusako randah dan diwariskan kepada anakanaknya berdasar hukum Islam. tujuan melakukan komunikasi dengan anak adalah agar anak memiliki pemahaman mengenai sistem pewarisan harta dari orang tua kepada anak dalam adat Minangkabau. tujuan melakukan komunikasi dengan anak mengenai pewarisan harta orang tua kepada anak dalam adat Minangkabau adalah agar anak memiliki pemahaman yang baik bahwa masyarakat hukum adat Minangkabau menganut sistem matrilinieal (sistem keibuan), yaitu suatu sistem dimana keturunan dihitung menurut garis ibu. Tujuan dalam melakukan komunikasi atau diskusi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai hak waris Adat Minangkabau, sebab dengan adanya pemahaman yang baik maka dikemudian hari tidak akan ada penuntutan dari anak laki-laki mengenai harta waris yang jatuh kepada saudaranya yang berjenis kelamin perempuan tujuannya dalam melakukan percakapan dengan orang tua mengenai hak waris adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan warisan adat Minangkabau. Dengan adanya ilmu pengetahuan tersebut maka ia akan mengerti alasan di balik pemberian harta warisan kepada anak perempuan. Berbagai informasi yang didapatnya dari orang tua mengenai hukum adat, khususnya hukum waris Adat Minang maka akan memperoleh pemahaman dan wawasan mengenai hal tersebut. Pemahaman dan wawasan inilah yang akan menjadi dasar baginya dalam mendapatkan hak waris dari orang tua.