2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuli Yuliani Disfana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sebuah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terbagi

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. benar. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika pembacanya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang harus diajarkan kepada siswa selain keterampilan berbahasa lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Secara umum, pembelajaran bahasaindonesia terbagi menjadi empat. aspek keterampilan yang harus dikuasai siswa. Keempat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu proses kreatif penurunan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa yang sistematis dan mudah dimengerti. Seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, yaitu berbicara, membaca, dan menyimak, menulis merupakan suatu proses perkembangan. Maksudnya, menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis (Tarigan, 2008: 8-9). Kegiatan menulis memang kurang diminati oleh siswa, karena menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan kreativitas dan apresiasi lebih sehingga menulis menjadi kegiatan yang dianggap sulit. Sama halnya dengan menulis, dalam pembelajaran sastra seperti menulis puisi, cerpen, dan teks drama memerlukan proses dan tidak dapat dikuasai siswa dengan sendirinya. Pembelajaran sastra di sekolah menjadi sangat penting dalam membantu kreativitas menulis siswa. Heru Kurniawan dan Sutardi dalam penulisan sastra kreatif (2012: 59) mengemukakan cerpen adalah salah satu bentuk tulisan yang biasa membutuhkan kreativitas, apresiasi, imajinasi, pikiran, perasaan, emosi, dan ekspresi adalah cerpen. Cerpen (cerita pendek sebagai genre fiksi) adalah rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Cerpen sangat bermanfaat bagi penuangan ide, perasaan, ekspresi, dan imajinasi siswa ke dalam bentuk tulisan dan menghasilkan sebuah cerita. Di samping itu, pembelajaran sastra sangat penting karena sesuai dengan kurikulum 2013 yang berbasis teks mengharapkan siswa dapat menyusun teks cerpen.

2 Berdasarkan wawancara nonformal yang peneliti lakukan pada tanggal 25 Januari 2014 dengan guru bahasa Indonesia Padjarudin Suhan, M.Pd., yaitu siswa memang kurang minat dengan keterampilan menulis karena mereka tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam hal menulis. Hal tersebut dikarenakan siswa juga tidak memiliki kecakapan dalam mengembangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Ditambahkan oleh guru lainnya Maman Sukmara, S.Pd. bahwa siswa kurang meminati pada keterampilan menulis khususnya menulis cerpen dikarenakan siswa tidak tertarik dengan metode-metode pembelajaran dalam menulis cerpen. Siswa menganggap bahwa metode pembelajaran menulis cerpen masih kurang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak termotivasi dalam menulis cerpen. Siswa kurang berminat dalam menulis cerpen karena mereka beranggapan bahwa menulis cerpen kurang menarik. Bahkan ada yang beranggapan bahwa menulis cerpen itu sulit. Sehubungan dengan itu, Widyastuti (2012) dalam Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, menyatakan bahwa menulis cerpen dianggap kurang menarik oleh siswa karena siswa tidak mempunyai kecakapan secara teknis dalam menulis cerpen. Siswa mengalami kesulitan untuk menulis cerpen terutama dalam hal mencari ide dan menuangkan gagasan pemikirannya. Aris Cahyono, 2011 dalam website Kelas Akselerasi SMA Negeri 2 Parepare juga mengatakan berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran sebelumnya, salahsatu penyebab siswa kurang minat dalam kegiatan menulis adalah dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan kurang menantang dan kurang menarik minat mereka dalam menulis khususnya menulis cerpen. Metode pembelajaran yang selama ini sering digunakan adalah dengan cara meminta siswa menuliskan cerpen mereka masing-masing, membacanya di depan temanteman sekelas, kemudian menyerahkannya kepada guru. Metode ini sudah sering digunakan, bahkan sejak mereka SD. Kegiatan menulis cerpen sering tidak selesai dilaksanakan, karena kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya menulis cerpen masih kurang efektif. Hal tersebut tidak lain

3 disebabkan oleh model dan teknik pembelajaran yang kurang bervariasi dan lingkungan belajar yang kurang kondusif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya strategi pembelajaran. Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan untuk mempermudah proses sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Salah satu solusi yang ternyata dapat menumbuhkan respon positif dari siswa adalah dengan menerapkan metode pembelajaran Menulis Berantai. Penerapan metode dalam proses belajar mengajar memang memiliki arti yang cukup penting. Penerapan metode merupakan salah satu sarana untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat terjadi karena dengan penerapan metode yang tepat memungkinkan proses pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah atau hanya didominasi oleh guru dengan metode ceramahnya. Berdasarkan kondisi di atas maka diajukan solusi berupa penerapan metode pembelajaran bersama-sama, yaitu metode menulis berantai dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan penerapan metode menulis berantai akan lebih efektif untuk pembelajaran menulis cerpen karena siswa akan lebih termotivasi dengan belajar secara kelompok dibanding belajar secara individu. Menulis berantai termasuk salah satu metode active learning atau learning by doing yang bertujuan agar siswa mengasosiasikan belajar sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan. Tri Wulandari, Amir Fuady, Sumarwati (2012) dalam jurnalnya yang berjudul PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS mengemukakan bahwa metode menulis berantai berhasil dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis siswa dan meningkatkan motivasi siswa dalam menulis. Metode menulis berantai merupakan metode yang unik dan menarik dalam mengembangkan ide untuk menulis cerpen. Oleh sebab itu, penelitian ini berjudul Penerapan Metode Menulis Berantai dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Kasokandel Tahun Ajaran 2013/2014).

4 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan peneliti sebelumnya, terdapat beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran cerpen. Pertama adalah kurang minatnya siswa dalam kegiatan menulis khususnya menulis karya sastra dikarenakan bagi siswa menulis membutuhkan kreativitas yang lebih. Kemudian, motivasi menulis cerpen siswa juga masih kurang karena siswa kesulitan untuk mengembangkan ide ke dalam tulisan. Siswa juga sulit membuat karangan cerpen dan kurang memahami pentingnya menulis cerpen beserta manfaatnya. Masalah terakhir yang dianggap paling penting yaitu metode pembelajaran dalam menulis cerpen kurang menarik bagi siswa, sehingga siswa semakin tidak termotivasi dalam kegiatan menulis khususnya menulis cerpen. 1.3 Rumusan Masalah Penelitian Peneliti mengemukakan empat rumusan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut. 1. Bagaimana rencana penerapan metode menulis berantai dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas VII SMPN 1 Kasokandel? 2. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode menulis berantai dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas VII SMPN 1 Kasokandel? 3. Bagaimana kendala yang dihadapi pada penerapan metode menulis berantai dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas VII SMPN 1 Kasokandel? 4. Perbaikan apa yang dilakukan dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas VII SMPN 1 Kasokandel? 5. Bagaimana hasil kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII SMPN 1 Kasokandel dengan metode menulis berantai? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain:

5 1. untuk mengetahui rencana penerapan metode menulis berantai dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas VII SMPN 1 Kasokandel; 2. untuk mengetahui pelaksanaan penerapan metode menulis berantai dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas VII SMPN 1 Kasokandel; 3. untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas VII SMPN 1 Kasokandel; dan 4. untuk mengetahui perbaikan apa yang dilakukan dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas VII SMPN 1 Kasokandel. 5. untuk mengetahui hasil kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII SMPN 1 Kasokandel dengan metode menulis berantai. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang baik tentu perlu memberikan manfaat atau kegunaan. Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan penjelasan dari Menulis Berantai dalam dunia pendidikan, terlebih dalam pembelajaran menulis cerpen. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, bagi guru, dan bagi siswa. a. Bagi peneliti, penelitian ini memiliki pengaruh dan manfaat yang besar. Peneliti dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman akan keefektifan Menulis Berantai dalam pembelajaran menulis cerpen. b. Bagi guru, penelitian ini memiliki banyak manfaat dan berguna untuk diterapkan. Guru mendapat wawasan dan pengetahuan tambahan mengenai metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. Hal ini sangat baik dalam pemilihan metode agar lebih menarik dan bervariasi, tidak itu-itu saja.

6 c. Bagi siswa, penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi siswa dengan menciptakan suasana yang lebih menyenangkan di kelas. Siswa dapat meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kemampuan menulis cerpen yang menyenangkan sehingga sehingga kreativitas siswa menjadi meningkat. Siswa bisa mendapatkan kegiatan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan dan menambah motivasi dalam belajar, khususnya menulis cerpen.