Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

dokumen-dokumen yang mirip
Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

Sepasang Sayap Malaikat

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

László Hankó: Kebahagiaan Marina

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

APOCRYPHA SUSANNA KING JAMES BIBLE Susanna

Dongeng Motivasi Emas dan Ular

Oleh: Windra Yuniarsih

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU.

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja

Bab 1 : Lerodia, Desa Penambang Pharite

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

SATU. Plak Srek.. Srek

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Pancor. Sebuah desa terpencil di sebelah timur pulau Lombok menawarkan kisah nyata yang begitu memotivasi dalam mengarungi dahsyatnya gelombang

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

Behind the sea there s a kingdom where I could see your sweet smile.

Cerita sang pejuang. Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau. Aku memberi ikan gurame kepada salah satu ibu-ibu yang sedang

2. Gadis yang Dijodohkan

Satu hal lagi, mereka tahu apa yang terjadi pada keluarga pemilik rumah ini.

Ah sial aku selingkuh!

BAB 9 Pekerjaan Pertama

Tak Ada Malaikat di Jakarta

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Bintang Pembuka. Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang.

Matahari dan Kehidupan Kita

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Kura-kura dan Sepasang Itik


yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Ratu Ester yang Cantik

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

Belajar Memahami Drama

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

PATI AGNI Antologi Kematian

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M.

*Satu Jam Saja* -satu-

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

PRAJURIT YANG HILANG. Bulan Merkurius, dalam sistem kalender Teffloo

Heart 119. Dan aku harap, kita tidak akan pernah bertemu. lagi.

Berlari. Nurlaeli Umar

Peter Swanborn, The Netherlands, Lima Portret Five Portraits

Loyalitas Tak Terbatas

BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Ratu Ester yang Cantik

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

A. Rita. Penerbit. Karya Cinta

Bab 1. Kehilangan mimpi

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku)

Adam Aksara MENANTI CINTA. Penerbit. Nulisbuku.com

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Pergi Tak Kembali. Oleh: Firmansyah

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

Tiga Belas Ribu Empat Ratus Lima Puluh Rupiah

BAB IV ANALISIS KARYA

AKU AKAN MATI HARI INI

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Ratu Ester yang Cantik

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

Yang Mencinta dalam Diam

Ditulis oleh Ida Ar-Rayani Selasa, 30 Juni :03 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 18 Agustus :13

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Perkawinan Sedarah. ESAI PUISI ADHE ARTHANA

Transkripsi:

SATU Kalau manusia didesain untuk memiliki lebih dari dua kaki oleh sang Pencipta, ia akan sangat bersyukur saat ini. Ia adalah seorang pria; kegelapan malam menutupi wujudnya. Kegelapan itu merupakan suatu keberuntungan baginya; ia tampak tegang dan gelisah, kepalanya dipalingkan ke kanan dan kirinya, seolah berusaha memastikan tak ada siapapun disana. Kedua kakinya terasa sakit karena digunakannya lari bermeter-meter dalam hutan ini. Ia lalu bersandar di sebuah pohon terdekat. Tapi istirahat itu tak berlangsung lama, karena segera saja, ia merasakan angin dingin yang membuat bulu kuduknya kembali berdiri. Sang pria kembali berlari. Kali ini rasa sakit yang ia rasakan tidak hanya berasal dari kakinya, tapi juga lengannya yang tertusuk semak-semak berduri. Ia menerobos dengan asal daun-daun yang menghalangi jalannya, berusaha menghindari arah angin atau mirip angin, karena ia tahu dengan jelas udara itu bukan angin. Kakinya tidak bisa diajak berkompromi lagi. Terengah, ia kembali bersandar di sebuah pohon cukup besar. Setidaknya ia tidak merasakan keberadaan pengejarnya disini, ia pasti aman...

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus sangat kuat dan dingin; ia tidak mampu melarikan diri. Belum sempat pria itu mengatur napas kembali, hembusan kuat itu mencengkeram lehernya. Si pria tercekik, pandangannya tertutup debu-debu beterbangan yang hampir membutakannya. Le lepaskan aku aku tidak tahu apaapa kumohon... si pria terisak. Tapi lalu si pria menyesal sudah berbicara. Ia menghamburkan napasnya sia-sia, karena udara yang menyelubunginya semakin membuatnya sulit bernapas. Bahkan lebih dari itu, ia bisa melihat di tengah penderitaannya sebuah logam yang muncul entah darimana, logam yang bercahaya pedang. Ti daaaaaak! pria itu berteriak sekuat ia bisa. Kakinya yang sakit ia paksa untuk berjalan. Tapi usahanya sama nihilnya dengan kemampuannya untuk bernapas. Hanya dua pilihan yang ia punya: mati karena ditebas pedang, atau mati karena kehabisan napas... Ia tidak ingin keduanya. Tepat saat pedang itu menuju arah dadanya, ia berhasil menjatuhkan diri. Dalam kesempatan beberapa detik itu ia terlepas dari cengkeraman 2

udara, dan kembali berlari secepat kemampuannya. Ia mengambil arah berkelokkelok; berbelok ke kanan setelah berlari lurus, lalu mengambil arah kiri dan kanan lagi. Ia tahu ia tidak bisa lepas sepenuhnya dari kejaran udara; setidaknya, ia berharap, ia bisa bertemu keluarganya terlebih dahulu. Hampir tidak mempercayai keberuntungannya, si pria menyadari ia tiba di ujung hutan, setelah lebih dari satu jam berlari. Terlihat jauh di hadapannya, lampu-lampu penerangan desa terhampar luas. Memisahkan desa dan hutan adalah sebuah lembah lebar berumput. Mengabaikan rasa lelahnya, si pria melangkah cepat menuruni lembah. Desa yang terhampar mampu menyembunyikan keberadaan si pria dari pengejarnya, mengingat desa itu memiliki bangunan rumah hampir di setiap sisi jalan. Tidak seperti rumah-rumah biasanya, rumah di desa itu berbentuk lonjong, terbaring, dengan pintu persegi panjang di bagian tengah rumah. Jendela-jendela berbentuk bulat sempurna mendampingi pintu di setiap sisi atasnya. Dilihat dari kejauhan pada siang hari, rumah-rumah itu memberi kesan seperti kapsul terbaring berwarna-warni. Jauh dari tempatnya berada adalah sebuah cerobong asap yang tinggi menjulang, seolah pemimpin dari rumah-rumah 3

kapsul kecil di sekelilingnya. Namun sebelum mencapai cerobong asap itu, si pria berhenti. Dengan peluh yang mengucur dan rasa sakit di seluruh badan, pria itu tiba di tempat tujuan, sebuah rumah berwarna coklat muda. Lampu penerangan berwarna jingga tergantung di bagian atas pintu yang diketuk si pria dengan tidak sabar. Tak berapa lama, pintu dibuka. Ayah! Akhirnya kau pulang! seorang wanita gemuk pendek bergaun tidur muncul dari balik pintu, menyambut si pria. Wajahnya berubah mengeras saat melihat ekspresi dan luka-luka si pria. Wanita itu bertanya, Ayah, kenapa kau? Ada apa dengan lengan dan kakimu? Apa ada masalah? Kau pucat sekali! Aku dikejar-kejar oleh mereka, jawab si pria terengah, mengabaikan uluran tangan si wanita untuk mengobati luka-lukanya. Dikejar oleh siapa? Mereka. Makhluk udara itu Navara milik bangsawan Osric, jawabnya lagi, kali ini dengan suara yang hampir seperti bisikan. Si wanita terbelalak ketakutan. Ia menarik masuk si pria ke dalam rumah. Pintu dikunci. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba kau berurusan dengan mereka? Ini berita terburuk yang pernah aku dengar. Dan aku sudah sering mendengar hal-hal buruk! wanita itu berkata cepat. 4

Aku tahu. Tapi pelankan suaramu, si pria mendesis, ceritanya panjang. Satu hal yang bisa kubilang. Negeri kita sedang dalam bahaya besar. Bangsawan Osric sedang merencanakan sesuatu untuk kehancuran kaum kita dan seluruh Terra. lanjutnya. Si wanita memandang si pria dengan mulut terbuka untuk beberapa saat. Ketika sepertinya ia telah menemukan kembali suaranya, wanita itu berujar lirih, Apa? Rencana apa? Dan bagaimana kau bisa tahu? Si pria berkata tak sabar, Ceritanya panjang. Aku tidak bisa bilang padamu sekarang. Lagipula kita kaum minor, tidak ada yang bisa kita lakukan. Tapi bahaya apa? Sudah kubilang ceritanya panjang. Aku tidak bisa bercerita sekarang. Yang harus kita lakukan sekarang adalah secepatnya pergi dari sini. Kalaupun benar mereka kehilangan arahku, aku yakin cepat atau lambat mereka akan tahu kalau aku tinggal disini. Mereka akan melakukan halhal buruk pada keluarga kita. Kau jelas tahu seperti apa kejahatan mereka, Bagaimana dengan pekerjaanmu? Dan lukamu? Tidakkah kau pikir-- Tak ada waktu untuk itu! si pria kehilangan kesabaran, Dan lagi, kau pikir aku bisa bekerja lagi disana setelah apa yang terjadi? Lagipula aku benci pekerjaan itu. Ayo! 5

Si wanita kembali terdiam untuk beberapa saat. Ia memandangi suaminya, lalu beralih pada sekeliling rumah, dan kembali pada suaminya. Pikirannya sedang bekerja. Baiklah. Ayo pergi. Aku akan bersiap-siap dan membangunkan anak-anak, ia akhirnya berkata. Si pria mengambil topi hitam yang tersemat di gantungan kayu tinggi di samping sofa mungil. Setelahnya, sehelai kain tebal yang lebar ia ambil. Kain itu menjadi tasnya; ia memasukkan banyak barang kedalamnya. Makanan-makanan ikut menjejali kain itu, entah tahan lama atau tidak, si pria tidak peduli. Terakhir, ia memasukkan koin-koin dari emas dan perak sebagai hartanya. Si wanita datang dengan pakaian bepergian lengkap. Ia muncul bersama dua orang anaknya, satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua anak itu terlihat masih dalam baju tidur mereka. Mereka menggesek-gesekkan punggung tangan ke mata sambil menguap. Kenapa kita harus pergi malam-malam begini, ayah? Kita akan pergi kemana? si anak perempuan bertanya. Anak itu berambut ikal sebahu dan bermata coklat. Ia mengenakan pakaian tidur berwarna biru. Si pria tersenyum. Kita akan pergi ke tempat jauh. Kita harus pergi malam-malam agar kita bisa sampai pagi. Ayo. Hampir tengah malam ketika keluarga kecil itu meninggalkan rumah mereka. Setelah akan 6

ditinggalkan, rumah kecil mereka terasa beribu kali lebih hangat dan nyaman dari tempat manapun di seluruh negeri yang akan mereka tuju. Si pria memimpin di depan, diikuti kedua orang anaknya dibelakang. Sementara sang ibu menjadi penjaga di belakang. Untuk beberapa menit, mereka tidak menemukan kesulitan berarti. Jalanan desa sempit; rumah-rumah berbaring di setiap sisinya. Pepohonan berdiri masih jauh di hadapan mereka. Beruntung desa itu memiliki penerangan sehingga si pria tidak perlu meraba jalan seperti sebelumnya. Tapi penerangan itu bisa saja menjebak mereka; si pengejar akan lebih mudah melihat dengan cahaya, bukan? Saat ini, yang mereka harapkan hanyalah para pengejar itu kembali ke tempat dimana mereka berasal, atau belum mencapai desa. Mungkin banyaknya rumah-rumah juga bisa membantu. Si pria memperkirakan satu jam telah berlalu semenjak mereka meninggalkan rumah. Kakinya terasa kebas. Namun ia masih bersikeras untuk berjalan sampai setidaknya keluar dari gerbang desa, dimana ia bisa menyewa kuda-kuda untuk transportasi atau, kalau beruntung, ovuneel bekas yang masih berfungsi. Dari sana, ia berencana untuk pergi ke kota kecil Barfa. Ayah, ia mendengar istrinya memanggil pelan. Ya? 7

Kenapa kita tidak meminta bantuan saja pada warga disini? Keluarga Halta, misalnya? Atau kita bisa meminjam ovuneel pada salah satu kaum mayor yang kita kenal. bisik si wanita. Tidak, tidak. Aku tidak ingin melibatkan orang lain. Aku tahu apa yang aku lakukan. Ayo! Tapi aku sudah capek sekali, ayah, si anak laki-laki bersuara, diiyakan si anak perempuan. Pria itu terdiam. Kedua anaknya masih berusia sembilan dan delapan tahun, jelas mereka tidak akan kuat untuk bepergian sejauh itu. Apakah ia terlalu takut sehingga tidak ingin melibatkan orang lain untuk membantunya? Kalau ia mengatakan sesuatu tentang pelariannya, segalanya akan berakibat lebih buruk. Tidak hanya untuknya, tapi juga untuk keluarganya. Baiklah, ia akhirnya berkata, rumah keluarga Halta tidak terlalu jauh dari sini, kan? Kita coba bermalam disana. Maka keluarga kecil itu berbelok. Gerbang desa akan dicapai jika mereka berjalan lurus, sedangkan keluarga Halta, rekan mereka, berada di alur jalan sebelah kanan. Meskipun malam telah sangat larut, desa itu tetap bercahaya karena hampir setiap rumah disana memiliki lampu penerangan yang digantung di pintu. Mereka sudah setengah jalan ketika sesuatu yang mereka takutkan terjadi. Hembusan angin dingin tak wajar terasa dari belakang punggung mereka. Hanya dalam selang 8

waktu beberapa detik setelah mereka merasakan hembusan itu, kerikil-kerikil di jalanan melayang, perlahan membentuk kaki manusia. Semakin melayang ke atas, kerikil-kerikil itu berkumpul dengan semakin menyerupai bentuk tubuh manusia. Si pria bergegas mundur dan lari, meminta agar kedua anak dan istrinya mengambil jalan menuju gerbang desa. Kedua anaknya menangis. Istrinya terisak memohon agar mereka semua, tanpa terkecuali, melarikan diri bersama. Warga-warga desa bergegas keluar dari rumah mereka, didorong rasa penasaran. Navara itu sudah dekat. Kali ini tak hanya kerikil-kerikil yang bergabung dengannya, tapi juga debu. Beberapa warga desa yang sudah melihat kehadiran makhluk itu terlihat menyesal dengan keputusan mereka untuk keluar rumah. Sudah merupakan rahasia umum bahwa siapapun yang terkena cengkeraman (itu istilah yang digunakan penduduk) Navara, tidak akan berakhir selamat. Satu-satunya makhluk paling ditakuti dan paling misterius di negeri ini, dianggap sebagai penemuan terhebat bangsawan Osric; kalau saja makhluk itu tidak digunakan untuk membunuh siapapun yang dianggap pantas mati oleh penemunya. Kekacauan terjadi. Si wanita dan kedua anaknya berlari menuju arah gerbang desa, sementara si pria, setelah meyakinkan bahwa ia akan ikut lari bersama mereka, berbalik arah 9

menuju Navara. Warga-warga yang terlambat menyadari keberadaan makhluk itu menjerit; beberapa orang telah tergeletak mati oleh pedang panjang yang ikut melayang bersama kerikil dan debu. Mereka yang berusaha menyelamatkan diri ada yang berlari kembali ke dalam rumah, dan sisanya kabur. Aduh! AYAH! AYAH DIMANA? AYAH KEMBALI! si anak laki-laki menjerit terisak begitu ia berpaling dan mendapati ayahnya berbalik arah mendekati Navara-navara. Anak itu berlari menyusul ayahnya, diikuti si anak perempuan dan ibunya. Mereka terlambat. Bayangan terakhir yang mereka lihat adalah, si pria berusaha melawan Navara dengan tangan kosongnya, sebelum satu tebasan pedang mengenai perutnya. Sekarang pria itu tergeletak tak bergerak di tanah. 10