PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPPRES 178/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MALI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA

KEPPRES 146/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SUDAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT

*46879 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 6 TAHUN 1997 (6/1997)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

KEPPRES 64/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 112/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

PRESIDEN REPBULIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT. Pasal 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 83/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONVENSI TENTANG ORGANISASI SATELIT BERGERAK INTERNASIONAL YANG TELAH DIUBAH INMARSAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONVENTION INTERNATIONALE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

2 c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, persetujuan terseb

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HUKUM LAUT BAB VII LAUT LEPAS BAB IX LAUT TERTUTUP ATAU SETENGAH TERTUTUP.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR: 10/M/Kp/I/2003 TENTANG

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 138 MENGENAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN, PENGUNDANGAN, DAN PENYEBARLUASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K171 Konvensi Kerja Malam, 1990

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1999 TENTANG

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON THE RESCUE OF ASTRONAUTS, THE RETURN OF ASTRONAUTS AND THE RETURN OF OBJECTS LAUNCHED INTO OUTER SPACE (PERSETUJUAN TENTANG PERTOLONGAN ASTRONOT, PENGEMBALIAN ASTRONOT DAN PENGEMBALIAN BENDA-BENDA YANG DILUNCURKAN KE ANTARIKSA) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa melalui Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Nomor 2345 (XXII) tanggal 19 Desember 1967, telah disetujui Agreement on the Rescue of Astronauts, the Return of Astronauts and the Return of Objects Launched into Outer Space (Persetujuan tentang Pertolongan Astronot, Pengembalian Astronot dan Pengembalian Benda-benda yang diluncurkan ke Antariksa) dan terbuka untuk penandatanganan oleh negara-negara pada tanggal 22 April 1968 di New York, Amerika Serikat dan berlaku efektif sejak tanggal 3 Desember 1968; b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Agreement tersebut dengan Keputusan Presiden; Mengingat: Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945; MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON THE RESCUE OF ASTRONAUTS, THE RETURN OF ASTRONAUTS AND THE RETURN OF OBJECTS LAUNCHED INTO OUTER SPACE (PERSETUJUAN TENTANG PERTOLONGAN ASTRONOT, PENGEMBALIAN ASTRONOT DAN PENGEMBALIAN BENDA-BENDA YANG DILUNCURKAN KE ANTARIKSA). Pasal 1 Mengesahkan Agreement on the Rescue of Astronauts, the return of Astronauts and the Return of Objects Launched into Outer Space (Persetujuan tentang Pertolongan Astronot, Pengembalian Astronot dan Pengembalian Benda-benda yang diluncurkan ke

Antariksa), yang telah disetujui melalui Resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa Nomor 2345 (XXII) tanggal 19 Desember 1967 dan terbuka untuk penandatanganan oleh negara-negara pada tanggal 22 April 1968, di New York, Amerika Serikat dan mulai berlaku efektif sejak tanggal 3 Desember 1968, yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggeris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini. Pasal 2 Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Agreement dalam bahasa Indonesia dengan salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggeris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, maka yang berlaku adalah salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggeris. Pasal 3 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AKBAR TANDJUNG Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 5

PERSETUJUAN TENTANG PERTOLONGAN ASTRONOT, PENGEMBALIAN ASTRONOT DAN PENGEMBALIAN BENDA-BENDA YANG DILUNCURKAN KE ANTARIKSA Peserta Persetujuan ini, Mencatat kepentingan pokok dari Perjanjian tentang Prinsip-prinsip yang Mengatur Kegiatan Negara-negara dalam Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa, termasuk Bulan dan Benda-benda Langit Lainnya, yang memutuskan untuk memberikan semua bantuan yang dimungkinkan kepada astronot yang mengalami kecelakaan, mengalami keadaan bahaya atau melakukan pendaratan darurat, untuk sesegera mungkin menyelamatkan dan mengembalikan dengan selamat para astronot serta mengembalikan benda yang diluncurkan ke antariksa, Berkeinginan untuk mengembangkan dan memberikan penegasan yang lebih nyata terhadap kewajiban-kewajiban tersebut, Berkeinginan meningkatkan kerja sama internasional dalam eksplorasi dan penggunaan antariksa untuk maksud-maksud damai; Didorong, oleh rasa kemanusiaan, Telah menyetujui hal-hal sebagai berikut : Pasal 1 Setiap Peserta Persetujuan yang menerima informasi atau menemukan awak pesawat antariksa yang mendapat kecelakaan atau mengalami keadaan bahaya atau mengalami keadaan darurat atau mendarat di wilayah yang bukan yurisdiksinya atau di laut bebas atau dimana pun di tempat lain yang tidak dibawah yurisdiksi setiap negara, harus segera: (a) (b) memberitahukan negara peluncur atau jika tidak dapat mengidentifikasi dan menghubungi negara peluncur, sesegera mungkin membuat pemberitahuan umum melalui semua sarana komunikasi yang dapat diberikan; memberitahukan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang harus menyebarkan informasi tersebut tanpa penundaan melalui semua peralatan komunikasi yang tepat yang dapat diberikan. Pasal 2 Apabila terjadi kecelakaan, keadaan bahaya, pendaratan darurat atau pendaratan di tempat yang tidak dimaksudkan, awak pesawat antariksa yang

mendarat di wilayah Peserta Persetujuan, Peserta Persetujuan harus segera mengambil semua langkah-langkah pertolongan dan memberikan semua bantuan yang diperlukan. Juga harus memberitahu negara peluncur dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang langkah-langkah yang diambil dan tingkat kemajuannya. Untuk maksud operasi pencarian dan pertolongan yang efektif, jika bantuan dari negara peluncur akan berpengaruh langsung terhadap upaya pertolongan atau akan menambah efektivitas substansi operasi pencarian dan pertolongan, maka negara peluncur harus bekerja sama dengan Peserta Persetujuan. Operasi kegiatan semacam itu di bawah pengarahan dan pengawasan Peserta Persetujuan yang akan menghentikan atau meneruskan langkah-langkah operasi pertolongan dengan senantiasa berkonsultasi pada negara peluncur. Pasal 3 Apabila diterima informasi atau ditemukan awak pesawat antariksa terdampar di laut bebas atau pada tempat yang tidak di bawah yurisdiksi setiap negara, Peserta Persetujuan yang pada posisi memungkinkan harus memberikan bantuan atau jika dibutuhkan memperluas operasi pencarian dan pertolongan untuk menjamin penyelamatan awak pesawat dengan cepat. Peserta Persetujuan harus memberitahu negara peluncur dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang langkah-langkah yang telah diambil dan tingkat kemajuannya. Pasal 4 Apabila terjadi kecelakaan, keadaan bahaya, pendaratan darurat atau pendaratan di tempat yang tidak dimaksudkan, awak pesawat antariksa yang mendarat di wilayah jurisdiksi Peserta Persetujuan atau ditemukan terdampar di laut bebas atau dimanapun di tempat lain yang tidak berada di bawah jurisdiksi setiap negara, mereka harus diselamatkan dan dikembalikan pada perwakilan negara peluncur. Pasal 5 1. Setiap Peserta Persetujuan yang menerima informasi atau menemukan benda antariksa atau bagian-bagian komponennya yang kembali ke bumi, di wilayah yurisdiksinya atau di laut bebas atau dimana pun di tempat lain yang tidak berada di bawah jurisdiksi setiap negara, harus memberitahu negara peluncur dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. 2. Setiap Peserta Persetujuan yang di wilayah jurisdiksinya ditemukan benda antariksa atau bagian-bagian komponennya, atas permintaan negara peluncur atau dengan bantuan dari negara peluncur jika diminta, melakukan langkah-langkah untuk menemukan kembali benda antariksa dan bagian-bagian

komponennya. 3. Atas permintaan negara peluncur, benda yang diluncurkan ke antariksa atau bagian-bagian komponennya yang ditemukan di luar batas teritorial negara peluncur harus dikembalikan kepada negara peluncur, atau perwakilan negara peluncur dan atas permintaan Peserta Persetujuan, sebelum dkembalikan negara peluncur harus memberikan data tertentu terlebih dahulu. 4. Dengan mengecualikan ayat (2) dan (3) Pasal ini, Peserta Persetujuan yang berkeyakinan bahwa benda antariksa atau bagian-bagian komponennya yang ditemukan pada wilayah jurisdiksinya atau ditemukan di mana saja, benda tersebut membahayakan atau dapat merusak alam, dapat memberitahukan negara peluncur yang harus dengan segera mengambil langkah-langkah yang efektif, di bawah pimpinan dan pengawasan negara Peserta Persetujuan untuk menghindari terjadinya bahaya. 5. Biaya yang dikeluarkan dalam penyelesaian kewajiban menemukan kembali dan pengembalian benda antariksa dan bagian-bagian komponennya seperti tersebut pada ayat (2) dan (3) Pasal ini dibebankan pada negara peluncur. Pasal 6 Untuk maksud Persetuuan ini, negara peluncur adalah negara yang bertanggungjawab atas peluncuran, atau jika organisasi internasional antar pemerintah yang bertanggung jawab atas peluncuran, maka organisasi tersebut menyatakan menerima hak dan kewajiban Persetujuan ini dan mayoritas negara-negara anggota organisasi tersebut adalah Peserta Persetujuan ini dan Peserta Perjanjian tentang Prinsip-prinsip yang Mengatur Kegiatan Negara-negara dalam Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa, termasuk Bulan dan Benda-benda Langit Lainnya. Pasal 7 1. Persetujuan ini terbuka untuk penandatangan oleh semua negara. Setiap negara yang tidak menandatangani Persetujuan ini sebelum saat berlaku sesuai dengan ayat (3) pasal ini dapat ikut serta setiap saat. 2. Persetujuan ini harus diratifikasi oleh negara-negara penandatangan. Piagam ratifikasi dan piagam aksesi harus disimpan pada Pemerintah Kerajaan Inggris dan Irlandia Utara, Uni Republik Soviet Sosialis dan Amerika Serikat, yang ditetapkan sebagai Negara-negara Penyimpan. 3. Persetujuan ini mulai berlaku setelah penyimpanan piagam ratifikasi oleh lima Negara, termasuk negara yang ditetapkan sebagai Negara-negara Penyimpan. 4. Bagi negara yang piagam ratifikasi atau piagam aksesinya, penyimpanannya setelah berlakunya Persetujuan ini, maka bagi negara tersebut

berlakunya Persetujuan ini sejak tanggal penyimpanan piagam ratifikasi atau aksesi tersebut. 5. Negara-negara Penyimpan harus segera memberitahukan kepada semua negara-negara penandatangan dan pengaksesi, setiap tanggal penandatanganan, tanggal penyimpanan piagam ratifikasi dan piagam aksesi Persetujuan ini, tanggal saat mulai berlaku dan pemberitahuan lain. 6. Persetujuan ini harus didaftarkan kepada Negara-negara Penyimpan sesuai dengan ketentuan Pasal 102 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pasal 8 Setiap Negara Peserta Persetujuan ini, dapat mengusulkan amandemen terhadap ketentuan Persetujuan ini. Amandemen akan mulai berlaku bagi setiap Negara Peserta Persetujuan ini yang menyetujui amandemen tersebut terhitung mulai diterimanya amandemen secara mayoritas oleh Negara-negara Peserta. Bagi negara lain yang menyetujui amandemen sesudah itu, berlakunya amandemen tersebut terhitung saat negara yang bersangkutan menerimanya. Pasal 9 Setiap Peserta Persetujuan ini dapat mengajukan pengunduran diri dari Persetujuan ini setelah satu tahun berlakunya Persetujuan ini bagi negara tersebut, dengan pemberitahuan secara tertulis kepada Negara-negara Penyimpan. Pengunduran diri tersebut akan berlaku efektif sejak satu tahun sejak tanggal diterimanya pemberitahuan tersebut. Pasal 10 Persetujuan ini, yang naskahnya dalam bahasa Inggris, Rusia, Perancis, Spanyol, dan China adalah sama-sama otentik, harus disimpan pada arsip Negara-negara Penyimpan. Pada waktunya salinan yang sah dari Persetujuan ini oleh Negara-negara Penyimpan harus diserahkan kepada semua negara penandatangan dan negara pengaksesi. SEBAGAI TANDA BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, yang dikuasakan sebagaimana mestinya untuk itu, telah menandatangani Persetujuan ini. Dibuat rangkap tiga, di kota London, Moscow dan Washington, pada tanggal dua puluh dua April, seribu sembilan ratus enam puluh delapan.