BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

HUBUNGAN ANTARA KEKHUSYUKAN SHALAT DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA UMS SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Individu yang merasakan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANTARA JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DAN BUKAN JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa bahagia dalam keseharianya. Bagi manusia, hidup yang baik akan

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan emosional dalam prestasi didunia kerja. emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan kecakapan dalam

BAB IV PERILAK TERPUJI

DAFTAR TERJEMAH. No Hal Kutipan Bab Terjemah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. hidup dengan optimal tanpa memiliki emosi, karena emosi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Program Bimbingan Keagamaan Islam dalam Coping Stress Narapidana

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan keragu-raguan, ataupun kecemasan. Misalnya ketika seseorang diminta

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali macam-macam shalat yang diperintakan oleh Allah SWT melalui

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mahasiswa termasuk dalam golongan remaja akhir yaitu berusia tahun

dengan dunianya? Mereka saling menonjolkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

"SABAR ANUGERAH TERINDAH"

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

KESTABILAN EMOSI PADA PELAKU HIFZHUL QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan ahkirat. manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya, dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

SWT, baik itu berupa nikmat kesehatan, keamanan, maupun kebutuhan harian. Qona ah adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB IV ANALISIS. Yang Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Di SDN Banua Anyar 4 dan SDN. 1. Efikasi Diri Guru yang Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pribadi yang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi. Dengan percaya diri

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi sekarang ini melakukan tindakan kekerasan merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

Sengsara membawa Nikmat (Buah dari Kesabaran) Oleh: Estu Miyarso

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA. 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II )

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. Satuan Pendidikan ( KTSP ) tahun 2006 dinyatakan sebagai upaya membina

KESABARAN DI BULAN KEMULIAAN. Oleh: A.B.E. Miyarso

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari masa prenatal sampai datangnya masa kematian. Setiap masa

terus berjuang, meskipun kadang-kadang banyak rintangan dan masalah dalam kehidupan. Kesuksesan dapat dirumuskan sebagai tingkat di mana seseorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya senantiasa selalu mendambakan kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis orang tersebut sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Individu yang merasakan kesejahteraan pasti akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan lahir bathin. Tidak lepas dari itu, di dalam dunia pendidikan diajarkannya bagaimana individu untuk mencapai kesejahteraan. Banyaknya permasalahan yang terjadi dikehidupan terkadang membuat manusia seringkali mengalami keputusasaan dan kegelisahan di karenakan tidak merasakan adanya ketenangan ataupun kebahagiaan di dalam hidupnya. Permasalahan yang dihadapi individu akan berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Jika individu tidak kuat dalam mengahadapi permasalahan yang ada, akan mengakibatkan stress bahkan sampai pada depresi. Menurut Edward, 2005 (dalam Ismail & Desmukh, 2012) kesejahteraan psikologis mengacu pada kesehatan mental yang positif. Sehingga perlunya bagi individu untuk memperhatikan gaya hidupnya dan kesejahteraan bagi dirinya maupun orang lain. Menurut Corsini, 2002 (dalam Iriani & Ninawati, 2005), well-being adalah keadaan subjektif individu yang baik, termasuk di dalamnya kebahagiaan, self esteem, dan kepuasan dalam hidup. Sedangkan menurut Ryff (dalam Iriani & Ninawati, 2005) kesejahteraan psikologis adalah suatu kondisi seseorang yang bebas 1

2 dari tekanan dan masalah mental serta kondisi yang mempunyai kemampuan menerima diri sendiri, pertumbuhan pribadi, memiliki tujuan hidup, dapat mengatur kehidupan dan lingkungannya secara efektif, dan kemampuan menentukan tindakan sendiri. Kesejahteraan psikologis memiliki beberapa dimensi penting yang perlu kita ketahui dan pahami karena itu menjadi faktor penting dalam menciptakan kesehatan mental dan kebahagiaan pada diri seseorang. Dimensi dalam kesejahteraan psikologis hanya dapat dipahami secara menyeluruh karena semua dimensi tersebut sama-sama memberikan sumbangan penting terhadap kesejahteraan psikologis. Ryff & Keyes (dalam Iriani & Ninawati, 2005) dimensi penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri sehingga individu senang menjadi diri sendiri dan tidak perlu menjadi orang lain untuk dapat terlihat sempurna. Dimensi pengembangan atau pertumbuhan diri dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri. Dimensi keyakinan adalah keyakinan individu bahwa hidupnya bermakna, sehingga individu selalu mempunyai tujuan dan berusaha mencapai tujuan hidupnya. Dimensi memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain, ini dilihat dari tinggi rendahnya seseorang dalam membina hubungan dekat dengan orang lain. Dimensi kapasitas untuk mengatur kehidupannya yang mana seseorang dapat mengubah ataupun menyesuaikan diri dan lingkungannya sesuai kebutuhan hidupnya. Semua dimensi itu berperan penting dan memiliki pengaruh besar dalam kesejahteraan psikologis seseorang. Kesejahteraan tidak muncul begitu saja dari dalam individu, sehingga individu harus belajar dan membiasakan diri untuk mencapai kesejahteraan itu

3 sendiri. Kebanyakan permasalahan individu dipacu dengan perasaan yang kurang nyaman dan tidak dapat mengendalikan emosinya yang mana mengakibatkan pada gangguan emosi serta perilaku negatif yang dimunculkan yang mana mempengaruhi gaya hidup seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, salah satunya adalah faktor internal individu. Dalam diri masing-masing individu memiliki kekuatan, kemampuan dan cara untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan psikologis pada diri sendiri. Salahsatunya bagi orang muslim adalah dengan shalat, karena shalat memiliki manfaat dan kedudukan yang tinggi. Shalat adalah materi pendidikan agama Islam dan salah satu aspek religiusitas orang muslim yang mana berperan penting terhadap kesejahteraan psikologis individu. Seperti dalam penelitian Argyle, 2001 (dalam Hadjam & Nasiruddin A, 2003) yang membuktikan bahwa religiusitas membantu individu mempertahankan kesejahteraan psikologisnya. Hal ini menyatakan bahwa shalat juga dapat membantu individu dalam mempertahankan kesejahteraan psikologisnya. Di dalam shalat juga terdapat gerakan-gerakan khusus yang mana membantu individu untuk berelaksasi dan menenangkan pikiran serta bathinnya sehingga individu dapat berfikir jernih dan positif. Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu. Dalam tahap perkembanganya mahasiswa termasuk pada kategori dewasa muda. Dewasa ini mengalami beberapa perubahan serta menghadapi berbagai macam permasalahan dalam hidup. Mahasiswa dipandang sebagai individu yang dapat berfikir maju,

4 memiliki kemampuan kognitif lebih kompleks, pergaulan yang lebih luas serta tanggung jawab yang lebih besar. Banyak permasalahan yang terjadi di kalangan mahasiswa, dari permasalahan konflik antar teman, permasalahan dengan masyarakat dan pribadi, pergaulan bebas, sulitnya dalam mengemukakan pendapat, serta prestasi akademik yang mana salah satu permasalahan tersebut dapat menimbulkan kecemasan, kegelisahan, turunnya motivasi sampai pada tingkat stress dan depresi, yang berdampak pada terganggunya konsentrasi mahasiswa dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Mahasiswa akan dapat mengembangkan potensi dan tujuan hidupnya jika mereka merasakan kesejahteraan psikologis dalam dirinya. Sehingga perlunya bagi sebuah Universitas membantu mahasiswa dalam pencapaian kesejahteraan psikologisnya. Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan salah satu kampus di Indonesia yang berbasis agama Islam. Banyak dari mahasiswa-mahasiswa UMS yang melaksanakan shalat lima waktu secara rutin, yang mana shalat itu bisa menimbulkan ketenangan bathin dan menimbulkan kesejahteraan psikologis. Namun dari hasil pengamatan dan beberapa pertanyaan yang diajukan peneliti kepada mahasiswa, ditemukan bahwa masih banyak dari mahasiswa UMS memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. Dari data awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 September 2014 bertepatan pada pukul 09.00 WIB di sekitar masjid Fadhlurrahman UMS, baik dari pengamatan maupun kuisioner yang diberikan terhadap 20 subjek mahasiswa UMS, diantaranya yang ditemui yaitu: 9 mahasiswa dari fakultas Agama Islam UMS angkatan 2011, 2012, 2013, 8 mahasiswa dari FIK UMS angkatan 2010, 2012, 2013, 2014, 3 dari mahasiswa Psikologi UMS angkatan

5 2012. Bahwa dari mereka yang terlihat melakukan shalat dengan tenang dan tidak tergesa-gesa ternyata masih memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. Hal itu dapat diketahui dari, 75% mahasiswa yang kurang mampu menerima segala aspek dalam dirinya, hal ini dibuktikan dengan adanya perasaan minder, iri, serta tidak suka jika ada orang lain yang lebih baik dari pada mereka. Terdapat 45% mahasiswa yang merasa sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain serta jarang menyapa orang lain sehingga membuat subjek kurang mampu dalam menjalin hubungan positif dengan orang lain. Terdapat 55% mahasiswa lebih banyak bergantung kepada orang lain dalam mengambil keputusan, sehingga mereka kurang yakin dan tidak dapat mengambil keputusan sendiri. Terdapat 60% mahasiswa merasa takut jika mereka menemui kegagalan, sehingga dapat menghambat keyakinan mereka dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Terdapat 60% mahasiswa masih merasakan kesulitan dalam mengemukakan pendapat. Hal ini dapat menghambat mahasiswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Terdapat 75% mahasiswa merasakan bahwa dirinya mudah gelisah dan 25% subjek kurang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Mahasiswa adalah generasi pemimpin serta pendidik di masa depan. Jika mahasiswa ini tidak merasakan kesejahteraan yang cukup didalam dirinya dan tidak adanya tujuan hidup yang pasti, maka mahasiswa ini tidak akan bisa memandang hidup atau semua hal dengan positif dan penuh keyakinan. Jika generasi ini menjadi generasi yang kurang memiliki kualitas hidup yang lebih baik, maka kualitas pemimpin dan pendidik selanjutnya akan mengalami permasalahan. Karena permasalahan diawali dengan bagaimana individu itu menjalani hidupnya.

6 Mahasiswa yang berfungsi baik dan merasa senang dengan usaha serta kehidupan yang dijalaninya akan membawanya pada tujuan hidup yang lebih baik dan berarti. Fenomena diatas menunjukkan bahwa rendahnya kesejahteraan psikologis mempengaruhi gaya hidup mereka. Maka amat sangat penting di dalam dunia pendidikan mengajarkan shalat dengan benar, yaitu shalat khusyuk yang dapat menimbulkan kejernihan pikiran dan ketenangan bathin sehingga akan merasakannya kebermaknaan dalam hidup. Shalat adalah tiang agama Islam dan pendidikan ibadah yang hukumnya wajib bagi muslim. Allah berfirman didalam Al-Qur an: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Q.S Luqman: 17). Seperti yang telah diterangkan dalam Al-qur an, bahwa fungsi shalat tidak hanya menciptakan ketenangan bathin, namun juga mencegah perbuatan buruk. Shalat sangat berpengaruh terhadap psikologis manusia. Apabila ruh manusia tidak terhubung dengan penciptanya, akan terlihat jelas gejala kegelisahan dan kemurungan saat dirinya mendapatkan musibah. Namun disaat ruh manusia terhubung dengan penciptanya melalui shalat, maka hati dan pikirannya akan tenang serta merasakan adanya pertolongan, karena dirinya sedang dekat dengan Sang Pencipta. Allah berfirman didalam Al-Qur an:

7 Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Al-Baqarah: 277). Individu yang melalukan shalat dengan khusyuk akan merasakan dirinya tenang dan damai, mereka tunduk kepada Allah dan meminta pertolongan serta kedamaian hati karena mereka merasakan bahwa dirinya adalah makhluk yang hina dan banyak dosa. Allah berfirman didalam surat Al-Qalam ayat 43: (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera. Orang yang mengerjakan shalat dengan benar sesuai ketentuan dalam alqur an dan hadist akan merasakan ketenangan jiwa bathin, karena sesungguhnya shalat itu adalah kebutuhan bagi manusia. Orang yang mendirikan shalat, baik shalat fardhu ataupun shalat sunnah pastilah orang yang sedang membutuhkan Allah untuk menolong dirinya, baik dari segi fisik, material, maupun psikologis. Allah berfirman: Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang

8 baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami (Al-Anbiyaa :90) Ayat di atas merupakan salah satu ayat yang menerangkan bahwa shalat khusyuk dalam menghadap Tuhan akan membawanya pada kesejahteraan yang berupa anugrah dari sang Pencipta sehingga kecemasan dan kegelisahan dalam dirinya akan hilang dan berganti dengan ketenangan jiwa dan kebahagiaan. Sehingga kekhusyukan shalat membawa manusia pada ketenangan dan ketentraman jiwa, sehingga ketenangan dan ketentraman jiwa itu membawa individu pada kesejahteraan psikologis, yang mana berdampak pada kualitas hidupnya. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Ra du ayat 28: orang-orang yang beriman itu, hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Kehusyukan shalat merupakan salah satu dari orientasi religious yang berupa ibadah dengan konsentrasi penuh dan merupakan meditasi tingkat tinggi. Sehingga kekhusyukan shalat dapat membantu melatih konsentrasi mahasiswa dalam belajar dan menentukan pilihan yang sulit. Shalat khusyuk merupakan kegiatan merenung, maka shalat yang khusyuk dapat membawa pada pikiran positif dan ketenangan jiwa, sehingga dalam menyelesaikan permasalahan dan mengambil keputusan tidak bertindak terburu-buru yang berdampak pada penyesalan. Hal ini didukung dari para peneliti Universitas Harvard yang mana melakukan studi terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas merenung otak. Ditemukan bahwa otak yang teratur melakukan kegiatan merenung lebih besar dari pada yang tidak melakukannya, yang

9 berarti kemampuannya untuk berkreasi dan menikmati hidup yang tentram dan bahagia lebih besar pula (Az-Zaki, 2013). Sehingga kekhusyukan shalat pada diri mahasiswa diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan energi dan pikiran positif serta ketentraman jiwa yang berdampak pada kualitas hidup yang lebih baik. Menurut uraian diatas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara kekhusyukan shalat dengan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa UMS Surakarta. B. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah: Untuk mengetahui hubungan antara kekhusyukan shalat dengan kesejahteraan psikilogis pada mahasiswa UMS Surakarta. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Dapat menumbuhkan kesadaran kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan kesejahteraan pada dirinya dengan cara memperbaiki shalatnya. 2. Mahasiswa dapat lebih memahami pendidikan agama Islam yang berupa ibadah shalat, karena selain kedudukannya yang tinggi, shalat juga bermanfaat bagi kesehatan psikologis terutama untuk kesejahteraan pada dirinya. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan digunakan sebagai bahan perbandingan dan menambah wacana pemikiran untuk mengambangkan, memperdalam serta memperkaya teoritis mengenai hubungan antara shalat dengan kesejahteraan

10 psikologis. Agar penelitian ini berguna bagi masyarakat, dunia pendidikan dan psikologi Islam.