BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan. Pendapatan merupakan balas jasa bekerja setelah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

Naskah Pidato PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB WANITA MAKIN DIMANTAPKAN MELALUI PENINGKATAN PENGETAHUAN

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No menetapkan Peraturan Presiden tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang D

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA WALIKOTA BLITAR,

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

IMAM MUCHTAROM C

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Peranan Tokoh Masyarakat dalam Menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

PROVINSI J A W A T E N G A H D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. 1937, Murdok menemukan tiga Tipe keluarga yaitu; keluarga inti (Nurclear

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\Pengertian Lembaga Keluarga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di dalam keluarga seringkali seorang dianggap mempunyai makna ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

DENGAN RAHMAT. TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

I. PENDAHULUAN. sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apalagi jika hanya

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendapatan Keluarga 1. Pengertian Pendapatan Pada dasarnya tujuan orang bekerja adalah untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan merupakan balas jasa bekerja setelah menyelesaikan pekerjaanya. Besarnya pendapatan yang diterima oleh pekerja dipengaruhi jam kerja yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaanya (Sulistyo, 1992 dalam Darmawan dkk, 2002:8). Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produk nasional (Suparyanto, 2014). Menurut Sunuharjo (2009 dalam Suparyanto 2014) ada 3 kategori pendapatan yaitu : 1) Pendapatan berupa uang yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. 2) Pendapatan berupa barang adalah segala pendapatan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa. 3) Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah segala penerimaan yang bersifat transfer redistributive dan biasanya membuat perubahan dalam keuangan rumah tangga. 5

Menurut Sumardi, 1982 dalam (Sutinah 2004:16-17), Pendapatan dilihat dari tiga sumber pendapatan yaitu: a) Pendapatan yang berasal dari sektor formal yaitu gaji yang diperoleh secara tetap, biasanya berupa gaji bulanan atau gaji mingguan. b) Pendapatan yang berasal dari sektor informal yaitu berupa pendapatan tambahan yang berasal dari tukang buruh atau pedagang. c) Pendapatan berasal dari sektor subsistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari usaha sendiri berupa tanaman, ternak, dan pemberian orang lain. 2. Pendapatan Keluarga Menurut Zaidin(2010, dalam Suparyanto,2014) keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang anggotanya.kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi.

Secara konkritnya pendapatan keluarga berasal dari : 1) Usaha itu sendiri : misalnya berdagang, bertani, membuka usaha sebagai wiraswastawan 2) Bekerja pada orang lain: misalnya sebagai pegawai negeri atau karyawan 3) Hasil dari pemilihan: misalnya tanah yang disewakan dan lain-lain. Pendapatan bisa berupa uang maupun barang misal berupa santunan baik berupa beras, fasilitas perumahan dan lain-lain. Pada umumnya pendapatan manusia terdiri dari pendapatan nominal berupa uang dan pendapatan riil berupa barang (Gilarso, 1992). Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anakanak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah. Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh dengan jalan menjual faktor-faktor produksi yang akan diperoleh imbalan jasa-jasa atas pengadaan faktor produksi tersebut dalam bentuk gaji, sewa tanah, modal kerja dan sebagainya. Besarnya pendapatan akan menggambarkan ekonomi keluarga dalam masyarakat yang dapat dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu pendapatan rendah, sedang, dan tinggi. Suatu keluarga

pada umumnya terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak, besarnya jumlah anggota keluarga akan lebih banyak tersedia tenaga kerja untuk mencari pekerjaan agar memperoleh pendapatan. Umumnya kepala keluarga menentu utama pendapatan keluarga, namun sebenarnya dalam anggota keluarga lainya juga ikut berperan (Darmawan, 2002:8-9). Menurut Subandi (2001 dalam Made Gunarsih, dkk 2013), pendapatan keluarga diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dari seluruh anggota yang bekerja baik dari pertanian maupun dari luar pertanian. Variasi sumbangan pendapatan dapat terjadi disebabkan oleh jumlah anggota rumah tangga yang bekerja dan sumbangan terhadap rumah tangga. Sumbangan pendapatan dalam penelitian ini adalah sumbangan dari seluruh anggota keluarga yang bekerja yaitu pendapatan dari ibu rumah tangga sebagai pekerja konveksi dan suami yang bekerja sebagai pedagang perantau serta pendapatan sampingan dari hasil pertanian, sementara anggota keluarga lain (anak) masih dalam usia sekolah atau tidak bekerja. Pendapatan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang bersuami pedagang perantau di industri konveksi kelambu berbeda beda tergantung dari banyak sedikitnya jumlah kelambu yang dihasilkan dalam setiap bulanya.

B. Tenaga Kerja Perempuan Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga Kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003: 59). Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang tergolong angkatan kerja terdiri dari : (1) golongan kerja yang bekerja, dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang sedang duduk di bangku sekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga, dan (3) golongan lain-lain. (Suradjiman dan Toweula, 1997 : 53 dalam Qoriah, 2013). Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan).Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Di dalam GBHN 1988 dalam bidang peranan wanita dalam pembangunan bangsa, wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber instansi bagi pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria disegala bidang kehidupan bangsa dalam segenap kegiatan pembangunan (Banian, 2011).

Industri kecil sebagai bagian dari sektor informal memainkan peran penting dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Kebanyakan industri kecil, terutama yang dikerjakan di rumah banyak menyerap tenaga kerja wanita (Scolten, 1987 dalam Bambang Suratman, 2005). Salah satu jenis industri kecil rumah tangga adalah industri kecil konveksiyang sebagian besar tenaga kerjanya wanita. Maksudnya wanita sebagai pekerja industri rumah tangga merupakan gejala yang menarik dalam studi tentang wanita. Keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari peranan wanita. Sebagai pencari nafkah, sebagai tenaga kerja keluarga, yang bertugas mengerjakan pekerjaan domestik.bambang dan Mukhlis (2006 dalam Martini Dewi, 2012) mengatakan bahwa alasan lain yang dapat menimbulkan perempuan memilih bekerja sebagai pekerja sektor informal adalah tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan perempuan. Banyak tenaga kerja perempuan yang bekerja di industri khususnya industri konveksi. Ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja perempuan berpengaruh pada penerimaan sebagai tenaga kerja, maupun berpengaruh terhadap penerimaan upah, khususnya tentang ketrampilan menjahit. Ketrampilan menjahit didapat dari belajar sendiri di rumah karena di rumah mempunyai mesin jahit, ikut kursus, tapi sebagian besar diperoleh dari pengalaman selama bekerja sebelumnya maupun melalui pengarahan maupun proses pembelajaran langsung bekerja.

C. Kesejahteraan Keluarga 1. Pengertian Kesejahteraan Menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1 kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentramanlahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tingii hak-hak asasi serta kewajiban sesuai dengan pancasila. Kesejahteraan menggambarkan situasi kerja yang menunjukan kesuksesan, kemakmuran, dan meliputi juga kebahagiaan karena terdapatnya nasib yang baik. Dengan demikian sejahtera adalah kehidupan yang mendapat limpahan nikmat Allah yang bersifat materiil, sehingga terpenuhinya kebutuhan jasmani (Solih, 1991:14). 2. Pengertian Keluarga Sejahtera Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga, dengan masyarakat dan lingkungannya. Dalam membangun dan

mengembangkan keluarga sejahtera maka berbagai fungsi keluarga perlu dikembangkan dan diselenggarakan. Berbagai fungsi keluarga sejahtera yang perlu dikembangkan dan diselenggarakan meliputi: a. Fungsi agama Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal agama, dan sebagai tempat menanamkan dan menumbuhkan, serta mengembangkan nilai-nilai agama sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa. Dalam fungsi agama terdapat dua belas nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu meliputi iman, taqwa, kejujuran, tenggang rasa, rajin, kesalehan, ketaatan, suka membantu, disiplin, sopan santun, kesabaran, dan kasih sayang. b. Fungsi sosial budaya Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya setempat, selain itu keluarga juga diharapkan mampu menanamkan rasa memiliki terhadap budaya daerahnya tetapi tidak berlebihan sehingga mampu menghargai perbedaan budaya yang harus dijadikan rahmat bukan dijadikan bahan ejekan yang menyebabkan terjadinya permusuhan dan perpecahan. Dalam fungsi sosial budaya terdapat nilai dasar yang harus ditanamkan dalam keluarga yaitu meliputi gotong royong, sopan santun, kerukunan, paduli, kebersamaan, toleransi, dan kebangsaan.

c. Fungsi cinta dan kasih sayang Membimbing dan mendidik anak dengan penuh cinta kasih, menjadikan anak berkembang menjadi anak yang lembut, penuh kasih sayang dan bijaksana. Dalam fungsi cinta dan kasih sayang terdapat delapan nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu meliputi empati, akrab, adil, pemaaf, setia, suka menolong, pengorbanan, dan tanggung jawab. d. Fungsi perlindungan Keluarga sebagai tempat perlindungan bagi anggota keluarganya seperti harus memberikan rasa aman, tenang, dan tentram bagi anggota keluarganya. Dalam fungsi perlindungan terdapat lima nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu meliputi aman, pemaaf, tanggap, tabah, dan peduli. e. Fungsi reproduksi Salah satuu tujuan perkawinan adalah melestarikan keturunan, maka pengembangan keturunan menjadi tuntunan fitriah bagi manusia. Dalam fungsi reproduksi terdapat tiga nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu meliputi tanggung jawab, sehat, teguh. f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anakanaknya, selain berfungsi sebagai pendidik keluarga juga sebagai pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak baik

secara fisik, mental, soaial, dan spiritual. Dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan terdapat tujuh nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu meliputi percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, tanggung jawab, dan kerjasama. g. Fungsi ekonomi Pemenuhan kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan adalah kewajiban setiap orang tua, selain itu keluarga juga berkewajiban mendorong anggota keluarganya untuk hidup sederhana tidak berlebihan sehingga dapat menghargai usaha yang telah dilakukan orang tua untuk memperoleh penghasilan. Dalam fungsi ekonomi dan pendidikan terdapat lima nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu meliputi hemat, teliti, disiplin, peduli, dan ulet. h. Fungsi lingkungan Fungsi lingkungan sebagai penempatan diri untuk keluarga sejahtera dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang dinamis secara serasi, selaras, dan seimbang. Dalam fungsi lingkungan terdapat dua nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu meliputi bersih, dan disiplin (BKBPP, 2011).

D. Tahapan Keluarga Dalam pendataan keluarga Indonesia menurut BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) tahun 2011 diklasifikasikan menurut kelompok sebagai berikut: 1. Keluarga Pra Sejahtera Keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari indikator kebutuhan dasar keluarga (basic needs) seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. 2. Keluarga Sejahtera I Keluarga mampu memenuhi indikator kebutuhan dasar keluarga (sesuai kebutuhan dasar pada keluarga pra sejahtera) tetapi tidak memenuhi salah satu dari kebutuhan psikologis (psychological needs) keluarga seperti agama dan penghasilan. 3. Keluarga Sejahtera II Keluarga yang mampu memenuhi indikator kebutuhan dasar keluarga dan indikator psikologis keluarga, tetapi tidak memenuhi salah satu dari indikator kebutuhan pengembangan (develomental needs) keluarga seperti menabung, memperoleh informasi, komunikasi keluarga, dan kegiatan kemasyarakatan.

4. Keluarga Sejahtera III Keluarga yang mampu memenuhi indikator kebutuhan dasar keluarga, kebutuhan psikologis keluarga, kebutuhan pengembangan keluarga, tetapi tidak memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (self esteem) keluarga seperti memberikan sumbangan (kontribusi) materiil untuk kegiatan sosial, dan aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial atau yayasan, atau institusi masyarakat. 5. Keluarga Sejahtera III Plus Keluarga yang dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga pada keluarga Pra Sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, dan Sejahtera III Plus. E. Hasil Penelitian yang relevan Tin Fitri Azizah, 2004 tentang Sumbangan Ibu Rumah Tangga yang Bekerja di Industri Kecil Batik Tulis Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Buara Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis kuantitatif, dari penelitian yang dilakukan terhadap 35 ibu rumah tangga yang bekerja di industri kecil batik tulis. Sumbangan pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja di industri kecil batik tulis terhadap pendapatan keluarga adalah sebesar 23,16%. Hal ini berarti sumbangan ibu rumah tangga yang bekerja di industri batik tulis lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan keluarga terhadap pendapatan total keluarga.

Qoriah Nur Indah Sari, 2013 tentang Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Industri Bulu Mata Palsu Terhadap Pendapatan Keluarga dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Desa Karang Petir Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif, dari penelitian yang dilakukan terhadap 72 tenaga kerja industri bulu mata palsu. Terdapat hanya dua klasifikasi tingkat kesejahteraan keluarga yaitu keluarga sejahtera I dan keluarga sejahtera II. Keluarga sejahtera 1 berjumlah 29 orang atau 40,3% dan keluarga sejahtera II berjumlah 43 orang atau 59,7%. Kontribusi pendapatan tenaga kerja industri bulu mata palsu terhadap pendapatan keluarga sebesar 54,4% sedangkan kontribusi pendapatan tenaga kerja industri bulu mata palsu terhadap tingkat kesejahteraan keluarga sebesar 53,1% untuk keluarga sejahtera I dan 53,3% untuk keluarga sejahtera II.

Tabel 2.1. PerbedaanPenelitidenganpenelititerdahulu Nama Peneliti Tin Fitri Azizah, 2004 Qoriah Nur Indah Sari, 2013 Tujuan Analisis Data Hasil Mengetahui sumbangan ibu rumah tangga yang bekerja di industri kecil batik tulis terhadap pendapatan keluarga di Desa Buara Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga Mengetahui besarnya kontribusi pendapatan tenaga kerja Industri Bulu Mata Palsu terhadap pendapatan keluarga dan tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Karang Petir, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga Deskriptif kuantitatif Deskriptif kualitatif Sumbangan ibu rumah tangga yang bekerja di industri batik tulis lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan keluarga terhadap pendapatan total keluarga. Terdapat dua klasifikasi tingkat kesejahteraan keluarga yaitu keluarga sejahtera I dan keluarga sejahtera II. Kontribusi pendapatan tenaga kerja terhadap pendapatan keluarga sebesar 54,4% sedangkan kontribusipendapatan tenaga kerja terhadap tingkat kesejahteraan keluarga sebesar 53,1% untuk keluarga sejahtera I dan 53,3% untuk keluarga sejahtera II. Deti Wulandari, 2015 Untuk mengetahui sumbangan pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja di industri konveksi kelambu terhadap pendapatan keluarga perantau di Desa Sumampir Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga Deskriptif Kuantitatif Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan ibu rumah tangga dengan kesejahteraan keluarga di Desa Sumampir Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga.

F. Kerangka Berpikir Untuk mempermudah proses penelitian, peneliti menggunakan diagram alur sebagai berikut : Pendapatan Keluarga Pendapatan kepala keluarga Pendapatan ibu rumah tangga Pendapatan sampingan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Keluarga prasejahtera Keluarga sejahtera I Keluarga sejahtera II Keluarga sejahtera III Keluarga sejahtera III plus Gambar 2.1 diagram alir kerangka pikir

G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian tinjauan pustaka dan kerangka pikir diatas, maka penulis membuat suatu hipotesis yang sifatnya dugaan sementara objek penelitian yang perlu diuji kembali kebenaranya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat sumbangan positif antara pendapatan ibu rumah tangga pekerja konveksi dengan tingkat kesejahteraan keluarga perantau sebesar 10%.