BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" Setiap manusia memiliki. mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar adalah bagian dari system pendidikan yang merupakan lembaga pendidikan formal,

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak didik dikaruniai potensi kreatif sejak lahir. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan

PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 1 DIBAL NGEMPLAK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang handal dan mampu membangun bangsa. pasal 1, butir 14 tentang sistem pendidikan nasional PAUD adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik dan non fisik. Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

Transkripsi:

1 BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosial kultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Langkah pemerintah untuk mewujudkan UUD 1945 tersebut adalah dengan membuat UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada 1 butir 14 yang bunyinya : Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan untuk anak usia 0-6 tahun yang dilakukan dengan stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak siap untuk mengikuti pendidikan selan jutnya. Pada usia 0-6 tahun (menurut UU No. 20 Tahun 2003) atau 0-8 tahun (menurut para pakar) adalah usia keemasan/golden Ex Moment karena pada usia ini perkembangan otak percepatannya hingga 80 % dari keseluruhan otak orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh potensi dan kecerdasan serta dasardasar perilaku seseorang telah mulai terbentuk pada usia tersebut. Atas dasar ini disimpulkan bahwa untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkwalitas, pendidikan harus dilakukan sejak dini. Dan satu-satunya cara untuk memulainya adalah dengan menyelenggarakan lembaga pendidikan anak usia dini disingkat PAUD. 1

2 Di pendidikan formal seperti TK/RA atau yang setara terdapat 5 bidang pengembangan di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang terdapat dalam: 1. Pengembangan pembiasaan yang mencakup perkembangan nilai-nilai agama dan moral serta sosial, emosional dan kemandirian. 2. Pengembangan kemampuan dasar mencakup perkembangan bahasa, fisik motorik dan kognitif. Dari kedua bidang pengembangan tersebut tujuannya antara lain; nilai-nilai agama dan moral dimaan isi pembelajaran bertujuan menanamkan norma agama dan pembentukan akhlaq anak didik agar dapat berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan tempat tinggalnya, selain norma agama perkembangan sosial emosional anak didik senantiasa dibimbing agar siswa dapat mengatur keadaan emosi dan bisa menjalankan kehidupannya sebagai mahluk sosial. Perkembangan bahasa juga diberikan di pendidikan PAUD formal dari kemampuan berbahasa verbal maupun non verbal, dengan tujuan anak didik mampu memahami dan mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada anak didik. Perkembangan fisik anak juga diamati secara berkala dan berkesinambungan baik motorik halusnya ataupun motorik kasarnya, dengan tujuan kesehatan disik jasmaninya dapat berkembang secara optimal. Selanjutnya mengamati perkembangan kognitif anak didik, yang berkaitan dengan perkembangan kognitif seperti baca tulis, mengenal angka, sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kreatifitas, dan lain-lain. Kelima bidang pengembangan tersebut diberi stimulasi agar perkembangannya optimal sehingga anak akan mendapatkan keterampilan hidupnya.

3 Sebagian besar lembaga pendidikan selalu mengutamakan krecerdasan intelektual/iq saja padahal kreativitas penting, sebab kreativitas dan intelegensi sama-sama berperan dalam prestasi belajar. Kreativitas yang tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar. Kreativitas sangat di butuhkan karena banyak permasalahan serta tantangan hidup yang menuntut kemampuan adaptasi secara kreatif dan kepiawaian dalam mencari pemecahan masalah yang imajinatif. Torrance, dkk (1959), menyimpulkan bahwa kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak beda dalam prestasi sekolah dengan siswa yang intelegensinya tinggi. Setiap anak dilahirkan dengan perbedaan kemampuan bakat dan minat. Pendidik dan orang tua dalam mengarahkan belajar anak perlu memperhatikan masalah yang terkait dengan pemenuhan psikologis, perkembangan kreativitas, emosional dan motivasi anak. Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang. Pada dasarnya setiap manusia telah dikaruniai potensi bakat dan kreativitas sejak dilahirkan. Kreativitas ini dapat kita lihat melalui keajaiban alamiah seorang bayi dalam mengeksplorasi apapun yang ada di sekitarnya. Secara

4 alamiah seorang bayi selalu ingin tau serta antusias dalam menjelajahi dunia sekitarnya. Namun dalam kenyataannya, potensi kreativitas seseorang berkurang dari hari ke hari, hingga akhirnya hilang sama sekali. Anak yang pada awal kehidupannya sangat antusias dalam mencari tau, gemar bertanya, gemar berkarya, ketika masuk pendidikan anak usia dini kebanyak diantara mereka mulai dihadapkan pada tuntutan untuk menjadi anak yang manis dan penurut. Berbagai aturan yang belum perlu bermunculan yang dapat mengurangi kebebasannya dalam berkreasi dan mengekspresi diri. Pembelajaran untuk anak usia dini diberikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak dalam rangka menjembatani pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah. Masa kanak-kanak adalha masa yang peka untuk menerima berbagai rangsangan dari lingkungan guna menunjang perkembangan jasmani dan rohani. Masa anak adalah bermain, olah sebab itu kegiatan pendidikan diberikan melalui bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenagkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejaland engan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005:104) menyatakan bahwa Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

5 Kesulitan atau hambatan dalam mengembangkan kreativitas anak dapat berasal dari program apa yang seharusnya dikembangkan oleh guru, karakteristik guru seperti apa yang dapat mengembangkan kreativitas anak, serta strategi apa yang harus dilakukan oleh guru agar dapat memfasilitasi berkembangnya kreativitas anak. Upaya-upaya tersebut dapat dimulai dengan pemahaman para pendidik berkenaan dengan konsep dan aplikasi pengembangan bakat dan kreativitas anak usia dini. Selain itu secara umum orang lebihmengutamakan kecerdasan IQ saja padahal kreativitas penting, hal ini juga terjadi di kelas dimana kami mengajar. Dalam pengamatan kami anak didik di TK Pertiwi 02 Trucuk, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Tahun Ajaran 2013/2014, kreativitas anak masih rendah, hal ini dapat terlihat ketika mengerjakan tugas ketrampilan apapun masih banyak terlihat anak yang hanya mencontoh dan tidak berani/tidak mau mencoba nenambah bentuk lain dari contoh yang sudah ada. Selain itu anak didik banyak yang terlihat bosan, ngantuk, kurang tertarik, dan bahkan ada yang main sendiri saat mengerjakan ketrampilan seperti menggambar, mewarnai, menjiplak, menggunting atau ketrampilan lainnya. Padahal jika anak tidak bisa mengerjakan ketrampilan, hasil kegiatan atau prakarya anak dapat meningkatkan kecerdasan visual spesial anak. Dengan ketrampilan tangan anak dapat memanipulasi bahan, kreativitas dan imajinasi anak pun terlatih karenanya. Selain itu kerajinan tangan dapat membangun kepercayaan diri anak (menurut Yuliani Nurani Sujiono, dkk : 2008:6.20).

6 Berbagai upaya telah dilakukan guru dalam meningkatkan kreativitas anak didik, seperti menggambar di halaman, mewarnai gamabr yang sudah ada, dll. Akan tetapi belum didalam peningkatan kreativitas pada anak didik secara signifikan. Dari 15 anak didik hanya 3 siswa yang dapat mengerjakan tugas tanpa bantuan Guru, sedangkan yang lain masih dibantu Guru, hal ini berarti kreativitas siswa masih sangat rendah. Berdasarkan pengamatan masalah yang ada pada TK kami, langkah yang akan diambil peneliti agar kreativitas anak dapat meningkat adalah dengan metode bermain Finger Painting. Peneliti mencoba mencari jalan keluar masalah dengan upaya perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena masalah tersebut dapat menimbulkan masalah baru dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di TK yang kami kelola. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Potensi kreativitas anak terhadap perkembangan anak. 2. Penggunaan metode dan medi ayang kurang mempengaruhi kreativitas anak. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian di atas, pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan kreativitas anak TK dalam berkreasi dan berimajinasi dengan bermain finger painting.

7 2. Penggunaan finger painting dalam berkreasi untuk melukis dan menggambar. 3. Pencampuran warna dengan bermain finger painting. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah bermain Finger Painting dapat meningkatkan kreativitas Taman Kanak-kanak Pertiwi Trucuk 02, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014?. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan kemampuan kreativitas anak di Taman Kanak-kanak Pertiwi Trucuk 02 Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan kreativitas anak melalui bermain finger painting di Taman Kanak-kanak Pertiwi Trucuk 02 Tahun Ajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Menambah referensi bagi anak usia dini tentang pengembangan kreativitas dengan menggunakan media finger painting.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak Didik 1) Anak dapat mengembangkan kemampuan fisik m otorik halus. 2) Meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas. 3) Menarik minat anak dengan menggunakan media finger painting. b. Bagi Guru 1) Untuk memotivasi para guru Taman Kanak-kanak khususnya, agar terus berusaha memberikan model pembelajaran kepada anak didiknya jadi lebih menyenangkan. 2) Agar lebih kreatif dalam mengajar sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak monoton dan dapat menyenangkan bagi anak. 3) Dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. c. Bagi Sekolah 1) Dapat menyelesaikan masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah. 2) Pembelajaran di sekolah akan lebih bervariatif dan tidak menjenuhkan 3) Dapat mengembangkan metode baru dalam pembelajaran.