EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

Laju Pertumbuhan Kambing Anak Hasil Persilangan antara Kambing Boer dengan Peranakan Etawah pada Periode Pra-sapih

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

KAJIAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING PADA SISTEM PEMELIHARAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN ANDOOLO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

PENAMPILAN REPRODUKSI DOMBA LOKAL YANG DISINKRONISASI DENGAN MEDROXY PROGESTERON ACETAT PADA KONDISI PETERNAK DI KELURAHAN JUHUT, KABUPATEN PANDEGLANG

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN KACANG DENGAN PEJANTAN BOER (BOBOT LAHIR,BOBOT SAPIH DAN MORTALITAS)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

PERFORMAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI LOKASI AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

PENGAMATAN POTENSI REPRODUKSI KAMBING BETINA YANG DI PELIHARA SECARA TRADISIONAL DI DAERAH PESISIR KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) PADA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

KAJIAN EKONOMI PADA USAHA TERNAK KAMBING PERAH

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

PRODUKTIVITAS ANAK DOMBA GARUT DI DUA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH

PENGARUH JENIS SINKRONISASI DAN WAKTU PENYUNTIKAN PMSG TERHADAP KINERJA BERAHI PADA TERNAK KAMBING ERANAKAN ETAWAH DAN SAPERA

KID CROP KAMBING KACANG (Capra Hircus) di KABUPATEN KONAWE UTARA

PRODUKTIVITAS DAN NILAI EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING PERAH PADA SKALA KECIL

PRODUKTIVITAS INDUK DALAM USAHA TERNAK KAMBING PADA KONDISI PEDESAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah (PE) Sampai Umur 6 Bulan di Pedesaan

PERFORMAN EKONOMI KAMBING KABOER DAN KAMBING KACANG PADA KONDISI STASIUN PENELITIAN CILEBUT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

Usman Budi * Staf Pengajar Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

Analisis litter size, bobot lahir dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE)

BUDIDAYA TERNAK KAMBING PE DI LAHAN BEKAS GALIAN PASIR DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING DAN PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN

Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

PRODUKTIVITAS DAN POLA WARNA KAMBING KEJOBONG YANG DIPELIHARA OLEH PETERNAK KELOMPOK DAN PETERNAK INDIVIDU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda

KACANG GOATS DOE PRODUCTIVITY IN KEDUNGADEM SUB-DISTRICT BOJONEGORO REGENCY

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG DI KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : BTARA PRAMU AJI

Produktivitas Domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada Kondisi Lapang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

IDENTIFIKASI KELAYAKAN PROGRAM INSEMINASI BUATAN (IB) TERNAK DOMBA DI DAERAH KANTONG PRODUKSI DI KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

RINGKASAN PENDAHULUAN

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

KERAGAAN REPRODUKSI DAN PRODUKSI KAMBING GEMBRONG

KAJIAN PROFIL SOSIAL EKONOMI USAHA KAMBING DI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL DI KODYA KUPANG

Keunggulan Relatif Anak Hasil Persilangan antara Kambing Boer dengan Kacang pada Priode Prasapih

PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BANGSA-BANGSA KAMBING DI DESA KARANG ENDAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

EFISIENSI REPRODUKSI KAMBING PERANKAN ETAWA DI LEMBAH GOGONITI FARM DI DESA KEMIRIGEDE KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN BLITAR

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

Penampilan Reproduksi (Service Per Conception, Lama Kebuntingan Dan Selang Beranak) Kambing Boerawa Di Kecamatan Gedong Tataan Dan Kecamatan Gisting

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

Transkripsi:

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN (Reproduction Efficiency of Etawah Grade Ewes in Village Conditions) UMI ADIATI dan D. PRIYANTO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT This research was done to identify the reproduction rate of the ewes in order to study the reproduction efficiency Etawah grade which is raised in village. Research was done in two locations of very potential goat of Etawah grade source that are Donorejo village, Subdistrict Kaligesing, Regency Purworejo, Province of Central Java and Pasrujambe village, Subdistrict Pasrujambe, Regency Lumajang, Province of East Java in the year 2009. Cooperator farmer who are involved in this research as much 20 people in each location. Every cooperator farmer was interviewed directly using questioner, while for the data of livestock identification was obtained by direct observation into breeder cage holding doe of Etawah grade that were newly giving birth. Reproduction parameters were: litter size, birth type, kidding interval, pre-weaning mortality. Result in field indicated that farmers raised the does up to parity 6. The average litter size in Pasrujambe village was 2.42 head, which was higher than that of Donorejo village which only reach 1.84 head. Average kidding interval was longer in Donorejo village (9.20 month) compared that of Pasrujambe village (8.95 month) and preweaning mortality relatively low in both locations, namely: 6.9% at Donorejo village and 8.4% Pasrujambe village. Calculated reproduction rate obtained was higher at Pasrujambe village compared to that of Donorejo village (2.96 headl vs 2.22 head). It is an indication that does performance in Pasrujambe village is better compared to to that in Donorejo village. Key words: Reprodution Rate of the Ewes, Etawah Grade ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menghitung nilai laju reproduksi induk (LRI) yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi reproduksi dari induk-induk kambing PE yang di pelihara di pedesaan. Penelitian dilakukan di dua lokasi sumber bibit kambing PE yang sangat potensial yaitu di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dan Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Propinsi Jawa Timur pada tahun 2009. Petani kooperator yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang di masing-masing lokasi. Setiap petani kooperator diwawancara langsung dengan mengisi kuesioner, sedangkan untuk data identifikasi ternak diperoleh dengan cara pengamatan langsung di kandang peternak yang memiliki induk kambing PE telah beranak. Parameter reproduksi yang diamati antara lain: jumlah anak sekelahiran (JAS), tipe kelahiran, jarak beranak dan tingkat kematian anak periode pra sapih. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemeliharaan induk yang dilakukan peternak sampai pada paritas ke-6, dengan rataan jumlah anak sekelahiran (litter size) kambing PE di Desa Pasrujambe (2,42 ekor) lebih tinggi dibanding desa Donorejo yang hanya mencapai 1,84 ekor, rataan jarak beranak lebih panjang di desa donorejo (9,20 bulan) dibandingkan dengan di desa Pasrujambe (8,95 bulan) dan kematian anak prasapih relatif rendah di dua lokasi pengamatan yaitu 6,9% pada desa Donorejo dan 8,4% desa Pasrujambe. Nilai laju reproduksi induk hasil perhitungan yang diperoleh di desa Pasrujambe lebih tinggi sedikit dibanding desa Donorejo (2,96 ekor vs 2,22 ekor). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penampilan induk-induk di lokasi pengamatan desa Pasrujambe terlihat lebih bagus dibandingkan dengan di desa Donorejo. Kata Kunci: Laju Reproduksi Induk, Kambing PE 482

PENDAHULUAN Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan ternak kambing lokal yang telah beradaptasi baik dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Namun sampai saat ini penyebaran kambing PE ini masih sangat terbatas dengan total populasi sekitar 14 juta ekor, tersebar tidak merata diseluruh wilayah Indonesia dan hanya 57% dari populasi tersebut ada di Pulau Jawa dan Madura (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 2006). Kambing PE termasuk kambing tipe dwiguna (produksi daging dan susu), sehingga pengembangan ternak ini secara luas akan dapat meningkatkan status gizi masyarakat di pedesaan. Tingginya tingkat kematian kambing anak pada fase prasapih dan pascasapih serta rendahnya laju pertambahan bobot hidup, merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya laju produksi kambing. Banyak faktor yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut, disamping faktor genetik, faktor lingkungan terutama pakan yang dikonsumsi sangat berpengaruh. Ketersediaan pakan yang tidak berkesinambungan serta rendahnya kualitas pakan menyebabkan kambing akan kekurangan suplai nutrisi yang diperlukan untuk dapat mengekspresikan potensi genetik yang dimiliki. Selain itu sebagai ternak perah manajemen pemeliharaan anak sejak lahir menjadi sangat penting mengingat terjadinya dua kepentingan yaitu produksi susu untuk dijual/dikonsumsi dan kebutuhan susu untuk anaknya. Kambing PE, sebagai ternak kambing tipe dwiguna tingkat produktivitasnya masih rendah. Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitasnya perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan pendekatan perbaikan manajemen pemeliharaan induk dan anak kambing agar tingkat kematian anak dapat ditekan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai laju reproduksi induk (LRI) yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi reproduksi dari induk-induk kambing PE yang di pelihara di pedesaan. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di dua lokasi sumber bibit kambing PE yang sangat potensial yaitu di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dan Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Propinsi Jawa Timur pada tahun 2009. Pertimbangan dipilihnya lokasi penelitian tersebut adalah: (1) pada daerah tersebut merupakan sumber populasi kambing PE terbanyak; dan (2) sumber pakan hijauan yang tersedia cukup baik. Petani kooperator yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang di masing-masing lokasi. Setiap petani kooperator diwawancara langsung dengan mengisi kuesioner, sedangkan untuk data identifikasi ternak diperoleh dengan cara pengamatan langsung di kandang peternak yang memiliki induk kambing PE telah beranak. Untuk mengetahui efisiensi reproduksi maka diperlukan data-data atau faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah jumlah anak sekelahiran, selang beranak dan mortalitas karena efisiensi reproduksi dapat dinyatakan dengan laju reproduksi induk (LRI) yaitu dengan cara menghitung rataan jumlah anak hidup sampai sapih per induk per tahun. Laju reproduksi induk secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (GATENBY, 1986): LS (1-M) LRI: SB (ekor anak sapih/induk/tahun) dimana: LS: litter size (jumlah anak sekelahiran/induk) M: mortalitas SB: selang beranak (tahun) Parameter reproduksi yang diamati antara lain: jumlah anak sekelahiran (JAS), tipe kelahiran, jarak beranak dan tingkat kematian anak periode pra sapih. HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja reproduksi induk kambing PE Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase kejadian induk kambing PE beranak kembar lebih banyak dibanding beranak tunggal di desa Donorejo, demikian pula hal yang sama terjadi di desa Pasrujambe. Persentase kelahiran anak tunggal, kembar dua dan kembar lebih dari dua di desa Donorejo masing-masing. 483

Tabel 1. Kinerja reproduksi kambing PE induk pada dua lokasi pengamatan Lokasi Paritas 1 2 3 4 5 6 Rataan Desa Donorejo Jumlah induk (ekor) 47 31 19 11 7 4 Jumlah anak lahir (ekor) 60 57 36 21 13 9 Jumlah anak sapih (ekor) 58 58 35 21 13 8 Jumlah anak sekelahiran 1,28 1,84 1,89 1,91 1,86 2,25 1,84 Persentase beranak (%) 1 72,34 19,35 21,05 9,09 14,29 25,00 26,85 2 27,66 77,42 68,42 90,91 85,71 50,00 66,69 > 2-3,23 10,53 - - 25,00 12,92 Tingkat kematian prasapih (%) 1 3,33 1,75 2,78 - - - 2,62 2 - - - - - - - > 2 - - - - - 11,11 11,11 Desa Pasrujambe Jumlah induk (ekor) 50 32 16 8 2 1 Jumlah anak lahir (ekor) 84 64 35 17 5 4 Jumlah anak sapih (ekor) 76 58 35 16 2 4 Jumlah anak sekelahiran 1,68 2,0 2,19 2,13 2,5 4 2,42 Persentase beranak 1 42,00 15,63 12,50 - - - 23,38 2 48,00 71,87 62,50 87,5 50,00-63,97 > 2 10,00 12,50 25,00 12,5 50,00 100 35,00 Tingkat kematian prasapih (%) 1 1,19 - - - - - 1,19 2 3,57 1,56-5,88 60-17,75 > 2 4,76 7,81 - - - - 6,29 26,85; 66,69 dan 12,92%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan di desa Pasrujambe yang hanya persentase kalhiran tunggal sebesar 23,38% dan kembar dua 63,97%, akan tetapi persentase kelahiran kembar ldiatas dua lebih rendah yaitu 35%. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa pemeliharaan induk yang dilakukan peternak sampai pada paritas ke 6 (maksimal melahirkan 6 kali). Berdasarkan hasil penelitian terhadap rataan jumlah anak sekelahiran (litter size) kambing PE di desa Pasrujambe lebih tinggi (2,42) dibandingkan dengan desa Donorejo yang hanya mencapai 1,84 (Tabel 1). Hasil yang didapat lebih tinggi dibanding dengan laporan SUBANDRIYO et al. (1995) yang mengamati jumlah anak sekelahiran kambing PE didaerah sumber bibit Purworejo yakni sebesar 1,71 ekor. Keadaan ini didukung oleh hasil penelitian ADIATI et al. (2001) di stasiun percobaan pada kambing PE induk dengan jumlah anak sekelahiran sebesar 1,65. Berdasarkan pengamatan di dua lokasi terlihat bahwa ada kecenderungan semakin meningkatnya paritas induk maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah anak sekelahiran, 484

selain itu jumlah anak sekelahiran cenderung meningkat pula dengan meningkatnya umur induk 2 6 tahun (SETIADI, 1995). Jarak beranak induk kambing PE Hasil pengamatan jarak beranak yang dilaporkan terlihat bahwa rataan jarak beranak sedikit lebih panjang di desa donorejo (9,20 bulan) dibanding di desa Pasrujambe yaitu 8,95 bulan (Tabel 2). Kondisi ini terjadi karena peternak di desa Donorejo cenderung sengaja memperpanjang perkawinan ternaknya setelah melahirkan, dengan alasan memberikan susu pada anak secara optimal agar dicapai pertumbuhan anak yang maksimal dan siap untuk dijual dengan harga tinggi. Pertimbangan agar pertumbuhan anak cepat besar adalah prioritas peternak karena penjualan ternak dilakukan umum saat lepas sapih, sehingga akan lebih cepat dalam mendapatkan uang tunai. Berbeda dengan peternak di Desa Pasrujambe perkawinan yang tepat adalah yang diutamakan oleh peternak karena di beberapa peternak sudah dilakukan pemerahan susu kambing dan sudah ada kelembagaan kelompok yang menangani pemasaran. Mortalitas anak Kematian anak prasapih relatif rendah di dua lokasi pengamatan yaitu 6,9% pada desa Donorejo dan 8,4% desa Pasrujambe. Hasil ini sangat baik sekali dibandingkan hasil penelitian di stasiun percobaan dengan angka kematian mencapai 28,57% (ADIATI et al., 2001) dan 23,7% (SUTAMA et al., 1999). Ini menandakan bahwa manajemen pemeliharaannya sudah sangat baik sehingga tingkat kematian anak dapat ditekan sekecil mungkin karena di desa Donorejo anak kambing PE disapih sampai umur 4 bulan sehingga anak sudah cukup kuat, selain itu anak kambing sangat tergantung kepada susu induknya. DEVENDRA dan BURN (1994) menyatakan bahwa anak kambing sepenuhnya tergantung pada susu induk sampai kurang lebih 7 8 minggu setelah lahir. Laju reproduksi induk Dari data reproduksi ternak kambing yang dihasilkan di atas dapat dinyatakan bahwa rataan jumlah anak sekelahiran di desa Donorejo sebesar 1,84 ekor dengan laju mortalitas anak pra-sapih sebesar 6,9 persen dan selang beranak sebesar 9,20 bulan maka laju reproduksi induk berdasarkan komponen reproduksi tersebut dapat diperkirakan sebesar 2,22 ekor anak sapih/induk/tahun, sedangkan di desa Pasrujambe dengan rataan jumlah anak sekelahiran 2,42 ekor, laju mortalitas 8,4 persen dan selang beranak 8,95 bulan maka diperoleh nilai laju reproduksi induknya sebesar 2,96 ekor. Disini terlihat bahwa nilai kuantitatif penampilan induk-induk di lokasi pengamatan desa Pasrujambe terlihat lebih bagus dibanding di desa Donorejo, hal tersebut akibat lebih tingginya jumlah anak sekelahiran yang didapat dan selang beranak yang lebih pendek, walaupun mortalitas anak masih lebih tinggi terjadi di desa Pasrujambe. Penampilan laju reproduksi induk tersebut juga ditentukan adanya keinginan peternak dalam pengembangan kambing PE, dimana di desa Donorejo hasil produksi anak benar-benar dipersiapkan sebagai ternak bibit sehigga penampilan anak adalah pertimbangan utama sehingga anak dapat dijual dengan harga tinggi. Tabel 2. Data Jarak beranak berdasarkan paritas induk di lokasi pengamatan (bulan) Lokasi Kel. 1 2 Kel. 2 3 Kel. 3 4 Kel. 4 5 Rataan Desa Donorejo 9,52 + 2,08 (n = 31) Desa Pasrujambe 8,86 + 0,74 (n = 29) 9,26 + 1,59 (n = 19) 8,93 + 0,27 (n = 14) 9,27 + 1,19 (n = 11) 9,00 + 0 (n = 7) 8,75 + 0,71 (n = 8) 9 + 0 (n = 1) 9,20 + 1,39 (n = 69) 8,95 + 0,34 (n = 51) 485

KESIMPULAN Dari hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa penampilan induk-induk di lokasi pengamatan Desa Pasrujambe terlihat lebih bagus dibandingkan dengan di Desa Donorejo, yang terlihat dari nilai hasil perhitungan LRI yaitu sebesar 2,96 ekor vs 2,22 ekor didesa Donorejo. DAFTAR PUSTAKA ADIATI, U., HASTONO, I-K. SUTAMA, D. YULISTIANI dan I-G.M. BUDIARSANA. 2001. Pemberian konsentrat dengan level protein yang berbeda pada induk kambing PE selama bunting tua dn laktasi. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17 18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 247 255. DEVENDRA, C. dan M. BURN. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan Harya Putra. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung. GATENBY, R.M. 1986. Sheep Production In The Tropic and Sub Tropic. Tropical Agricultural Series. Longman, London and New York. SETIADI, B., SUBANDRIYO and L.C. INIGUEZ. 1995. Reproductive performance of small ruminants in an Outreach Pilot Project in West Java. JITV 1(2):73 80. SUBANDRIYO, B. SETIADI, D. PRIYANTO, M. RANGKUTI, W.K. SEJATI, D. ANGGRAENI, R.S.G. SIANTURI, HASTONO dan S.B. OLAN. 1995. Analisis potensi kambing Peranakan Etawah dan sumber daya di daerah sumber bibit pedesaan. Laporan Hasil Penelitian di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo. Puslitbang Peternakan, Bogor. SUTAMA, I-K., R. DHARSANA, B. SETIADI, U. ADIATI, R.S.G. SIANTURI dan I-G.M. BUDIARSANA. 2000. Respon fisiologi dan produktivitas kambing Peranakan Etawah yang dikawinkan dengan kambing Saanen. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 19 Oktober 1999. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 224 235. 486