Aditya Moch Saleh Novaardi, Subagsono dan Husin Bugis

dokumen-dokumen yang mirip
Dwiki Muda Yulanto, Husin Bugis, & Subagsono

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

: exhaust gas emissions of CO and HC, electric turbo, modified of air filter

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

PENGARUH PENGGUNAAN STABILISER TEGANGAN ELEKTRONIK DAN VARIASI BUSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

PENGGUNAAN ELEKTROLISER KAWAT TEMBAGA DAN VARIASI LARUTAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO TAHUN 2010

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP TRANSVERSAL PADA UPPER TANK

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian

PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

ELEKTROLISIS UNTUK EFISIENSI BAHAN BAKAR BENSIN DAN PENINGKATAN KUALITAS GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

BAB IV PENGUJIAN ALAT

Keywords: exhaust gas emissions of CO and HC, premium, pertamax, pertamax plus, compression ratio.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

K BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN BUSI PIJAR SEBAGAI PEMANAS DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z TAHUN 2008

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

PENGARUH PENGGUNAAN TIPE ELEKTROLISER DAN JENIS LARUTAN PADA HYDROGEN ECO BOOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR 4 TAK

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

Spesifikasi Bahan dan alat :

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

KAJIAN PENGARUH BAHAN BAKAR PREMIUN PERTAMAX, PERTAMAX PLUS DAN VAREASI RASIO KOMPRESI TERHADAP KADAR EMISIS GAS BUANG CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL DAN BUSI RACING DENGAN JENIS BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOBIL SUZUKI VITARA TIPE JLX 1994

BAB I PENDAHULUAN. mesin kalor. (Kiyaku dan Murdhana, 1998). tenaga yang maksimal. Pada motor bensin pembakaran sempurna jika

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

Pengaruh Tabung Evaporasi Pada Instalasi Generator Hidrogen. Terhadap Kandungan Polutan Gas Sisa Pembakaran Pada Motor Statis Honda Supra

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

BAB III METODE PENELITIAN

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun

PENGARUH PERUBAHAN WAKTU PENGAPIAN (IGNITION TIMING)

ANALISIS PENGGUNAAN X POWER

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

ABSTRACT. Keywords: exhaust gas emissions of CO and HC, premium, pertamax, pertamax plus, compression ratio

KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK SPESIFIK UNTUK REDUKSI EMISI GAS BUANG O 2 MOTOR BAKAR (SEPEDA MOTOR) 4 TAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.2.3 Persentil Konsep Perancangan dan Pengukuran Concept Scoring Hidrogen Karbon Monoksida 2-25

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Joko Sriyanto, MT. (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif F.T. UNY)

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

PENGARUH PEMASANGAN GROUNDSTRAP

PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT KALIUM HIDROKSIDA (KOH) PADA GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA & EMISI GAS BUANG MESIN SUPRA X PGMFi 125 cc

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung

a. Harga minyak dunia naik BBM dalam negeri naik

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS BUSI

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

Oleh : Gunadi, S.Pd NIP

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PENGARUH VARIASI WAKTU PENGAPIAN DAN VOLUME LARUTAN

Keywords: Two sparking plugs, engine rotation, and CO exhaust emission.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

Nurbudi Cahyono, Drs. Subagsono, M.T., Basori, S.Pd.,M.Pd.

PENGARUH PENGGUNAAN ELEKTROLISER TERHADAP DAYA DAN PENGHEMATAN KONSUMSI BAHAN BAKAR BENSIN PADA MESIN SEPEDA MOTOR

Pengujian Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah

PENGARUH PENGGUNAAN TURBO ELEKTRIK DAN SARINGAN UDARA MODIFIKASI TERHADAP KADAR EMISI GAS BUANG CO DAN HC SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2009

PENGARUH PENGGUNAAN BUSI PIJAR SEBAGAI PEMANAS BAHAN BAKAR

Jurnal Teknik Mesin UMY

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

Analisis emisi gas buang dan daya sepeda motor pada volume silinder diperkecil

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

KAJI EKSPERIMEN: PENAMBAHAN ELEKTROLISER PADA SEPEDA MOTOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR SPESIFIK DAN PERUBAHAN KADAR EMISI GAS BUANG

PENGARUH PENGGUNAAN ELEKTROLISER KAWAT TEMBAGA DAN JENIS BUSI TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR HONDA BEAT TAHUN 2010

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI WAKTU PENGAPIAN DAN VOLUME LARUTAN ELEKTROLIT PADA ELEKTROLISER TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC SUPRA X 125 TAHUN 2007 SEBAGAI MATERI TAMBAHAN PADA MATA KULIAH MOTOR BAKAR Aditya Moch Saleh Novaardi, Subagsono dan Husin Bugis Prodi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, FKIP, UNS Kampus UNS Pabelan JL. Ahmad Yani 200, Surakarta, Telp/Fax (0271)718419/716266 Email : twoclick.ardi@gmail.com ABSTRACT The purpose of this reseacrch are to: (1) Investigate the effect of using electrolyzer with variety of electrolyte volume to exhaust gas emissions CO and HC Supra X 125 in 2007 Motorcycles. (2) Investigate the effect of modified ignition timing to exhaust gas emissions CO and HC Supra X 125 in 2007 Motorcycles. (3) Investigate the effect of comparing electrolyte volume on electrolyzer and modified ignition timing to amount exhaust gas emissions CO and HC Supra X 125 in 2007 Motorcycles. This research was used experimental methods. The research was conducted at the Laboratory of Automotive Mechanical Engineering Education Program, JPTK, FKIP, UNS Surakarta to the address on Ahmad Yani Street No. 200 Kartasura. The equipment that was used to measure CO and HC exhaust gas emissions was gas analyzer STARGAS 898 type. The population in this research was Supra X 125 in 2007 Motorcycle and sample in this research was Supra X 125 in 2007 Motorcycle with JB51E1915937 engine number. This research was analyzed using descriptive data analysis. This research was using variety of electrolyte volume: without electrolyzer, 300 cc, and 500 cc volume electrolyte of electrolyzer. This research were using 3 variations ignition timing which are magnet with a standard ignition timing (15 0 BTDC), 2 0 and 4 0 advanced ignition timing. Based on the results of this study concluded that the addition of electrolyzer with advanced ignition timing can reduce exhaust gas emissions CO and HC significantly. The lowest exhaust gas emissions level of CO is 0.558 %, produced in electrolyzer with 500 cc electrolyte volume and 17 0 before TDC ignition timing. The lowest exhaust gas emissions level of HC is 137,667 ppm, produced in electrolyzer with 500 cc electrolyte volume and 19 0 before TDC ignition timing. Keywords : Ignition Timing, Electrolyzer, Electrolyte Volume, Exhaust Gas Emissions CO and HC.

PENDAHULUAN Semakin banyak sepeda motor dari berbagai pabrikan di pasaran. Menurut data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), total penjualan sepeda motor secara Nasional selama tahun 2013 mencatatkan angka sebanyak 7.771.014 unit atau mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 sebesar 8,81 persen (Berita Satu: 2014). Penggunaan BBM (bensin) yang selalu mengalami peningkatan, tentulah polusi udara akibat emisi gas buang kendaraan juga meningkat. Perkiraan polusi akibat emisi gas buang kendaraan dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Perkiraan Persentase Komponen Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia. Komponen Pencemar Persentase CO 70,50 % NOx 8,89 % SOx 0,88 % HC 18,34 % Partikel 1,33 % Total 100 % (Sumber: Wisnu Arya Wardhana, 2004: 33) Unsur Karbon Monoksida hasil pembakaran bersifat racun bagi darah manusia pada saat pernafasan, sebagai akibat berkurangnya oksigen pada jaringan darah. Jumlah CO yang sudah mencapai jumlah tertentu/jenuh di dalam tubuh maka akan menyebabkan kematian. Besarnya emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor tidak boleh melebihi standar baku yang dikeluarkan oleh pemerintah, sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No: KEP- 35/MENLH/10/1993 mengenai ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor yaitu sebesar 4,5 % CO dan 3000 ppm HC untuk sepeda motor dua tak, serta 4,5 % CO dan 2400 ppm HC untuk sepeda motor empat tak. Penambahan alat elektroliser pada sepeda motor diharapkan mampu menurunkan emisi gas buang. Cara kerjanya sesuai dengan elektrolisis air yaitu proses penguraian molekul air (H2O) menjadi Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) dengan menggunakan energi listrik. Pada penelitian ini akan dilakukan studi eksperimen pada elektroliser dengan memvariasikan volume larutan elektrolit. Larutan elektrolit yang akan digunakan adalah air dengan Katalis KOH. Penggunaan Katalis KOH dikarenakan efektif dalam mempercepat reaksi (Suyuti, 2010). Variasi volume larutan elektrolit yang digunakan adalah 300 cc, dan 500 cc. Gas Hidrogen Hidrogen Oksigen (HHO) merupakan gas yang dihasilkan dari sistem elektrolisis. Hidrogen bersifat eksplosif dan oksigen mendukung pembakaran. Gas tersebut akan memperkaya campuran bahan bakar di dalam silinder, sehingga nilai oktan dari bahan bakar akan meningkat. Oleh karena itu, perlu mengatur waktu pengapian, sehingga waktu pengapiannya lebih tepat.

Dengan dimajukan dari standarnya, diharapkan proses perambatan api di dalam silinder berlangsung lebih lama dan campuran bahan bakar terbakar habis. Akan tetapi apabila waktu pengapian terlalu maju maka dapat menyebabkan detonasi/knocking. Berdasarkan hal tersebut pengujian yang dilakukan dengan waktu pengapian maju 2 0 dan 4 0 dari standarnya (15 0 sebelum TMA). Hasil penelitian ini pada akhirnya juga akan dibuat menjadi bahan ajar sebagai tambahan materi pada mata kuliah motor bakar. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasanbatasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. KAJIAN TEORI Bahan Bakar Pada umumnya, bensin yang paling banyak digunakan adalah premium. Nilai oktan yang harus dimiliki oleh bahan bakar ditampilkan dalam tabel 2 berikut. Tabel 2. Nilai Oktan Bahan Bakar Jenis Angka Oktan Minimum Premium 88 88 RON Pertamax 94 RON Pertamax Plus 95 RON (Sumber: Trio Bagus Purnomo, 2013:15) Sistem Pengapian Pada sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007 menggunakan sistem pengapian listrik arus searah dengan CDI (Capasitive Discharge lgnition). Cara kerja sistem pengapian CDI dengan arus DC yaitu pada saat kunci kontak di ON-kan, arus akan mengalir dari baterai menuju sakelar. Sakelar ON maka arus akan mengalir ke kumparan penguat arus dalam CDI yang meningkatkan tegangan dari baterai (12 Volt DC menjadi 220 Volt AC). Selanjutnya, arus disearahkan melalui dioda dan kemudian dialirkan ke kondensor untuk disimpan sementara. Akibat putaran mesin, pick up coil menghasilkan arus yang kemudian mengaktifkan SCR, sehingga memicu kondensor/kapasitor untuk mengalirkan arus ke kumparan primer koil pengapian. Pada saat terjadi pemutusan arus yang mengalir pada kumparan primer tersebut, maka timbul tegangan induksi pada kedua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder dan menghasilkan loncatan bunga api pada busi untuk melakukan pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Uraian tentang komponen sistem pengapian tersebut sebagai berikut. 1. Magnet Pada magnet terdapat tonjolan yang biasa disebut triger magnet. Triger magnet digunakan sebagai sensor gerakan untuk mengatur waktu pengapian. Sensor berupa pulser (pick up coil) akan membaca tonjolan (triger magnet) yang terdapat

pada sisi luar plat dudukan magnet. 2. CDI CDI (Capasitive Discharge lgnition) berfungsi untuk memutus arus. Sistem pengapian CDI memperkenalkan sistem pengaturan pengapian secara elektronik sehingga tidak perlu ada penyetelan untuk mengubah waktu pengapian. 3. Ignition Coil Ignition Coil berfungsi untuk mengubah listrik tegangan rendah dari baterai dengan tegangan 12 volt menjadi listrik tegangan tinggi yang mencapai 10.000 volt atau lebih. 4. Busi Busi berfungsi untuk menghasilkan loncatan bunga api listrik pada celah elektroda busi. Waktu Pengapian Waktu pengapian adalah saat terjadinya percikan bunga api pada busi beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA) pada akhir langkah kompresi. Saat busi memercikkan bunga api, maka diperlukan waktu untuk merambat di dalam ruang bakar. Oleh sebab itu akan terjadi sedikit keterlambatan antara awal pembakaran dengan pencapaian tekanan pembakaran maksimum. Dengan demikian, agar diperoleh output maksimum pada motor dengan tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi (sekitar 10 o setelah TMA), periode perambatan api harus diperhitungkan pada saat menentukan waktu pengapian (ignition timing). Berdasarkan hal tersebut, maka campuran bahan bakar dan udara harus sudah dibakar sebelum TMA. Kecepatan perambatan api umumnya kurang dari 10-30 m/detik. Panas pembakaran dari TMA diubah dalam bentuk kerja dengan efisiensi yang tinggi. Kelambatan waktu akan menurunkan efisiensi dan ini disebabkan rendahnya tekanan akibat pertambahan volume dan waktu penyebaran api yang terlalu lambat. Apabila waktu pengapian dimulai dari awal sebelum TMA (menjauhi TMA), tekanan hasil pembakaran akan meningkat sehingga gaya dorong torak meningkat. Jika waktu pengapian dimundurkan (mendekati TMA), maka tekanan hasil pembakaran maksimum lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan hasil pembakaran maksimum pada saat waktu pengapian standar. Elektroliser Alat yang digunakan untuk menguraikan air disebut dengan elektroliser (electrolyzer). Di dalam elektroliser, air (H 2 O) dipecah menjadi gas HHO atau sering disebut sebagai brown gas. Elektroliser menghasilkan hidrogen dengan cara mengalirkan arus listrik pada media air yang mengandung larutan elektrolit. Proses elektrolisis ini memerlukan elektroda sebagai tempat proses oksidasi dan proses reduksi. Elektroda yang dipakai adalah plat stainless steel, karena plat stainless steel bersifat tahan korosi. Arus yang

dialirkan menuju elektroliser ini bersumber dari alternator dan disearahkan oleh rectifier. Suplai tegangan dari rectifier di-jumper dari kabel warna merah untuk sistem pengisian sepeda motor pada baterai. Suplai tegangan dari rectifier ini besarnya 12 V dan akan terbagi merata ke setiap plat yang disusun secara seri, sehingga tidak akan menimbulkan panas berlebihan. Plat stainless steel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 8. Gambar 1 berikut menunjukkan penyusunan plat stainless steel pada elektroliser. semakin besar konsentrasi suatu larutan pereaksi, maka akan semakin besar pula laju reaksi. Brown gas merupakan bahan bakar yang kuat (powerfull), bersih, dan mengurangi secara signifikan emisi gas buang. Brown gas yang diproduksi oleh elektroliser dialirkan ke dalam intake manifold, sehingga bercampur dan berikatan dengan rantai karbon dari bahan bakar. Gambar 2 berikut merupakan saluran masuk brown gas pada intake manifold melalui saluran membran. + - Gambar 1 Susunan Plat Stainless Steel Larutan elektrolit digunakan untuk menghasilkan gas HHO pada proses elektrolisis. Elektrolit terdiri atas air murni atau air destilasi dan katalisator. Katalis yang digunakan pada proses elektrolisis menggunakan Kalium Hidroksida (KOH) atau soda kue. Pemilihan KOH sebagai katalis karena dari segi reaksi kimia untuk proses elektrolisis, KOH bisa mempercepat reaksi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Suyuti (2010) yang menunjukkan bahwa penambahan Katalisator KOH akan mempengaruhi konsentrasi larutan elektrolit, dimana Gambar 2. Saluran Brown Gas pada Intake Manifold Reaksi kimia saat gas brown bercampur dengan bahan bakar dan udara dapat dituliskan sebagai berikut: C 8 H 18 + 9O 2(g) + HHO (g) 9H 2 O (g) +4CO 2(g) + 2CO (g) + 2HC (g) Gas Hidrogen Hidrogen Oksigen (HHO) yang mempunyai nilai oktan lebih tinggi yaitu 130, secara otomatis akan meningkatkan kalor bahan bakar (bensin). Semakin tinggi nilai oktan suatu bahan bakar, daya ledak yang dihasilkan akan lebih dahsyat. Efek ledakan tersebut membuat tenaga mesin akan meningkat dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih irit. Pada

kendaraan dengan sistem karburator, perlu mengubah waktu pengapiannya untuk mencapai penghematan bahan bakar yang maksimum. Emisi Gas Buang Emisi gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran pada kendaraan bermotor dapat bersifat racun dan membuat efek negatif. Idealnya, pembakaran dalam mesin menghasilkan pembuangan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Menurut Davis and Masten (2004:37) menyatakan bahwa...the most widely used automobile fuel is gasoline. One of the compounds found in gasoline is octane. If octane is burned completely, only water and carbon dioxide are formed. The equation describing this reaction is 2 C 8 H 18 + 25 O 2 16 CO 2 + 18 H 2 O... Sedangkan gas buang merupakan racun hasil pembakaran motor bakar yang terjadi dengan tidak sempurna. Sebagai contoh bahan bakar bensin merupakan penghasil emisi gas buang yang berbahaya terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia. Karbon monoksida (CO) merupakan salah satu gas yang terbentuk akibat adanya suatu pembakaran yang tidak sempurna. Gas karbon monoksida mempunyai ciri yang tidak berbau, tidak terasa, serta tidak berwarna. Selain gas CO juga terdapat gas lainnya seperti Hidrokarbon (HC). Potensi pancaran gas hidrokarbon terdapat pada proses penguapan bahan bakar pada bak mesin, ruang pelampung karburator, tanki bensin, serta kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dan torak yang masuk ke dalam poros engkol yang biasa disebut blow by gases (gas lalu). Seperti yang dikatakan Arcadio P. Sincero dan Gregoria P. Sincero (1996:488) blow by gases may contain NOx and CO, but mostly hydrocarbon. Bahan Ajar Hasil penelitian ini pada akhirnya juga akan dibuat menjadi bahan ajar sebagai tambahan materi pada mata kuliah motor bakar. Dengan adanya bahan ajar, dosen akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu memaparkan secara jelas hasil eksperimen di laboratorium terhadap sejumlah benda uji, kemudian data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. (Sugiyono, 2007: 72). Sampel dalam penelitian ini adalah sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007 dengan nomor mesin JB51E1915937 yang menggunakan bahan bakar minyak dengan jenis premium. Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya emisi gas buang CO dan HC adalah gas analyzer tipe 898 OTC Stargas Global Diagnostic. Tahap eksperimen dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

Sepeda Motor Supra X 125 Tahun 2007 Engine Tune Up Waktu Pengapian 15 0 Sebelum TMA 17 0 Sebelum TMA 19 0 Sebelum TMA Tanpa Elektroliser Elektroliser volume 300 cc Elektroliser volume 500 cc Tanpa Elektroliser Elektroliser volume 300 cc Elektroliser volume 500 cc Tanpa Elektroliser Elektroliser volume 300 cc Elektroliser volume 500 cc Emisi gas buang CO dan HC dengan Standar Operasional: 1. Menghidupkan mesin dan menaikkan putaran (1900 s/d 2100 rpm) selama 60 detik selanjutnya dikembalikan pada kondisi idle. 2. Melaksanakan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 1500 ± 100 rpm. Pengukuran: 1. Emisi gas buang CO 2. Emisi gas buang HC Analisis Data Pendeskripsian Data Kesimpulan Gambar 3. Bagan Tahapan Eksperimen PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Menyiapkan Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toolset, jangka sorong, tracker magnet, alat potong, bor listrik, multitester, tachometer, stopwatch, dan gas analyzer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007, pick up pulser/triger, dan elektroliser. bahan yang digunakan untuk membuat elektroliser terdiri dari Plat Stainless Steel, Akrilik, Air Suling (Aquades), KOH (Kalium Hidrooksida), Pipa penyalur (elbow dan T pipe), Selang Plastik, Kran (Pengatur Udara), dan Kabel listrik. 2. Memodifikasi Pick Up Pulser/Triger Sepeda Motor Supra X 125 Tahun 2007 Modifikasi pick up pulser/trigger dengan cara menggeser posisi pick up pulser/triger sesuai

dengan besaran derajat yang diinginkan atau menambah panjang ujung B dan memotong ujung A atau sebaliknya. Gambar 4. Modifikasi Pick Up Pulser/ Triger Adapun rumus yang diterapkan dalam memodifikasi Pick Up Pulser/Triger yaitu: (3,14 x Diamater Magnet (mm)) 1 0 = 360 Diameter standar magnet sepeda motor Supra X 125 tahun 2007 yaitu 112 mm. (3,14 x 112mm) 1 0 = = 0, 98 mm 360 Modifikasi sudut pengapian menjadi 17 0 sebelum TMA dengan menggeser 2 0 dari standarnya. Caranya dengan menggeser pick up pulser/triger berlawanan arah dengan putaran mesin sebesar 2 0. Menggeser 2 0 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 1 0 = 0,98 mm 2 0 = 2 0,98 mm = 1,96 mm Modifikasi sudut pengapian menjadi 19 0 sebelum TMA dengan menggeser 4 0 dari standarnya. Caranya dengan menggeser pick up pulser/triger berlawanan arah dengan putaran mesin sebesar 4 0. Menggeser 4 0 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 1 0 = 0,98 mm 4 0 = 4 x 0,98 mm = 3,92 mm 3. Melaksanakan pengujian a. Pada pengukuran ini menggunakan magnet standar (15 0 sebelum TMA). b. Mengkondisikan sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007 pada putaran idle. Putaran idle adalah kondisi dimana mesin kendaraan pada putaran dengan sistem kontrol bahan bakar (misal choke, akselerator) tidak bekerja, posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi otomatis, perlengkapan atau aksesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi putaran tidak dioperasikan atau tidak dijalankan. c. Temperatur mesin normal 60 0 sampai 70 0 atau sesuai dengan rekomendasi manufaktur. d. Kondisi temperatur tempat kerja pada 20 C sampai dengan 35 C. e. Menyiapkan alat ukur emisi gas buang gas analyzer. f. Menghidupkan mesin dan menaikkan putaran mesin hingga mencapai 1900 rpm sampai dengan 2100 rpm selama 60 detik dan selanjutnya dikembalikan pada kondisi idle. g. Melaksanakan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 1500 ± 100 rpm. h. Memasukkan probe alat uji (gas analyzer s probe) ke pipa gas buang sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007 sedalam 30 cm. i. Setelah 20 detik mengambil data konsentrasi gas CO dalam satuan persen (%) dan gas HC dalam satuan ppm yang terukur oleh gas analyzer. j. Mematikan mesin setelah pengukuran selesai.

CO (%) Setelah pengujian pertama selesai, melakukan pengujian dengan waktu pengapian dan volume larutan elektrolit yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun pembahasan data hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh perubahan waktu pengapian (ignition timing) dan perubahan volume elektrolit pada elektroliser terhadap emisi gas buang CO dan HC pada sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007 sebagai berikut: 1. Emisi Gas Buang CO dengan Variasi Waktu Pengapian dan Variasi Volume Larutan Elektrolit pada Elektroliser. Tabel 3. Hasil Pengujian Emisi Gas Buang CO tanpa elektroliser (0 cc) Elektroliser (300 cc) Elektroliser (500 cc) 15 0 Sebelum TMA 1,553 1,134 0,895 17 0 Sebelum TMA 1,24 0,673 0,558 19 0 Sebelum TMA 1,419 0,801 0,732 2 Emisi Gas Buang CO (%) 1,5 1 0,5 tanpa elektroliser (0 cc) Elektroliser (300 cc) 0 15 Derajat Sebelum TMA 17 Derajat Sebelum TMA 19 Derajat Sebelum TMA Elektroliser (500 cc) Gambar 5. Grafik Pengamatan Emisi Gas Buang CO pada Setiap Perlakuan. Pengujian sepeda motor pada waktu pengapian standar dan tanpa menggunakan elektroliser menghasilkan emisi gas buang CO sebesar 1,553%. Pengujian pada waktu pengapian 17 0 sebelum TMA dan tanpa menggunakan elektroliser menghasilkan emisi gas buang CO sebesar 1,24 %. Hasil ini lebih rendah 0,313 % dibandingkan emisi gas buang CO pada waktu pengapian standar dan tanpa elektroliser. Pengujian pada waktu pengapian 19 0 sebelum TMA dan tanpa menggunakan elektroliser menghasilkan emisi gas buang CO sebesar 1,419 %. Hasil ini lebih tinggi 0,179 % dibandingkan emisi gas buang CO pada waktu pengapian 17 0 sebelum TMA dan tanpa elektroliser. Pengujian sepeda motor dengan menggunakan elektroliser menunjukkan penurunan emisi gas buang CO secara signifikan. Terbukti dari grafik pengamatan menunjukkan bahwa elektroliser dengan volume elektrolit 500 cc menghasilkan emisi gas buang

HC (ppm) CO yang paling rendah apabila dibandingkan tanpa menggunakan elektroliser. Interaksi antara waktu pengapian dan volume larutan elektrolit pada elektroliser menyebabkan penurunan emisi gas buang CO signifikan. Terbukti pada waktu pengapian 17 0 sebelum TMA (maju 2 0 dari standarnya) dan penggunaan 500 cc volume larutan elektrolit pada elektroliser menghasilkan emisi gas buang CO yang paling rendah, yaitu 0,558 %. 2. Emisi Gas Buang HC dengan Variasi Waktu Pengapian dan Variasi Volume Larutan Elektrolit pada Elektroliser. Tabel 4. Hasil Pengujian Emisi Gas Buang HC Tanpa Elektroliser (0 cc) Elektroliser (300 cc) Elektroliser (500 cc) 15 0 Sebelum TMA 362,333 224,667 193,333 17 0 Sebelum TMA 344,333 510,333 234 19 0 Sebelum TMA 359 161,333 137,667 600 500 400 300 200 100 0 15 Derajat Sebelum TMA Emisi Gas Buang HC (ppm) 17 Derajat Sebelum TMA 19 Derajat Sebelum TMA Tanpa Elektroliser (0 cc) Elektroliser (300 cc) Elektroliser (500 cc) Gambar 6. Grafik Pengamatan Emisi Gas Buang HC pada Setiap Perlakuan. Pengujian pada waktu pengapian standar dan tanpa menggunakan elektroliser menghasilkan emisi gas buang HC sebesar 362,333 ppm. Pengujian pada waktu pengapian 17 0 sebelum TMA dan tanpa menggunakan elektroliser menghasilkan emisi gas buang HC sebesar 344,333 ppm. Hasil ini lebih rendah 18 ppm dibandingkan emisi gas buang HC pada waktu pengapian standar dan tanpa elektroliser. Pengujian pada waktu pengapian 19 0 sebelum TMA dan tanpa menggunakan elektroliser menghasilkan emisi gas buang HC sebesar 359 ppm. Hasil ini lebih tinggi 14,667 ppm dibandingkan emisi gas buang HC pada waktu pengapian 17 0 sebelum TMA dan tanpa elektroliser. Pengujian sepeda motor dengan menggunakan elektroliser menunjukkan penurunan emisi gas buang HC secara signifikan. Terbukti dari grafik pengamatan menunjukkan bahwa elektroliser dengan volume elektrolit 500 cc

menghasilkan emisi gas buang HC yang paling rendah apabila dibandingkan tanpa menggunakan elektroliser. Interaksi antara waktu pengapian dan volume larutan elektrolit pada elektroliser menyebabkan penurunan emisi gas buang HC signifikan. Terbukti pada waktu pengapian 19 0 sebelum TMA (maju 4 0 dari standarnya) dan penggunaan 500 cc volume larutan elektrolit pada elektroliser menghasilkan emisi gas buang HC yang paling rendah, yaitu 137,667 ppm. KESIMPULAN 1. Terdapat pengaruh perubahan volume larutan elektrolit pada elektroliser terhadap emisi gas buang CO dan HC sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian emisi gas buang CO dan HC yang turun dari pengujian pada saat kondisi standar. 2. Terdapat pengaruh perubahan waktu pengapian terhadap emisi gas buang CO dan HC sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian emisi gas buang CO dan HC yang turun dari pengujian pada saat kondisi standar. 3. Ada pengaruh bersama (interaksi) variasi volume elektrolit pada elektroliser dan waktu pengapian terhadap emisi gas buang CO dan HC sepeda motor Supra X 125 Tahun 2007. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian emisi gas buang CO dan HC yang turun dari pengujian pada saat kondisi standar. 4. Emisi gas buang CO yang paling rendah sebesar 0,558 % pada penggunaan elektroliser dengan 500 cc volume elektrolit dan waktu pengapian 17 o sebelum TMA. Emisi gas buang HC yang paling rendah sebesar 137,667 ppm pada penggunaan elektroliser dengan 500 cc volume elektrolit dan waktu pengapian 19 o sebelum TMA. DAFTAR PUSTAKA Bagus, P.T. (2013). Perbedaan Performa Motor Berbahan Bakar Premium 88 Dan Motor Berbahan Bakar Pertamax 92. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2006). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Mackenzie, L.D. and Susan J.M. (2004). Principles of Environmental Engineering and Science. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Octama, C.I. (Ed.). (2014). Honda Dominasi Penjualan Sepeda Motor Sepanjang 2013. Jakarta: Berita Satu. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suyuty, A. (2010). Studi Eksperimen Konfigurasi Komponen Sel Elektrolisis untuk Memaksimalkan ph Larutan dan Gas Hasil Elektrolisis dalam Rangka Peningkatan Performa dan Reduksi SOx - NOx Motor Diesel. Diperoleh 20 Februari 2014 dari http://digilib.its.ac.id/public/

ITSUndergraduate-15543-4206100006-Paper.pdf Wardhana, W. A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.