BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

dokumen-dokumen yang mirip
MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Berbahasa Roh. Karunia Rohani Untuk Penginjilan. Sesaat sebelum Yahushua terangkat ke Sorga, Dia berkata kepada para murid-nya:

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan UKDW

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Pendidikan Agama Kristen Protestan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

UKDW. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Sukacita

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Ikutilah Yesus! Pelayanan Orang Kristen. Bagian. Sastra Hidup Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri

Pertanyaan Alkitab (24-26)

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 8-12) Hanya Yesuslah sumber keselamatan. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul

SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #1 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #1 KASIH

Dalam Hal-hal Apa Gereja Tuhan Itu Seperti Satu Tubuh

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAHASA ROH TANDA ATAU KARUNIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS

PENGENALAN AKAN ROH KUDUS

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

Karunia Karunia Rohani

Pdt. Gerry CJ Takaria

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

HIDUP DALAM KEPENUHAN KRISTUS OLEH MAGGY HORHORUW

Mempraktekkan Ibadah

Pendidikan Agama Kristen Protestan

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAGIAN II--TEOLOGI KISAH PARA RASUL. l. Lukas adalah seorang Yunani, bukan seorang Yahudi-- Kol. 4:l0- l4

1 Tesalonika 1 2. Kisah 17: 1 5 bukan sebuah permulaan yang menjanjikan

7 Februari 2013 IBADAH PENYEMBAHAN. Written by Administrator Thursday, 07 March :33 - Last Updated Thursday, 07 March :36

KARUNIA NUBUAT SEPANJANG ZAMAN

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan

Yesus Adalah Juru Selamat Manusia. pertanyaan : Mengapa manusia perlu seorang juru selamat? Apa artinya

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit

Surat 2 Yohanes (Bagian 102) Wednesday, September 21, 2016

Status Rohani Seorang Anak

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

Pekerja Dalam Gereja Mula-Mula

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Para Pekerja Saling Memerlukan

Efesus. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Surat 1 Yohanes 5 (Bag. 11) Wednesday, April 22, 2015

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

Saya Dapat Menjadi Pekerja

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson

Belajar dari Kristus

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang meliputi sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohaniah. Kebutuhan

Kitab Mazmur : Kumpulan Tulisan Nubuatan

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 89) Friday, November 13, 2015

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan orang non-yahudi. Paulus secara aktif dan giat mengabarkan Injil baik secara fisik dengan hadir di tengahtengah kehidupan jemaat, maupun dengan surat-surat yang ia tulis sebagai sarana untuk tetap menjalin relasi dan komunikasi dengan jemaatnya ketika Paulus tidak berada di tempat jemaat yang bersangkutan. Dalam pelayanan Rasul Paulus baik secara fisik maupun tertulistercermin dinamika pelayanan dan masalah-masalah yang saat itu menimpa kehidupan jemaat. Salah satunya adalah pelayanan Paulus di dalam kehidupan jemaat Kristen Korintus. Dari berbagai jemaat yang telah didirikan Paulus, jemaat Kristen Korintus merupakan salah satu jemaat yang sangat penting dan mengisi hati Paulus. Di kota inilah Paulus mendirikan gereja pada perjalanan penginjilannya yang ke dua. Paulus pernah tinggal, mengabarkan Injil dan bekerja di Korintus selama 18 bulan. 1 Selama di Korintus, Paulus tinggal di rumah suami istri Yahudi, Akwila dan Priskila yang mempunyai pekerjaan yang sama dengan Paulus yaitu sebagai pembuat tenda, pada waktu itu sekitar tahun 50 M. 2 Pada waktu Paulus masih melayani di tengah-tengah jemaat Korintus, sepertinya belum ada masalah yang begitu berarti dalam komunitas Kristen itu. Tetapi setelah Paulus meninggalkan kota ini untuk melanjutkan pengabaran Injil ke kota lain, berbagai masalah mulai timbul, antara lain masalah mengenai percabulan dan tindakan asusila, pengidolaan terhadap rasul-rasul tertentu yang pernah datang dan mengajar di sana, masalah yang berkaitan dengan pernikahan, makan daging yang telah dipersembahkan terlebih dahulu kepada berhala, ibadah dan karunia rohani, serta permasalahan tentang kebangkitan. Masalah yang terjadi di dalam komunitas Kristen Korintus ini ternyata tidak hanya bersumber dari pandangan teologis yang berbeda, namun juga dipengaruhi oleh kondisi sosial kota itu yang beragam dan majemuk. Berbagai permasalahan yang terjadi ini membuat jemaat meminta pendapat dari Paulus sebagai pendiri jemaat Korintus. Paulus, sebagai Bapa rohani mereka, 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 1

juga tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa jemaat Korintus yang telah mengisi hatinya itu. Maka ia menulis surat kepada jemaat untuk memberikan pengarahan, nasehat, teguran kepada jemaat Korintus berkaitan dengan permasalahan yang terjadi. Indikasi bahwa berbagai permasalahan dalam jemaat Korintus juga disebabkan karena pengaruh kondisi sosial masyarakat, dapat kita peroleh dari beberapa ahli, misalnya Gerd Theissen yang menyatakan bahwa konflik yang terjadi di Korintus bukan hasil dari pemikiran teologis semata. Itu juga terjadi karena perbedaan dunia sosial dan ekonomi di mana jemaat Korintus berasal. 3 Serupa dengan pandangan Theissen, James D. G. Dunn pun mengatakan bahwa alasan Paulus untuk mengirimkan surat-suratnya kepada jemaat Korintus adalah sebagai bentuk perhatian Paulus berkaitan dengan hubungan-hubungan sosial kota itu. 4 Salah satu persoalan yang terjadi di dalam jemaat Korintus adalah masalah ibadah jemaat. Saat Paulus berada di kota Korintus, jemaat sudah melakukan ibadah sendiri walaupun mereka belum punya rumah atau tempat yang tetap untuk beribadah. Mereka juga belum mempunyai pemimpin ibadah dan tata ibadah yang jelas. Namun agaknya, permasalahan tentang ibadah ini baru muncul saat Paulus sudah tidak berada lagi di kota Korintus. Persoalan ini berkaitan dengan esensi ibadah yang pada saat itu belum ada pola ibadah yang disepakati bersama oleh seluruh jemaat Korintus yang majemuk itu. Jemaat mengalami kebingungan karena tidak adanya pola ibadah yang pasti sehingga memungkinkan beberapa orang tertentu dalam jemaat yang mengekspresikan dengan bebas karunia-karunia yang mereka miliki dalam ibadah. Hal ini tentu saja akan menimbulkan pertanyaan : mengapa masalah ini terjadi ketika Paulus tidak lagi hadir dalam komunitas Kristen ini? Apa yang terjadi dalam persekutuan jemaat komunitas Kristen pada saat Paulus tidak lagi berada di kota Korintus? Paulus sebagai pendiri jemaat Korintus tidak mau membiarkan masalah tentang ibadah dan penggunaan karunia rohani ini berlarut-larut dan jemaatnya berada dalam kebingungan. Paulus tidak menghendaki terdapat perselisihan dalam jemaat Korintus yang masih baru terbentuk ini, yang mengarah pada perpecahan. Paulus mengirimkan surat kepada jemaat 3 Gerd Theissen. The Social Setting of Pauline Christianity : Essay on Corinth. (Philadelphia: Fortress Press, 1982). Hal. 14 4 James. D. G. Dunn. I Corinthians. (Sheffield : Sheffield Academic Press, 1995). Hal. 15 2

Korintus (khususnya dalam pasal 14) untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan ibadah dan penggunaan karunia rohani, khususnya karunia berbahasa roh (glossolalia). I.2. POKOK PERMASALAHAN Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, penulis ingin menggali lebih dalam mengenai persoalan dalam ibadah yang terjadi di dalam jemaat Korintus pada waktu itu, khususnya jika ditinjau dari segi sosial kota Korintus pada umumnya dan kondisi sosial intern jemaat pada khususnya. Lebih dalam lagi, penulis ingin mengetahui bagaimana peran Paulus dalam konflik tersebut dan pemikirannya yang tertuang dalam 1 Korintus 14:13-17 yang mengatakan bahwa selain roh, rasio (akal budi) juga harus digunakan dalam ibadah (termasuk di dalamnya doa, ucapan syukur dan nyanyian) bersama umat. Pokok permasalahan yang ingin penulis bahas juga termasuk pada faktor penyebab konflik dan seperti apa persisnya masalah ibadah yang terjadi di gereja Korintus, bagaimana kondisi sosial Korintus dan keanekaragaman dalam jemaat dan karunia yang dimiliki jemaat dan ibadah yang diciptakannya, serta bagaimana kondisi sosial itu berperan dalam munculnya masalah dalam ibadah ini. Penulis menyadari bahwa kita hidup di masa kini, dalam kondisi masyarakat dan gereja yang berbeda, lebih modern (jika dibandingkan dengan masa Paulus waktu itu). Maka dari itu, penulis juga ingin mencari tahu apakah pemikiran Paulus dalam menyelesaikan masalah di Korintus juga masih relevan jika dipakai untuk kondisi gereja masa kini, khususnya dalam masalah peribadatan. Jika kita menilik pada kondisi ibadah jemaat di gereja-gereja yang ada di Indonesia, manakah yang sering kali lebih kita tekankan : aspek rasio saja atau aspek roh saja? Sudahkah kita dengan seimbang menggunakan kedua aspek tersebut atau malah tidak menggunakan kedua-duanya? Tentunya permasalahan ini dapat menjadi refleksi kita bersama dalam ibadah jemaat di gereja. I.3. BATASAN PERMASALAHAN Penulis menyadari betapa luasnya permasalahan tentang ibadah itu. Maka dari itu, demi fokusnya penulisan skripsi ini, penulis kemudian melakukan pembatasan masalah. Pada dasarnya, skripsi ini terbagi menjadi 3 bagian besar. Yang pertama adalah penelitian mengenai kondisi sosial masyarakat Korintus, baik itu Korintus sebagai kota Romawi, sosial budaya kota ini, pluralitas keagamaan dan pola relasi antar masyarakat, serta kondisi sosial 3

ekonomi masyarakatnya. Di sini, penulis juga membahas tentang kondisi intern jemaat Korintus. Hal-hal inilah yang nantinya akan dianalisa lebih lanjut dan pengaruh apakah yang ditimbulkan oleh kondisi sosial masyarakat Korintus dalam ibadah. Sedangkan pada bagian ke dua, penulis menggali tentang bagaimana sesungguhnya praktek peribadatan di dalam jemaat Kristen di sana, konflik seperti apa yang terjadi dalam ibadah disertai tafsiran atas perkataan Paulus dalam 1 Korintus 14:13-17. Bagian terakhir adalah bagaimana peran dan pemikiran Paulus dalam mengatur ibadah jemaat dan dalam ayat-ayat tersebut jika diterapkan dalam kehidupan gereja masa kini khususnya di Indonesia yang lebih modern dan dengan konteks sosial yang berbeda. Masih relevankah? I.4. JUDUL DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL Berdasarkan pada latar belakang, pokok permasalahan dan batasan masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan judul bagi skripsi ini sebagai berikut: KONSEP IBADAH JEMAAT DALAM PEMIKIRAN PAULUS : ANTARA ROH DAN RASIO (Tafsir Sosial terhadap 1 Korintus 14:13-17) Penulis memutuskan untuk memilih dan menggunakan judul tersebut karena menurut penulis, judul tersebut sesuai dengan apa yang ingin dibahas, yaitu mengenai tafsir atas pemikiran Paulus atas 1 Korintus 14:13-17 tentang ibadah ditinjau dari segi sosial dan relevansinya dalam kehidupan gereja masa kini. Alasan penulis hanya membatasi pembahasan skripsi ini hanya pada 1 Korintus 14:13-17 saja adalah karena perikop tersebut berisi perkataan Paulus untuk menggunakan roh dan rasio dalam ibadah. Dari judul tersebut, pembaca juga dapat mengetahui tentang metode yang digunakan oleh penulis yaitu dengan menggunakan tafsir sosial (penjelasan mengenai apa itu tafsir sosial akan penulis jelaskan pada sub bab berikutnya, dalam metode penulisan). I.5. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai upaya untuk memperkecil jurang pengetahuan kita sebagai insan yang hidup di masa kini akan masalah ibadah yang terjadi di jemaat Korintus, sehingga diharapkan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang telah penulis uraikan di atas, yaitu: 4

1. Mengetahui konflik seperti apakah yang terjadi dalam jemaat Korintus yang berkaitan dengan ibadah dan penyebabnya ditinjau dari segi sosial masyarakat Korintus. 2. Menganalisa pemikiran Paulus dalam 1 Korintus 14:13-17 sebagai sikap Paulus dalam menyelesaikan konflik ibadah di sana. 3. Sumbangsih apa yang diberikan oleh pemikiran Paulus untuk keberadaan ibadah umum di gereja masa kini. Penulis sangat berharap agar tulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk permasalahan gereja yang berkaitan dengan masalah ibadah, yang tentu saja tidak lain hanya untuk kemajuan, perkembangan serta kedewasaan kita bersama sebagai anggota persekutuan gereja Tuhan dan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan semata. I.6. METODE PENULISAN Dalam skripsi ini banyak diperlukan penelitian, analisa terhadap kondisi sosial penduduk Korintus dan pengetahuan akan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu yang berkaitan dengan permasalahan ibadah, dan informasi-informasi lain yang mendukung. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode penulisan studi literatur untuk mendapatkan informasiinformasi tersebut. Sumber-sumber informasi penulis dapat dari buku, artikel, situs-situs internet dan sumber-sumber lain yang menunjang penulisan skripsi ini. Berdasar pada informasi tentang kondisi sosial kota dan jemaat Kristen Korintus ini, maka penulis mencoba menggali lebih dalam pemikiran Paulus dalam 1 Korintus 14:13-17 dengan menggunakan metode tafsir sosial yaitu dengan mempelajari bagaimana perilaku sosial orang-orang Korintus pada umumnya dan jemaat gereja Korintus pada khususnya, seraya menggunakan dan mengkritisi fenomena-fenomena dan kondisi sosial yang terjadi di sana, sejarah dan tradisi, mengkaitkan dengan masalah yang terjadi di dalam ibadah dan menggali pemikiran Paulus untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Dengan metode penulisan yang demikian ini, penulis berharap tujuan dari skripsi ini dapat tercapai. I.7. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 5

BAB. I PENDAHULUAN Pada bagian ini, penulis memaparkan latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, batasan permasalahan, judul bagi skripsi ini dan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode dan sistematika penulisan. BAB. II DUNIA SOSIAL KORINTUS Pada bab yang ke dua, penulis berusaha menganalisa tentang kondisi masyarakat Korintus, baik itu kondisi sosial budaya dan ekonomi, pluralitas agama, pola relasi masyarakat, dan kondisi Korintus sebagai koloni Romawi. Tak lupa pula disini akan dibahas mengenai kondisi intern jemaat Korintus. Dari informasi inilah, diharapkan ada relasi antara kondisi Korintus dan terjadinya konflik ibadah dalam jemaat. BAB III. RAGAM IBADAH KRISTEN KORINTUS SEBAGAIMANA NAMPAK DALAM I KORINTUS 12-14 DAN TAFSIR ATAS 1 KORINTUS 14:13-17 Bab yang ke tiga berisi tentang ibadah umum atau persekutuan yang dilakukan oleh jemaat Korintus dan keanekaragaman unsur yang ada di dalamnya, serta karunia-karunia rohani yang dipakai dalam ibadah, beserta penjelasan mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi sosial Korintus terhadap ibadah jemaat, respon jemaat atas keberagaman yang ada, dan penjelasan lebih lanjut mengenai masalah yang terjadi dalam ibadah sebagaimana nampak dalam 1 Korintus 12-14. Penulis juga mencoba melakukan penafsiran atas ucapan Paulus, terutama dalam 1 Korintus 14:13-17, tentang roh dan rasio yang digunakan dalam ibadah jemaat untuk mengatasi masalah yang ada. Disini penulis juga berusaha menjelaskan mengenai karunia glossolalia dan nubuat serta informasi-informasi lain di sekitar itu. BAB IV. ROH DAN RASIO DALAM IBADAH JEMAAT (KESIMPULAN DAN RELEVANSI) Bab terakhir berisi mengenai relevansi apa yang dapat kita ambil sehubungan dengan masalah ibadah di Korintus dikaitkan dengan ibadah di gereja masa kini. Di dalam Bab IV juga memuat kesimpulan dan penutup. 6