BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dibekali kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Mire Melalui Penggunaan Media Gambar Seri

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

Badarudin Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh Po. Box. 202 Purwokerto ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru lebih terpusat pada transformasi nilai-nilai yang terpuji dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual. Karena sangat penting penggunaan dan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

WIWIK PUJIATI. Pendahuluan. Abstrak:

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KETERAMPILAN MENULIS DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

PENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 27 KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. eksternal diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. secara tepat (Tarigan dalam Fatmawati, 2009: 2). Dibandingkan ketiga

A. LATAR BELAKANG MASALAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

Kata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULLIS PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU HURUF PADA SISWA KELAS I SD NEGERI GAMER 02 KOTA PEKALONGAN

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN MAKALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pendidikan, Pengajaran Bahasa dan Sastra ONOMA PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan menulis merupakan aspek keempat dalam keterampilan berbahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis Menulis adalah sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang, apapun bentuknya. Mendengar kata menulis tidak banyak yang menyukai bahwa kegiatan itu menyenangkan, bahkan kegiatan menulis seolah-olah menjadi hantu bagi yang mendengar. Hampir di semua jenjang pendidikan kegiatan menulis, menjadikan kegiatan yang sangat menyulitkan dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Beberapa pengamatan ditemukan bahwa dari beberapa guru bahasa Indonesia umumnya mereka mengatakan, menulis atau mengarang adalah aspek pengajaran bahasa yang paling tidak disukai untuk mempelajari dan mengajarkannya. Menulis dirasakan sebagai aktivitas yang membosankan. Ada dua faktor yang menjadi penyebab pembelajaran menulis jadi terhambat. Hasil survai dari 10 guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA di Kabupaten Kendal, membuktikan bahwa dua faktor penghabmat itu adalah pertama, bagi guru ada keengganan dalam memberikan pembelajaran menulis karena, (1) mengalami kesukaran dan malas dalam pemeriksaannya, sebab butuh waktu lama, (2) keterampilan dan kemampuan guru dalam tulis-menulis masih kurang atau belum memadai, (3) keterbatasan guru dan ketidakmampuan guru mencari bahan pembelajaran menulis, (4) guru memiliki kecenderungan memberikan materi yang sudah ada dalam buku paket atau LKS (lembar Kerja Siswa). Kedua bagi siswa, karena sudah terbiasa dengan materi yang sudah ada dalam buku paket dan LKS, sehingga bila ditugasi menulis, anak-anak cenderung tidak terkontrol dalam mengungkapkan ide, gagasan, pendapat, dan perasaannya ke dalam tulisan/karangan, dengan alasan tidak diperiksa oleh guru (Jurnal Morfema, tahun

9 4, nomor 6, April 2004:12 20). Tulisan tersebut menegaskan bahwa hal seperti tersebut di atas dianggap sudah membudaya. Guru sebagai pemegang peran fasilitator dalam proses pembelajaran, setidaknya menyiapkan diri untuk mengubah pendapat tentang kesulitan menulis atau mengarang bagi siswa atau bahkan bagi guru itu sendiri. Nuryanto (1997:25) menyampaikan temuannya bahwa banyak guru yang enggan atau malas melakukan kegiatan tulis-menulis, baik di dalam kelas mapun di luar kelas. Dari jawaban responden yang dikumpulkan diberikan simpulan bahwa responden menjawab sumberbahan menulis masih kurang. Fakta tersebut menyadarkan kepada guru bahwa ternyata menulis itu tidak mudah. Di sekolah yang sangat berkepentingan untuk mengajarkan menulis adalah guru. Guru seharusnya memiliki sejumalah kesiapan untuk mengajarkan menulis. Kesiapan itu berupa kemampuan dan keterampilan menulis yang dibangun dari mengorganisasikan ide-ide, pendapat, ataupun gagasan dengan baik dalam bentuk berbagai macam metode. Metode atau cara bermuara untuk mengajak siswa gemar menulis dan senang menulis. Keterampilan berarti menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tepat. Seseorang dikatakan terampil apabila orang tersebut mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan benar. Secara sederhana pengertian menulis adalah memberikan pesan dan berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Menulis adalah aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Menulis juga dapat difinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tekanan utama dalam pengertian ini adalah pada kegiatan terpenuhnya proses komunikasi dalam bentuk tertulis atau komunikasi melalui tulisan atau bahasa tulis. Menulis sebagai suatu cara berkomunikasi, yaitu suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Wiyanto (2006:2) mengatakan mengatakan bahwa menulis adalah mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa

10 tulisan. Tulisan dibuat untuk dibaca orang lain agar gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. Menurut Suparno dan Yunus (2006:1) menulis didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu, yang merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Pengertian menulis itu lebih menekankan pada kemahiran dalam menuangkan ide, gagasan, pendapat, isi hati, dan perasaan secara runtut yang bermediakan bahasa tulis. Kegiatan tersebut di perlukan dalam usaha agar orang lain merasa perlu mengetahui dan menikmati tujuan utama penuangan ide, gagasan, pendapat, isi hati atau perasaan penulis. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat. Empat unsur tersebut penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Keterampilan menulis memiliki peranan yang sangat penting bagi siswa karena sebagian besar tugas dapat dilaksanakan dengan baik jika disertai keterampilan menulis yang memadai. Keterampilan menulis sangat diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar yang bersifat tertulis. Keterampilan menulis siswa tidak mungkin dapat dikuasai tanpa menguasai keterampilan berbahasa lain. Untuk mewujudkan itu dibutuhkan pembelajaran terintegrasi dari empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dengan menguasai keterampilan berbahasa diharapkan dapat membuahkan hasil tulisan yang baik berbobot, dan bermanfaat sehingga dapat merangsang atau mendorong pembaca untuk mendalami lebih jauh tulisan yang dibuat penulis.

11 Graves (dalam Suparno dan Yunus, 2006:2) mengatakan bahwa seseorang enggan menulis karena tidak tujuan menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana menulis. Ketidaksukaan tidak lepas dari lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat menulis. Lingkungan dapat mempengaruhi keterampilan menulis siswa. Lingkungan tersebut meliputi, lingkungan dalam rumah tangga atau lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan masyarakat termasuk di dalamnya lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sekolah. Siswa yang hidup di dalam keluarga yang gemar menulis atau sering menulis, setidaknya siswa menjadi tertarik dengan kebiasaan keluarganya untuk berlatih menulis. Penyediaan fasilitas yang memadahi di dalam keluarga untuk mendukung kegiatan menulis memiliki peran yang cukup baik untuk mendorong siswa berlatih dan membangkitkan kegemaran menulis. Lingkungan tempat tinggal siswa juga memiliki peran besar dalam membantu memotivasi kegiatan menulis siswa. Lingkungan yang sangat diharapkan dalam membantu memotivasi siswa untuk gemar menulis, adalah lingkungan siswa yang bisa menghargai hasil tulisan dengan gemar membaca hasil tulisan siswa. Satu-satunya lingkungan tempat tinggal dan lingkungan masyarakat yang di dalamnya termasuk lingkungan sekolah, yang paling diharapkan dan berperan besar untuk membangkitkan motivasi siswa menulis adalah lingkungan sekolah. Sekolah dapat menyediakan dan menyiapkan semua fasilitas untuk menampung kegiatan menulis siswa. Fasilitas itu misalnya, penyediaan buku-buku referensi yang cukup memadai, diterbitkanya majalah sekolah secara berkala, menyiapkan fasilitas yang presentatif untuk majalah dinding sekolah dan majalah didnding kelas, serta pemberian penghargaan secara berjenjang tentang prestasi menulis melalui kegiatan lomba sekolah, dan atau lomba-lomba di tingkat yang lebih tinggi. Menulis merupakan aktifitas untuk menuangkan ide, gagasan, keinginan yang ada dipikiran, pendapat dan pengalaman, sampai dengan penemuan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, ke dalam bentuk bahasa tulis, yang

12 runtut, jelas, enak dibaca, ekspresif, dan mudah untuk dipahami dan diterima pembaca. Hasil tulisan yang dibuat dapat didokumentasikan lebih lama dan ajek tidak berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu, sehingga sangat berbeda dengan berbicara. Untuk melahirkan sebuah atau beberapa buah tulisan yang baik dan enak dibaca dan mudah dipahami orang lain (pembaca), tulisan harus dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai kebutuhan dan dibutuhkan ketarampilan untuk menulis. Keterampilan menulis tidak ditemukan dengan secara tiba-tiba. Ketarampilan menulis harus dan perlu dilatih baik secara individu maupun bersama-sama. Di sekolah, siswa terampil menulis menjadi tanggung jawab guru, dan secara sungguh-sungguh siswa bersama-sama guru selalu meningkatkan keterampilan menulis. Guru dituntut memiliki kemampuan untuk membimbing siswa terampil menulis dengan berbagai cara dan metode pembelajaran di sekolah. Di atas telah dikatakan bahwa keterampilan menulis tidak diperoleh dengan secara tiba-tiba, tetapi keterampilan menulis diperoleh dari latihan yang berjenjang dan berkelanjutan. Keterampilan menulis merupakan proses yang berkemampuan, pelaksanaan, dan hasilnya diperoleh secara bertahap. Artinya, untuk menghasilkan tulisan yang baik umumnya orang melakukannya berkali-kali. Sangat sedikit penulis yang dapat menghasilkan karangan yang benar-benar memuaskan hanya sekali tulis (Suparno danyunus, 2006:14). Pengalaman yang banyak dan latihan yang teratur dapat mempengaruhi keterampilan menulis. Pengalaman mengikuti lomba mengarang, pengalaman membuat tulisan yang dimuat di media massa, majalah sekolah, majalah dinding, dan sejenisnya dapat memacu kegiatan keterampilan menulis siswa. Dengan latihan terus-menerus dapat menghilangkan kekurangmampuan, menambah pengalaman, dan mempertajam daya pikir dalam keterampilan menulis. Kegiatan belajar mengajar di sekolah latihan menulis yang terus-menerus menjadi bagian dari pembelajaran keterampilan berbahasa yang merupakan satu kesatuan antara menyimak, berbicara, dan membaca. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan minat menulis siswa.

13 Smith (dalam suparno dan Yunus, 2006:2) yang mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya guru tidak atau belum mempersiapkan atau dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Usaha untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya muncul berbagai opini atau pendapat yang mengesampingkan pembelajaran menulis. Opini tersebut antara lain, (1) menulis itu mudah, (2) inti dari menulis adalah kemampuan menggunakan unsur mekanik tulisan, (3) menulis harus sekali jadi, dan (4) siapapun bisa mengajarkan menulis termasuk orang yang tidak menyukai menulis dan orang yang tidak pernah menulis. Opini tersebut harus dibuang jauh-jauh, agar guru benar-benar mempersiapkan didi untuk mengajarkan menulois kepada siswa. Begitu banyak tantangan yang dihadapi guru dalam membelajarkan menulis kepada siswa sampai pada tingkat terampil menulis. Salah satu tantangan yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis adalah sulitnya membangkitkan minat siswa untuk berpartisipasi aktif dan memiliki kemauan aktif dan terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar menulis. Kelemahan tersebut mungkin saja terjadi karena, penjelasan guru terkadang tidak dipahami atau sulit dipahami oleh siswa karena keterbatasan guru dalam mangembangkan materi menulis sehingga siswa tidak dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik. Kesulitan-kesulitan siswa dalam menulis bermunculan antara lain, kesulitan siswa dalam menggunakan ungkapan-ungkapan dan menuangkan ide atau gagasan ringan dalam bentuk kalimat. Kebiasaan itu akan terbawa sampai anak menjadi dewasa, kalau tidak segera mendapatkan bimbingan (Konrad dan Test dalam Suparno danyunus, 2006:227). Masalah menulis tersebut di atas harus diatasi oleh guru. Langkah pertama yang harus diatasi adalah guru Bahasa Indonesia setidaknya menyukai dan bahkan sampai dengan memiliki pengalaman dan keterampilan menulis. Guru mampu mendemonstrasikan menulis atau memulai menulis. Menerapkan tata cara menulis

14 yang baik dan benar dalam pembelajaran menulis, mampu menunjukkan kepada siswa manfaat keterampilan menulis. Keterampilan menulis memiliki peranan penting bagi siswa karena sebagian besar tugas dapat dilaksanakan dengan baik jika disertai keterampilan menulis yang memadahi. Keterampilan menulis sangat diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas yang bersifat tertulis. Banyak faktor yang mempengaruhi siswa gemar dalam tulis-menulis, seseorang yang sudah terbiasa menulis akan mudah mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya. Dengan demikian, pengusaan keterampilan menulis bagi siswa sangat penting untuk dikuasai baik dalam tulisan formal maupun non formal. 2.1.2 Penilaian Keterampilan Menulis Penilaian keterampilan menulis merupakan penilaian kemampuan anak menghasilkan simbol-simbol visual bahasa yang berupa kalimat, paragraf, dan wacana dari sebuah ide/gagasan dengan berpatokan pada kaidah-kaidah kebahasaan yang baku. Nurgiyantoro (2001:300-302) mengatakan bahwa penilaian menulis dimanfaatkan untuk melatih siswa berani mengungkapkan ide, gagasan, dan atau pendapatnya secara tertulis.

15 Tabel 1 Model Penilaian Menulis No. Aspek yang dinilai Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. Kualitas dan ruang lingkup isi a. Pengantar (pembuka) b. Isi c. Penutup 2. Organisasi dan penyajian isi a. Kesatuan (Unity) b. Pertautan (Coherence) c. Titik Berat (Emphasis) 3. Gaya dan bentuk bahasa, termasuk di dalamnya gaya retorisnya. 4. Mekanik tulisan a. Ejaan b. Tanda baca c. Tata bahasa d. Kerapian tulisan (komposisi komputer) 5. Respon sikap retorika guru tulisan anak Jumlah skor tertinggi 120 Perolehan jumlah skor

16 Perolehan nilai akhir dari kriteria penilaian di atas, dihitung dengan menggunakan pola hitungan sebagai berikut. Perolehan Jumlah Skor Nilai Akhir = X 100 Jumlah skor tertinggi 2.1.3 Metode Reseptif Produktif dengan Media Contoh dalam Pembelajaran Menulis Setiap kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan, hendaknya digunakan sebuah metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Banyak sekali jenis metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, salah satunya adalah metode reseptif produktif. Metode reseptif produktif adalah penggabungan dua aspek keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif yaitu membaca-menyimak, dan yang bersifat produktif yaitu menulisberbicara. Penggunaan metode ini sangat bergantung kepada penggunaan media. Tujuannya adalah sebagai sumber untuk memperoleh pengetahuan atau informasi. Media yang digunakan dalam metode ini sangatlah mudah didapat, berdasarkan pembelajaran yang dilakukan. Metode reseptif mengarah ke proses penerimaan bacaan baik yang tersurat, tersirat maupun yang tersorot. Metode ini sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap telah banyak menguasai kosakata, frase maupun kalimat. Yang dipentingkan bagi siswa dalam suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan diserap dengan bagus. Sebaliknya metode produktif diarahkan kepada kemampuan berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya (Suyatno 2004:18). Metode reseptif produktif, pembaca dilarang bersuara, berkomat kamit, dan bergerak gerak dalam membaca dan menyimak. Metode reseptif produktif membutuhkan konsentrasi tinggi dalam menerima makna bacaan dan ujaran, kemudian menuangkannya ke dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu, dalam penyiapan bacaan, aspek kondisi siswa jangan sampai dilupakan. Begitu pula aspek pemilihan bacaan. (Depdiknas 2004:25). Pembelajaran menulis susunan

17 petunjuk melakukan kegiatan dengan metode reseptif produktif ini, media yang dipakai adalah menggunakan contoh-contoh susunan kalimat petunjuk melakukan kegiatan. Guru hanya bertindak sebagai perantara, yaitu penyampai informasi maupun keterangan tentang penggunaan media contoh-contoh susunan kalimat petunjuk melakukan kegiatan. Tujuan utama penggunaan media contoh-contoh susunan kalimat petunjuk melakukan kegiatan ini adalah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya informasi berupa ide yang nantinya akan dituangkan kembali ke dalam susunan kalimat petunjuk melakukan kegiatan yang lain. Tujuan yang lain adalah menumbuhkan minat baca di kalangan siswa. Untuk itu diperlukan keseriusan dalam membaca sehingga diperoleh pemahaman terhadap contoh-contoh susunan kalimat petunjuk melakukan kegiatan yang disampaikan. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Yati (2008) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Deskripsi melalui Teknik Pengembangan Paragraf di Kelas X 5 Semester I SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2007/2008 menghasilkan persentase ketuntasan peserta didik meningkat 23,77%, dengan perincian ketuntasan pada tes awal 11,46%, setelah penerapan aksi pembelajaran ketuntasan peserta didik meningkat menjadi 35,23%. Sedangkan pada siklus II, menunjukan bahwa dari 34 siswa kelas X 5 sebanyak 30 siswa atau (88,23%) dapat melakukan aktivitas pembelajaran, yakni mewujudkan tulisan paragraf teks deskripsi dengan nilai di atas KKM yang ditetapkan, yakni 71. Sisanya, 4 siswa (11,46%) walaupun belum berhasil, mereka sudah berada diambang ketuntasan. Mansyur, Isnaeni (2008) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X-B Madrasah Aliyah Al Bidayah Candi dengan Metode Reseptif Produktif Menggunakan Media Contoh Tahun Pelajaran 2007/2008 Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh para siswa yang sedang belajar mulai dari

18 tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan metode reseptif produktif menggunakan media contoh cerpen dan perubahan tingkah laku siswa kelas X-B Madrasah Aliyah Al Bidayah Candi pada saat diberi pembelajaran menulis cerpen menggunakan metode reseptif produktif menggunakan media contoh cerpen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan metode reseptif produktif menggunakan media contoh cerpen, nilai rata-rata klasikal siswa kelas X-B Madrasah Aliyah Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan. Nilai rata-rata klasikal menulis cerpen pada siklus I sebesar 66,5 dan nilai rata-rata pada siklus II sebesar 72,68. Jadi, ada peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa siklus I ke siklus II sebesar 6,18 atau 9,29%. Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa juga diikuti dengan perubahan tingkah laku positif. Pada siklus II siswa terlihat senang dan menikmati pembelajaran, mereka semakin aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil penelitian keterampilan menulis cerpen di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan metode reseptif produktif menggunakan media contoh cerpen dan tingkah laku siswa mengalami perubahan dari tingkah laku negatif menjadi tingkah laku positif. 2.3 Kerangka Berpikir Metode reseptif produktif dengan media contoh-contoh kalimat petunjuk melakukan kegiatan menjadi sebuah cara baru dalam pembelajaran menulis kalimat petunjuk melakukan kegiatan. Metode ini mengajarkan kepada siswa untuk gemar membaca sebagai upaya mendapatkan ide sebanyak-banyaknya. Kemudian dengan banyak mendapatkan ide, siswa akan mudah dalam menuangkan ide-ide barunya ke dalam sebuah kalimat petunjuk melakukan kegiatan. Penggunaan media selain sebagai sumber ide ataupun gagasan baru, diharapkan akan menarik minat siswa terhadap kegemaran membaca, dan

19 kemudian akan gemar pula menuliskannya kembali. Sehingga dengan penggunaan metode dan media ini, keterampilan menulis khususnya menulis kalimat petunjuk melakukan kegiatan dikalangan siswa akan meningkat. Metode Reseptif Produktif Menurut (Suyatno, 2004 : 20), dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Guru menyiapkan materi ajar yang harus dipelajari siswa secara mandiri 2. Siswa melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut : a. Mencari contoh-contoh kalimat petunjuk penggunaan lain. b. Siswa mendiskripsikan contoh-contoh kalimat petunjuk penggunaan suatu alat yang ditemukan. c. Siswa menyiapkan alat yang menjadi objek untuk menulis kalimat petunjuk penggunaan suatu alat. d. Memberikan kesempatan siswa melakukan pengamatan secara reseptif untuk melakukan pemahaman terhadap suatu alat. e. Melakukan pembimbingan dan memberi motivasi siswa. Untuk menyelesaikan tugas dengan kerjasama dalam menulis kalimat petunjuk penggunaan suatu alat. 3. Memberikan kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil menulis kalimat petunjuk penggunaan suatu alat. 4. Memberikan kesempatan siswa untuk memberikan tanggapan/jawaban. 5. Memberikan penilaian hasil presentasi dan diskusi bersama untuk menyimpulkan bersama dengan siswa. 6. Memberikan contoh menulis kalimat petunjuk penggunaan suatu alat sebagai penguat atas penguasaan materi bahan ajar. 7. Memberikan evaluasi sebagai bagian dari seluruh proses pembelajaran. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir atas, pendekatan metode reseptif produktif diduga dapat meningkatkan keterampilan menulis kalimat petunjuk penggunaan suatu alat bagi siswa kelas IV semester I Sekolah Dasar

20 Negeri Sambilawang Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012.