BAB V KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang Unggul, Inklusif, dan Humanis

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

BAB III METODE PERANCANGAN

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP. Tabel Pemintakatan Tapak No Zona Nama Bangunan Besaran (%) 1 Publik Bangunan Utama Pedodonti Area parkir

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN

Desain Interior SMP Negeri untuk membentuk Karakter Disiplin Siswa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

KOMPAS.com - Ungu itu bukan warna jomblo. Malah sebaliknya. Ungu itu membuat tubuh menjadi lebih rileks?

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN DESAIN INTERIOR RUANG KERJA CV AGUNG FURNITURE INTERIOR

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

GEOMETRIS, KANTILEVER LEBAR.

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Bab IV. Konsep Perancangan

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB V KONSEP RANCANGAN

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung berjalannya proses rehabilitasi secara efektif. Dengan menerapkan aspekaspek utama CBT dalam perencanaan, maka bangunan dapat menunjang proses rehabilitasi dalam panti dan dapat mempercepat perbaikan karakter dari para remaja. Gambar 5.1. Konsep utama dari perancangan PSBR Yogyakarta Berdasarkan kajian teori dan analisis yang dilakukan, dihasilkan beberapa keputusan pengolahan elemen desain yang akan digunakan untuk menghasilkan karakter ruang yang sesuai dengan CBT, yaitu ruang yang menunjang interaksi positif, ruang yang dapat memotivasi, dan ruang yang fleksibel. Pada dasarnya, ketiga konsep dasar ini saling melengkapi satu sama lain. 71

Dalam sifat spasial Interactive, dibutuhkan suatu ruang yang dapat menunjang interaksi yang positif antar pengguna bangunan, serta dapat mengarahkan para remaja untuk mau bertanggungjawab pada diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Dalam sifat spasial Motivative, ruang yang dibutuhkan adalah ruang yang dapat memicu remaja untuk mengembangkan kreativitasnya secara positif serta memicu semangat untuk mengembangkan diri. Dalam sifat spasial Flexible, ruang yang dibutuhkan adalah ruang yang dapat menyesuaikan kegiatan-kegiatan dalam program secara efektif, serta memudahkan pengawasan dalam bangunan. Dalam penerapan terhadap perancangan, berikut beberapa analisis terhadap aspek arsitektural yang dapat diaplikasikan. 5.2. Konsep Orientasi Bangunan Gambar 5.2. Konsep orientasi bangunan yang menghadap timur Konsep orientasi bangunan yang dinilai paling sesuai untuk memicu interaksi yang positif antara pengguna bangunan dengan publik adalah orientasi bangunan yang menghadap timur. Jalan Beran di bagian timur yang menjadi orientasi bangunan ini merupakan jalan yang lebih strategis daripada jalan yang berada di sebelah utara. Dengan orientasi bangunan pada jalan yang strategis, tentu pencapaian ke lokasi akan lebih mudah bagi publik. Jika dianalisis dari segi konsep Interaktif, orientasi bangunan ke timur lebih sesuai karena interaksi dengan publik yang lebih baik. Bangunan panti harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak memberikan kesan tertutup dari publik. Jika dianalisis berdasarkan konsep Motivatif, keterbukaan bangunan kepada publik dapat memicu remaja untuk lebih termotivasi mengembangkan diri, karena pada dasarnya para remaja 72

ini bukan narapidana yang harus hidup terkungkung. Dengan keterbukaan ini, remaja dapat membuktikan diri kepada publik dengan mengaplikasikan ilmu yang telah mereka peroleh di panti. Jika dianalisis berdasarkan konsep Fleksibel, kemudahan akses pencapaian ke bangunan menjadi nilai lebih. Kemudahan akses meningkatkan fleksibilitas pergerakan dalam bangunan. Jalan utama Gambar 5.3. Rancangan bangunan SOS Children s Village di Aqaba menghadap ke jalan yang strategis, memberikan kesan keterbukaan kepada pengguna jalan yang lain. (Sumber: akdn.org, 2015) 5.3. Konsep Tata Massa Bangunan Gambar 5.4. Konsep kluster dan terpusat pada tata massa bangunan. 73

Tata massa bangunan yang dinilai paling sesuai untuk diaplikasikan pada perancangan PSBR Yogyakarta adalah tata massa terpusat yang digabungkan dengan tata massa kluster. Dalam sistem tata massa kluster, pembagian fungsi dapat dilakukan dengan lebih baik, karena sifat tata massa ini mengelompokkan bangunan sesuai dengan kesamaan (baik fungsi maupun visual). Tata massa kluster juga dapat memicu pergerakan atau interaksi diantara ruang-ruangnya. Untuk membantu para remaja dapat berinteraksi dengan positif, tata massa terpusat berperan untuk membantu petugas dalam pengawasan dan pemantauan terhadap kegiatan dalam fasilitas dapat tercapai karena sifatnya yang terpusat. Selain itu, dengan menggabungkan kedua konsep tata massa ini, kepekaan remaja terhadap lingkungannya dapat ditingkatkan. Gambar 5.5. Konsep tata massa dalam bangunan Pada gambar 5.8, tata massa banguna terpusat pada salah satu fungsi ruang yang signifikan. Dengan tatanan bangunan yang terpusat dan terkluster seperti ini, pengawasan dapat berjalan dengan mudah karena titik pengawasan ada di bagian tengah. Selain itu, tatanan seperti ini akan memunculkan kedinamisan serta interaksi positif antara remaja dan petugas. 74

5.4. Konsep Tata Lansekap Gambar 5.6. Konsep tata lansekap terpusat. Konsep tata lansekap yang terpilih adalah tata lansekap terpusat. Tata lansekap yang bersifat terpusat memicu terjadinya interaksi yang terpusat di luar ruangan. Ini berperan sebagai kontrol terhadap perilaku remaja ketika berkegiatan di luar ruangan, dimana dengan tata lansekap terpusat, pengawasan dan pemantauan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Selain itu, tata lansekap dapat memfasilitasi terlaksananya kegiatan rehabilitasi para remaja. Dengan tata lansekap terpusat, kegiatan rehabilitasi dapat lebih mudah terlaksana. 5.5. Konsep Bentuk Bangunan Gambar 5.7. Konsep bentuk tidak beraturan dalam bentuk beraturan Bentuk bangunan yang dinilai paling sesuai dengan perancangan PSBR Yogyakarta adalah bentuk tidak beraturan yang berada di dalam bentuk beraturan. Bentuk yang beraturan memberikan kesan formal. Di sisi lain, bentuk tidak beraturan memberikan kesan kedinamisan. Kedinamisan bentuk tidak beraturan merefleksikan 75

karakter remaja yang bebas. Bentuk ini dinilai dapat memicu interaksi positif bagi para pengguna bangunan (remaja-remaja serta remaja-petugas). Gambar 5.8. Ide konsep tata massa, lansekap, dan bentuk bangunan Dengan tatanan ruang diatas, petugas panti sosial dapat dengan mudah mengawasi kegiatan yang berjalan. Hal ini karena bentuk dan tatanan yang memusat sehingga kegiatan di dalam bangunan dapat lebih terkontrol. 5.6. Konsep Zonasi Berdasarkan kegiatan, zona pada Panti Sosial Bina Remaja dikategorikan berdasarkan tahapan rehabilitasi dalam CBT, yaitu tahap Identifikasi, Evaluasi, dan tahap Respon. Berikut ini adalah kategori zonasi berdasarkan kegiatan. 1. Zona Identifikasi Zona ini terdiri dari ruang case conference. Zona Identifikasi berfungsi sebagai penunjang kegiatan pertama dalam proses rehabilitasi remaja, yakni wawancara dan penilaian mengenai seorang remaja yang akan memasuki panti. 2. Zona Evaluasi Zona Evaluasi menunjang kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang ada dalam program, yaitu kegiatan bimbingan fisik dan mental, bimbingan psikologi, dan bimbingan keterampilan. Ruang-ruang yang didukung adalah lapangan olahraga, ruang keterampilan (ruang montir, las, menjahit, bordir, salon dan tata rias,dan perkayuan), ruang kesenian (ruang karawitan dan ruang band, ruang membatik/sablon dan ruang lukis/mural), lahan pertanian dan greenhouse, ruang konseling, asrama, dan ruang 76

diskusi. Dalam zona evaluasi, terdapat juga ruang gabungan seperti ruang kelas, ruang serbaguna, dapur dan ruang makan, perpustakaan, dan ruang belajar. 3. Zona Respon Zona Respon menunjang kegiatan-kegiatan dimana para remaja telah dinilai siap dari segi mental dan keterampilan. Artinya, para remaja dinilai telah mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi pikiran dan perilaku yang buruk dan dapat meresponnya dengan berperilaku yang baik. Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan adalah memamerkan hasil karya para remaja yang telah berkualitas. Area ini dimaksudkan untuk dibuka kepada umum, untuk memperkenalkan kepada publik tentang citra para remaja terlantar yang berkualitas. Ruang yang ditunjang oleh zona ini adalah area display karya. 4. Zona Pendukung Zona pendukung menunjang ruang-ruang yang bersifat umum dan administratif, Ruang-ruang yang ditunjang adalah Ruang tamu, kamar mandi, ruang pimpinan, ruang karyawan (ruang tata usaha, ruang perlindungan dan rehabilitasi sosial, dan rtuang pekerja sosial), ruang dokumentasi, rumah dinas. ruang ibadah, gudang, ruang kesehatan, tempat parker, dan pos keamanan. Zona yang telah diuraikan diatas merupakan sebuah kesatuan yang saling terkait satu sama lain. Keterkaitan ini membutuhkan ruang yang fleksibel yang dapat memenuhi satu sama lainnya. Sebagai penjelasan lebih lanjut mengenai zonasi dalam perancangan PSBR Yogyakarta, berikut ini adalah gambar zonasi ruangan. Gambar 5.9. Ide konsep zonasi ruang dalam perancangan PSBR Yogyakarta 77

Warna merah dalam ilustrasi adalah zona Identifikasi (ruang administrasi, ruang pengawasan, ruang wawancara, disertai dengan ruang serbaguna). Warna kuning merupakan zona Evaluasi (ruang pendidikan, ruang, dan warna biru adalah zona Respon. Zona Identifikasi berfungsi sebagai titik pusat pengawasan dimana seluruh kegiatan dapat dipantau dari zona ini. Namun kemudahan pemantauan ini tidak akan mengganggu berjalannya kegiatan. Tatanan ruang seperti ini diharapkan dapat membuat interaksi yang baik antara remaja dan petugas, serta meningkatkan motivasi remaja untuk terus memperbaiki diri. 5.7. Konsep Karakter Ruang yang fleksibel. Ruang yang mampu menunjang zonasi dapat ditunjukkan dengan karakter ruang Gambar 5.10. Konsep karakter ruang fleksibel dengan ekspansibilitas Dalam waktu yang berbeda, suatu kegiatan terkadang membutuhkan kapasitas yang besar maupun kecil. Ruang dengan aspek ekspansibilitas ini memungkinkan banyaknya kegiatan dalam kelompok kecil ataupun terlaksananya kegiatan untuk menampung kelompok besar remaja. Inilah yang menjadikan ruang fleksibel yang dapat memenuhi kebutuhan kegiatan remaja. Gambar 5.11. Konsep karakter ruang fleksibel dengan konvertabilitas Banyaknya kegiatan yang ditampung untuk menunjang proses rehabilitasi membutuhkan banyak kebutuhan ruang. Banyak kegiatan yang tidak berjalan pada waktu yang sama, sehingga akan ada ruang yang kosong dalam waktu-waktu tersebut. Hal itu menyebabkan ruang tidak berfungsi optimal. Oleh sebab itu, konsep konvertabilitas 78

ruang dibutuhkan sebagai solusi untuk menciptakan ruang yang mampu menampung beragam kegiatan tersebut. Gambar 5.12. Penerapan aspek fleksibilitas dalam fasilitas PSBR Yogyakarta 5.8. Konsep Warna Proses rehabilitasi sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis remaja, dimana rehabilitasi dapat sukses dilakukan apabila para remaja termotivasi dari dalam dirinya sendiri. Unsur arsitektural yang dapat cepat memberi dampak terhadap keadaan psikologis remaja adalah warna. Warna yang terpilih adalah warna yang bersifat hangat dan terang serta warna yang dingin dan terang. Kedua jenis warna ini sesuai untuk meningkatkan kondisi psikologis para remaja. Warna yang hangat dan terang memberi dampak menghangatkan, sehingga dapat menstimulasi motivasi mereka. Untuk warna dingin dan terang bersifat menenangkan sehingga remaja diharapkan dapat mengontrol emosinya. Gambar 5.13. Warna yang dipilih untuk digunakan dalam perancangan PSBR Yogyakarta 79

Berdasarkan analisis aplikasi warna yang telah diuraikan pada Bab IV, dipilihlah beberapa warna yang dinilai sesuai dengan karakteristik dan permasalahan psikologis remaja di PSBR Yogyakarta. Warna yang telah dipilih kemudian dianalisis bagaimana aplikasinya dalam ruangan yang ada di rencana perancangan PSBR Yogyakarta. Berikut ini adalah analisis pemilihan warna. Warna Merah Oranye Kuning Hijau Turquoise Violet Biru Tabel 5.1. Aplikasi Warna pada Bangunan Kegunaan Mendorong inisiatif yang baik dalam remaja Menunjang energi remaja yang tinggi Memberikan motivasi untuk berkembang Mendukung kreativitas remaja Meningkatkan optimisme dalam diri remaja Mendorong rasa tanggung jawab Meningkatkan kemampuan berpikir rasional Mendukung kreativitas remaja Mendorong keseimbangan dalam diri remaja Mendorong rasa persahabatan Memberikan ketenangan Mendukung penyembuhan diri Mendorong meningkatkan kepercayaan diri Memicu inspirasi dan imajinasi Memberikan ketenangan, kedamaian dan relaksasi Memunculkan nilai kejujuran Aplikasi pada Ruang Lapangan olahraga, ruang terbuka Area display Ruang kelas, ruang serbaguna Ruang kesenian, ruang terbuka Asrama, wawancara ruang Ruang pelatihan, perpustakaan dan ruang belajar Ruang asrama konseling, 5.9. Konsep Interaksi Visual Ruang Persepsi pengguna bangunan terhadap ruang akan menentukan bagaimana perilaku pengguna ketika melakukan kegiatan dalam ruangan tersebut. Untuk memperoleh rancangan ruang yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya, aspek arsitektural berupa interaksi visual ruang harus dianalisis dan dipertimbangkan dengan 80

baik. Berikut ini adalah analisis konsep interaksi visual ruang dan aplikasinya dalam perancangan. Tabel 5.2. Konsep Interaksi Visual Ruang dan Aplikasinya dalam Perancangan Bentuk Interaksi antara Memberikan kesan Memisahkan satu Memberikan kesan ruang dengan tertutup namun ruang dengan penutupan yang Analisis ruang di sekitarnya kuat. tetap memungkinkan kemenerusan ruang yang lain. kuat, memberikan batasan ruang yang sangat jelas visual. Ruang komunal, Ruang Ruang belajar, Ruang pelatihan, Aplikasi lapangan. kesenian/ruang hobi, area display. perpustakaan dan pagar bangunan. konseling, serbaguna, rapat/wawancara. Bentuk-bentuk interaksi visual keruangan ini jika digabungkan dalam suatu rancangan dapat membentuk ruang yang mendukung terciptanya interaksi tanpa menyulitkan pengawasan terhadap kegiatan pengguna ruang. Salah satu penerapannya dalam perancangan adalah ruang komunal dalam bangunan. 81

Gambar 5.14. Ilustrasi konsep penerapan interaksi visual keruangan. Gambar konsep interaksi visual keruangan diatas merupakan penerapan ide dalam ruang komunal di bangunan Panti Sosial Bina Remaja. Dengan menggabungkan beberapa bentuk interaksi visual yang telah dijelaskan sebelumnya, akan terbentuk suatu ruang yang mendukung interaksi pengguna bangunannya. Gambar 5.15. Ilustrasi konsep penerapan interaksi visual keruangan. Interaksi yang tercipta dalam ruang bersifat dinamis, karena ruang yang tercipta bersifat menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Namun kedinamisan interaksi dalam ruang tetap didukung dengan kemudahan pengawasan terhadap kegiatan pengguna bangunan. 82

Gambar 5.16. Ilustrasi penerapan interaksi visual dalam pagar bangunan. Selain penerapan dalam ruang komunal, interaksi visual juga dapat diaplikasikan dalam perancangan pagar bangunan. Pagar bangunan panti sosial harus memiliki unsur keterbukaan terhadap lingkungan sekitar, namun tetap harus menjaga keamanan dan pengawasan terhadap para remaja. Ilustrasi di atas menjelaskan gambaran pagar yang ideal dalam Panti Sosial Bina Remaja. Pagar bangunan berdiri setinggi garis pandang mata, namun tetap menjaga keterbukaan terhadap lingkungan sekitarnya dengan transparansi. Gambar 5.17. Ilustrasi penerapan konsep interaksi visual dalam pengawasan kegiatan. Gambar 5.19 menunjukkan salah satu penerapan konsep interaksi visual dalam pengawasan kegiatan. Ruang yang tercipta antara massa bangunan dapat memunculkan interaksi. Bidang-bidang yang mengelilingi ruang tersebut dapat digunakan sebagai sarana pengawasan. 83

5.10. Konsep Skala Keruangan Skala ruangan dapat menentukan bagaimana persepsi pengguna bangunan terhadap suatu ruangan. Ini dapat meningkatkan fungsionalitas ruangan tersebut. Misalnya, ruang yang terasa intim dapat memberikan rasa terlindung kepada pengguna bangunannya, oleh karena itu rasa intim dapat diaplikasikan dalam ruang yang memiliki kegiatan interaksi di dalamnya. Berikut ini adalah hasil analisis dan penerapan konsep skala ruangan pada rancangan bangunan. Tabel 5.3. Konsep Skala Ruang dan Aplikasinya dalam Perancangan Bentuk Analisis Aplikasi dalam Rancangan Memberikan rasa terlindung kepada pengguna, mendekatkan antar pengguna bangunan, pergerakan dalam ruang sedikit. Dapat diterapkan pada ruang konseling, ruang diskusi, ruang wawancara, asrama. Memberikan kenyamanan kepada pengguna karena skala yang familiar bagi pengguna. Ruang kelas, ruang pelatihan, ruang belajar, ruang kelas, perpustakaan, area display, ruang kesenian. Menimbulkan kesan keagungan, sehingga meningkatkan spiritualitas pengguna bangunan, ruang terkesan berat. Ruang ibadah, ruang serbaguna. 84

Gambar 5.18. Ilustrasi Penerapan Konsep Skala Ruang pada Ruang Konseling Gambar 5.17 adalah salah satu ilustrasi penerapan konsep skala ruang dalam ruang konseling. Kesan yang perlu ditimbulkan dalam ruang ini adalah kedekatan dan kehangatan. Oleh karena itu, tinggi ruangan dirancang rendah namun tetap nyaman bagi pengguna ruang. 5.11. Konsep Bukaan Ruang Bukaan ruang mempengaruhi persepsi kita akan bentuk dan orientasi ruang tersebut. Penerapan bukaan ruang dalam rancangan dapat meningkatkan efektivitas fungsi dari ruangan-ruangan dalam rancangan. Berikut ini adalah hasil analisis dan penerapan konsep bukaan ruang dalam rancangan. Tabel 5.4. Konsep Bukaan Ruang dan Penerapan dalam Rancangan Bentuk Analisis Aplikasi pada Perancangan Bukaan cocok diaplikasikan pada Ruang kelas, ruang ruang yang tertutup dan dapat kantor, ruang belajar, membuat pengguna bangunan ruang konseling, ruang terfokus terhadap kegiatan yang pelatihan, ruang berjalan. ruang serbaguna, wawancara/rapat. 85

Bukaan ini cocok untuk Ruang diaplikasikan pada ruang yang di perpustakaan, kesenian, ruang satu sisi memfokuskan pengguna display. bangunan terhadap kegiatannya, dan di sisi lain dapat memperoleh inspirasi dari lingkungan sekitar. Bukaan ini cocok untuk ruang Ruang komunal, taman, yang mendukung interaksi lapangan. kegiatan di dalam ruang dengan luar ruang. Gambar 5.19. Ilustrasi Penerapan Bukaan Ruang dalam Ruang Kelas Gambar 5.18 menunjukkan penerapan bukaan ruang dalam rancangan ruang kelas. Untuk menjaga fokus remaja dalam memperhatikan pelajaran, bukaan diletakkan di tempat tinggi. Pencahayaan alami juga diberikan di kedua sisi kelas, sehingga tidak menyilaukan. 5.12. Konsep Material Bangunan Material bangunan dapat memberikan kesan dan menimbulkan persepsi akan suatu ruangan kepada pengguna bangunan. Oleh karena itu, pemilihan material juga 86

disesuaikan dengan fungsi ruangnya, sehingga fungsionalitas ruang tersebut dapat terjaga. Gambar 5.20. Ilustrasi Penerapan Material dalam Ruang Kesenian Ilustrasi di atas menunjukkan penggunaan material yang disesuaikan dengan fungsi ruang. Ruang dalam gambar di atas adalah ruang kesenian. Material kayu dipilih sebagai material lantai karena sifatnya yang hangat dan menyenangkan. Kesan ini dapat mempengaruhi persepsi remaja ketika melakukan kegiatannya. Selain itu, material kaca dipilih sebagai bahan dinding karena sifatnya yang dinamis. Kaca memunculkan interaksi ruang kesenian dengan ruang di sekitarnya, sehingga diharapkan kreativitas remaja juga dapat terpacu karenanya. Gambar 5.21. Ilustrasi Penerapan Material dalam Ruang Komunal 87

Penerapan material dalam rancangan selanjutnya terlihat dalam ruang komunal. Material kayu, batu bata dan plastik dinilai paling cocok untuk diterapkan dalam rancangan karena kesan yang mereka hasilkan. Material kayu memberikan kesan hangat dan menyenangkan, sehingga akan mendukung interaksi positif yang diharapkan terjadi dalam ruang komunal. Material plastik juga memberikan kesan ringan, dinamis dan informal. Kesan ini akan mendukung kedekatan interaksi remaja dengan petugas panti. Material batu bata bersifat fleksibel dan dekoratif, sehingga meningkatkan nilai estetika ruang komunal. 88