BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Garis besar proses Pemeriksaan Investigatif secara keseluruhan, dari awal sampai dengan akhir, dipilah-pilah sebagai berikut:

PERTEMUAN 6: AUDIT INVESTIGASI

DAFTAR TABEL. 1. Tabel 1.1 Kegiatan dan Jadwal Rencana Penelitian Tabel 2.1 Perbedaan Audit Laporan Keuangan dengan. Audit Investigatif...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan timbulnya kecurangan (fraud) di lingkungan organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

PERTEMUAN 13: TAHAPAN AUDIT INVESTIGASI

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

BAB I PENDAHULUAN. intensitas dan modusnya semakin berkembang dengan penyebab multi factor.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Longenecker, Moore & Petty (2001) perusahaan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. menentu, hal ini dikarenakan ketidakpastian keadaan politik dan perekonomian dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kasus-kasus korupsi masih menjadi hiasan di layar kaca televisi kita

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Fraud di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat umumnya, salah

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

PERTEMUAN 11: BUKTI AUDIT INVESTIGASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BAPEPAM (2002) PT. KIMIA FARMA Tbk,(PT.KF)

1 BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wilopo (2006) kasus fraud (kecurangan) di Indonesia terjadi secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Pemilihan Judul

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak

BAB I PENDAHULUAN. public goods and services disebut governance (pemerintahan atau

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang menuntut terwujudnya Good Governance. Pengertian Good

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kronis bangsa. Hampir disemua lini pemerintahan terjadi perilaku korupsi, dan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tuntutan ini wajar karena selama ini dirasakan BUMN dikelola secara

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini pendeteksian penipuan (fraud) dan akuntansi forensik merupakan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL. Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pengendalian mutu. Selanjutnya De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN SERTA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan pemeriksaan investigatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

PERTEMUAN 12: TEHNIK AUDIT INVESTIGASI

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI MINAT STUDI AKUNTANSI FORENSIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI. Whistleblower System. Pelaksanaan. Pedoman.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good governance yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan

Fakta Korupsi di Sektor Pengadaan Tidak ada korupsi yang ongkosnya semahal korupsi dalam pengadaan barang dan jasa (Donald Strombom, 1998) Bank Dunia

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

4 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. internal terhadap penerapan good corporate governance, maka penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BABI PENDAHULUAN. Saat ini Negara kita sedang dalam taraf pemulihan ekonomi, setelah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia saat ini, menjadikan kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh oknumoknum dalam suatu instansi, baik sektor swasta maupun sektor pemerintah sendiri sudah menjadi hal yang sering terjadi. Tidak ketatnya pengawasan dari pihak yang lebih berwenang dan niatan atau dorongan untuk melakukan kecurangan, menjadikan faktor utama dalam terjadinya fraud. Fraud biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tingkat intelektual tinggi, tetapi minimnya tingkat spiritual menjadikan ilmu, kedudukan, kekuasaan dijadikan fasilitas untuk melancarkan fraud. Fraud seperti KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) berdampak penegakan hukum dan pelayanan masyarakat menjadi kian buruk, pembangunan fisik menjadi terbengkalai, prestasi menjadi tidak berarti, aspek demokrasi menjadi tidak dapat berjalan dan hancurnya perekonomian. Fraud bisa dilakukan oleh pihak yang berada di dalam maupun di luar lingkungan pemerintah. Namun pada umumnya dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan pemerintah, karena biasanya orang-orang tersebut memahami mengenai pengendalian internal (Internal control) yang ada di dalam instansinya. Sehingga suatu kecurangan bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Internal control yang lemah bisa dikatakan sebagai kunci permasalahan dimana bisa terjadinya kecurangan di samping orang tersebut mempunyai kesempatan dan mempunyai dorongan untuk melakukan kecurangan tersebut. Terungkapnya kasus-kasus korupsi saat ini oleh komisi pemberantasan tindak pidana korupsi yang dibuat oleh pemerintah maupun tim penyidik aparat pemerintah, maka dapat dikatakan bahwa dalam negara kita praktik fraud bukanlah hal yang tidak mungkin tidak terjadi. Dari informasi yang ada, terbukti bahwa praktik korupsi di Indonesia sudah melampaui batas dan termasuk tertinggi pada peringkat korupsi Negara-negara di Asia, khususnya di Asia tenggara.

Sejak reformasi bergulir tuntutan masyarakat terhadap aparatur Negara untuk mewujudkan good governance dalam meminimalisasi tindakan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) merupakan agenda tuntutan yang sering mengemuka. Untuk mewujudkan hal ini masyarakat menuntut pemerintah agar menjalankan roda pemerintahan secara transparan, partisipatif dan akuntabel. Dengan kondisi ini unsur pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah akan menghadapi tantangan yang semakin berat, sebab untuk melakukan pemberantasan KKN dan mewujudkan pemerintahan yang transparan, partisipatif dan akuntabel peran pengawasan benar-benar sangat menentukan. Tetapi hampir nyatanya di semua lini pemerintahan terjadi perilaku KKN. Bahkan orang sudah menganggap KKN sebagai hal yang wajar di setiap instansi pemerintah dan tanpa disadari KKN telah menyebabkan keterpurukan bangsa yang membuat rakyat menjadi menderita. Tidak mudah menangkap seorang koruptor, ketika tertangkap kasusnya menjadi perkara yang lambat padahal tersangka terbukti melakukan tindak pidana korupsi, tetapi putusan hukum menyatakan tidak bersalah atau bebas murni karena tidak cukup bukti begitu pula berdasarkan hasil audit investigatif seseorang bisa diduga melakukan korupsi, sehingga dapat segera ditindaklanjuti. Salah satu contohnya korupsi sangat banyak terjadi dalam realisasi anggaran yang ditunjukan untuk kesejahteraan masyarakat. Setiap tahun BPK maupun BPKP melaporkan kasus selisih jumlah realisasi anggaran yang mengandung unsur tindak pidana korupsi. Namun tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan. Tetapi beberapa kasusnya ada yang berhasil diselesaikan di pengadilan Bantuan dana yang diajukan oleh pemohon bantuan, khususnya masyarakat melalui Dewan perwakilan Provinsi masing-masing sudah diatur sesuai dengan prosedur maupun kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun sejauh ini kebijakan-kebijakan tersebut masih dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum baik dari luar maupun pemerintah sendiri untuk melakukan tindakan penyelewengan (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang merugikan masyarakat.

Telah diketahui bahwa saat ini banyak masyarakat yang telah mengajukan permohonan dana kepada pemerintah dengan tujuan membangun sarana dan prasarana yang akan dibangun untuk kesejahteraan masyarakat, dengan cara menyampaikan aspirasi mereka kepada dewan perwakilan provinsi masingmasing, yang dikenal dengan istilah dana revitalisasi. Ketika rancangan anggaran dibuat dan akan direalisasikan, disinilah sebagian besar penyalahgunaan yang menjurus pada tindak pidana korupsi dilakukan, oleh karena itu tindak pidana korupsi dalam dana revitalisasi yang sering terjadi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pembangunan di Indonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Peranan Audit Investigatif untuk Mengungkap Kecurangan (Fraud) Dana Revitalisasi pada Lembaga Pendidikan ( Studi kasus di POLWILTABES BANDUNG Jl. Merdeka No.18-20. Bandung ) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, permasalahan yang diangkat adalah apakah audit investigatif dapat berperan dalam pengungkapan kecurangan yang terjadi dalam dana bantuan sosial pada lembaga pendidikan. 1.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latar belakang dan identifikasi masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan audit investigatif dalam mengungkapkan kecurangan yang terjadi dalam dana revitaisasi pada lembaga pendidikan.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi POLWILTABES (Kepolisian Wilayah Kota Besar), dengan dilakukannya penelitian ini dapat meningkatkan kerja sama dengan auditor investigatif khususnya dalam rangka pemberantasan korupsi 2. Bagi Penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam hal auditing, khususnya audit investigatif untuk membandingkan dengan teori yang pernah diperoleh di bangku kuliah serta sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi S 1 di Fakultas Ekonomi Widyatama 3. Bagi Pemerintah dan Negara, diharapkan dapat membuat aturan yang lebih ketat terhadap prosedur dan wewenang dalam penyaluran dana bantuan sosial. 4. Bagi masyarakat akademik umumnya dan mahasiswa khususnya yang tertarik untuk meneruskan penelitian ini. 1.5 Kerangka Pemikiran Saat ini tindak kejahatan seperti bukan hal yang tabu lagi bagi pelaku kejahatan, terutama kejahatan berjenis kerah putih (White collar crime). Salah satu kejahatan kerah putih yang paling banyak terjadi adalah kejahatan dibidang ekonomi itu sendiri lebih dikenal dengan sebutan kecurangan (fraud). Korupsi termasuk dalam kelompok kecurangan (fraud). Dalam buku ajar yang ditulis Jones dan Bates (1990:213) dinyatakan bahwa menurut Theft Act 1968 yang termasuk dalam fraud adalah penggelapan yang mencakup berbagai jenis kecurangan, antara lain yang disengaja, pemalsuan rekening, praktik korupsi, dan lain-lain. Fraud terjadi dimana seorang memperoleh kekayaan atau keuangan melaliu kecurangan atau penipuan. Menurut Theodorus M Tuanakotta (2006: 96), Fraud menyangkut kesalahan disengaja yang dapat diklasifikasi kedalam tiga tipe: 1. Fraudulent financial reporting yang meliputi: manipulasi, pemalsuan, atau alteration catatan akuntansi atau dokumen pendukung dari laporan keuangan yang disusun, tidak menyajikan dalam atau sengaja menghilangkan kejadian, transaksi, dan informasi penting dari laporan keuangan, dan sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah, dan

2. Misappropriation of assets yang meliputi; penggelapan penerimaan kas, pencurian aktiva, dan hal-hal yang menyebabkan suatu entitas membayar untuk barang atau jasa yang diterimanya. 3. Corruption, yang meliputi Conflict of interest, bribery, illegal gratuities dan economic extortion. Menurut Djankov, et all, yang dialihbahasakan oleh Theodorus M. Tuanakotta (2003: 117) mengatakan bahwa korupsi adalah outcome, cerminan dari lembaga-lembaga hukum, ekonomi, budaya, dan politik suatu negara. Korupsi dapat berupa tanggapan atas peraturan yang berguna atau peraturan yang merugikan. Menurut the Institute of Internal Auditor di Amerika kecurangan mencakup ketidakberesan dan tindakan ilegal yang berartikan penipuan yang disengaja. Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi atau orang di luar organisasi. Berdasarkan pengertian di atas kecurangan mengarah kepada 4 unsur penting yaitu: 1. Ketidakberesan dan tindakan illegal 2. Penipuan yang disengaja 3. Dilakukan untuk manfaat atau kerugian organisasi 4. Dilakukan orang dalam atau luar organisasi Audit investigatif adalah audit yang menyangkut review dan pemeriksaan investigasi atas dokumentasi keuangan untuk suatu tujuan yang spesifik, yang bisa berhubungan dengan dukungan proses pengadilan dan klaim asuransi, seperti juga hal-hal kriminal. Dalam audit investigatif, auditor bekerja atas nama penyidik. Prosedur audit yang digunakan di samping Standar Auditing, juga menggunakan wewenang penyidik yang sangat luas. Ruang lingkup audit lebih luas sesuai kewenangan penyidik. Laporan audit yang sering dilakukan berupa keterangan ahli dan di samping itu auditor juga di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagai saksi ahli dan selanjutnya menjadi saksi ahli di sidang pengadilan.

Garis besar proses pemeriksaan investigatif secara keseluruhan, dari awal sampai dengan akhir, dapat dipilah-pilah sebagai berikut: 1. Penelaahan informasi awal Pada proses ini pemeriksa melakukan: pengumpulan informasi tambahan, penyusunan fakta dan proses kejadian, penetapan dan penghitungan tentatif kerugian keuangan, penetapan tentatif penyimpangan, dan penyusunan hipotesa awal. 2. Perencanaan pemeriksaan investigatif Pada tahapan perencanaan dilakukan: pengujian hipotesa awal, identifikasi bukti-bukti, menentukan tempat/sumber bukti, analisa hubungan bukti dengan pihak terkait, dan penyusunan program pemeriksaan investigatif. 3. Pelaksanaan Pada tahapan pelaksanaan dilakukan: pengumpulan bukti-bukti, pengujian fisik, konfirmasi, observasi, analisis dan pengujian dokumen, interview, penyempurnaan hipotesa, dan review kertas kerja. 4. Pelaporan Fase terakhir, dengan isi laporan hasil pemeriksaan Investigatif kurang lebih memuat: unsur-unsur melawan hukum, fakta dan proses kejadian, dampak kerugian keuangan akibat penyimpangan/tindakan melawan hukum, sebabsebab terjadinya tindakan melawan hukum, pihak-pihak yang terkait dalam penyimpangan/tindakan melawan hukum yang terjadi, dan bentuk kerja sama pihak-pihak yang terkait dalam penyimpangan/tindakan melawan hukum. Khusus untuk lembaga BPK di Indonesia, proses penyusunan laporan ini terdiri dari beberapa kegiatan sampai disetujui oleh BPK untuk disampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi atau kepada Kejaksaan Agung, yang fasenya sbb: penyusunan konsep awal laporan, presentasi hasil pemeriksaan investigatif di BPK, melengkapi bukti-bukti terakhir, finalisasi laporan, dan penggandaan laporan.

5. Tindak lanjut Pada tahapan tindak lanjut ini, proses sudah diserahkan dari tim audit kepada pimpinan organisasi dan secara formal selanjutnya diserahkan kepada penegak hukum. Penyampaian laporan hasil audit investigatif kepada pengguna laporan diharapkan sudah memasuki pada tahap penyidikan. Berkaitan dengan kesaksian dalam proses lanjutan dalam peradilan, tim audit investigatif dapat ditunjuk oleh organisasi untuk memberikan keterangan ahli jika diperlukan. Sistem penyaluran dana revitalisasi yang kurang transparan diyakini merupakan sumber utama bagi kebocoran anggaran, yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan sumbangan besar terhadap kemunduran pelayanan bagi rakyat kurang mampu di Indonesia. Besarnya dana revitalisasi mengesankan skala potensial masalah tersebut. 1.5.1 Review Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Medhi Ahadian mahasiswa Universitas Widyatama pada tahun 2009 dengan objek penelitian pada kecurangan (fraud) dana bantuan sosial pada lembaga pemerintahan, dengan judul Peranan Audit Investigatif dalam Pengungkapan Kecurangan (fraud) Dana Bantuan Sosial pada Lembaga Pemerintah. Di dalam penelitian sebelumnya disimpulkan bahwa audit investigatif itu ikut berperan dalam mengungkap kecurangan (fraud). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis yaitu dari objek yang diteliti, dimana objek yang diteliti dalam penelitian sebelumnya adalah penelitian pada kecurangan (fraud) dana bantuan sosial sedangkan objek yang diteliti oleh penulis adalah penelitian pada kecurangan (fraud) Dana Revitalisasi, dengan judul Peranan Audit Investigatif untuk Mengungkap Kecurangan (Fraud) Dana Revitalisasi pada Lembaga Pendidikan.

1.6 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan metode eksploratif yaitu penelitian dengan tujuan menemukan masalah-masalah baru. Menurut Husein Umar (2003:62) penelitian eksploratif merupakan penelitian yang sifatnya hanya melakukan eksplorasi yaitu berusaha mencari ideide atau hubungan-hubungan yang baru sehingga dapat dikatakan penelitian ini bertitik tolak dari variabel bukan dari fakta. Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), dengan cara mempelajari bukubuku yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian Lapangan (Field Research), dengan cara melakukan penelitian langsung ke kantor untuk memperoleh data melalui wawancara (interview), observasi atau pengamatan dan memeriksa angket berupa pertanyaan tertulis kepada responden. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kepolisian Negara Republik Indonesia Wilayah Kota Besar Bandung (POLWILTABES BANDUNG) yang berlokasi di Jl. Merdeka No.18-20 Bandung, waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2010 sampai dengan selesai.