HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

PERBEDAAN SOSIAL EKONOMI DAN PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI NORMAL

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga Nelayan dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Kota Padang

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

SIKAP IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

(STUDI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK) SKRIPSI. Oleh: Ika Fransischasari NIM

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA BALITA USIA 7-24 BULAN DI DESA HARGOREJO KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

Henrika Hetti Gulo 1, Evawany 2, Jumirah 3. Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI ANAK DI BAWAH 5 TAHUN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS NUSUKAN SURAKARTA


Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

TESIS. Oleh MARIA POSMA HAYATI /IKM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FREKUENSI KUNJUNGAN POSYANDU DAN RIWAYAT KENAIKAN BERAT BADAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 3 5 TAHUN

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KESEHATAN RONGGA MULUT DENGAN KESEHATAN PERIODONTAL IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X BANDUNG ABSTRAK

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DAN SANITASI RUMAH DENGAN STATUS GIZI BAYI KELUARGA MISKIN PERKOTAAN

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI YA II SURABAYA PROGRAM FAKULTAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DISMINORE...

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU MENGIKUTI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULUR RT 03/VI BENDOSARI SUKOHARJO

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN Cholifatun Ni mah 1, Lailatul Muniroh 2 1,2 Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Email: iffa2792@gmail.com ABSTRAK Balita merupakan kelompok yang rawan mengalami masalah gizi, salah satunya wasting dan stunting. Wasting dan stunting banyak terjadi pada keluarga miskin. Salah satu penyebab wasting dan stunting adalah pola asuh ibu terhadap balitanya. Pola asuh ibu terkait dengan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu. Ibu dengan tingkat pendidikan rendah lebih sulit menerima informasi daripada ibu dengan tingkat pendidikan tinggi. Pengetahuan yang kurang dapat menjadikan pola asuh ibu kurang sehingga memengaruhi kejadian wasting dan stunting pada balita. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan pola asuh dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin. Besar sampel adalah 47 balita dari keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dengan α= 0,05. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada keluarga miskin persentase stunting lebih besar daripada wasting, dan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan (p=0,581 dan 0,605), tingkat pengetahuan (p=0,632 dan 0,963), dan pola asuh ibu (p=0,719 dan 0,928) dengan wasting dan stunting. Kesimpulan penelitian adalah tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan pola asuh ibu tidak berkontribusi terhadap terjadinya wasting dan stunting pada balita keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Pemerintah perlu mengupayakan peningkatan pengetahuan terkait gizi seimbang, kesehatan anak, dan masalah gizi balita kepada ibu balita dan ibu hamil untuk mencegah wasting dan stunting dengan promosi dan konseling secara rutin melalui bidan desa. Kata Kunci: kemiskinan, stunting, wasting ABSTRACT Children under five is a group that vulnerable to undernutrition, particularly wasting and stunting. Wasting and stunting are common happened in poor families. One cause of wasting and stunting is related to mother care pattern to their child. Mother care pattern is associated to maternal education and knowledge level. Mothers with low education will be more difficult to receive information compared to mothers with higher education. Less knowledge mother may affect poor caring pattern, therefore it could induce wasting and stunting problem in children under five. The aim of this research was to analyze correlation between the level of education, knowledge, and mother s care pattern with wasting and stunting. The sample was 47 children from poor families in Balen, Bojonegoro that selected using simple random sampling technique. Data were analyzed using chi-square test with α=0,05. The result of the research showed that in poor families, percentage of stunting was higher than wasting and there was no correlation between level of education (p=0,581 and 0,605), level of knowledge (p=0,632 and 0,963), and mother s care pattern (p=0,719, and 0,928) with wasting and stunting. This study concluded that the level of education, knowledge, and mother s care pattern do not contribute to the occurrence of wasting and stunting problem among children under five from poor families in Balen, Bojonegoro. The government should strive to increase mother s and pregnant women s knowledge about balanced nutrition, child health, and child nutritional problem to prevent wasting and stunting through routine promotion and counselling by health professionals. Keywords: poverty, stunting, wasting PENDAHULUAN Salah satu kelompok rawan akan masalah gizi adalah balita. Hal ini dikarenakan pada masa balita memerlukan asupan zat gizi dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kesalahan dalam pemenuhan zat gizi balita akan membawa dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan saat dewasa. Balita yang kekurangan gizi akan berisiko mengalami penurunan IQ, penurunan imunitas dan produktivitas, masalah 84

Cholifatun dkk., Hubungan Tingkat Pendidikan 85 kesehatan mental dan emosional, serta kegagalan pertumbuhan (Kesuma, 2012; Fleck, 2010). Indonesia masih mengalami masalah gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Namun, perhatian pemerintah masih terfokus pada masalah gizi kurang. Prevalensi masalah wasting di Indonesia tahun 2013 sebanyak 12,1%, sedangkan masalah stunting di Indonesia sebanyak 37,2% (Balitbangkes, 2013). Prevalensi masalah wasting di Provinsi Jawa Timur tahun 2014 sebesar 8%, dan masalah stunting sebesar 29% (Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2014). Salah satu penyebab dasar dari wasting dan stunting adalah kondisi ekonomi keluarga yang rendah (miskin). Kemiskinan mengakibatkan keluarga tersebut mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarga dari segi kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan data BPS (2014), persentase kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro di atas Jawa Timur. Persentase kemiskinan di Jawa Timur sebesar 12,73%, sedangkan di Bojonegoro 15,95%. Kecamatan Balen merupakan salah satu kecamatan miskin di Kabupaten Bojonegoro, yaitu pada urutan kecamatan miskin ke 4 dari 27 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro (BPS, 2008). Persentase wasting dan stunting pada balita di Kecamatan Balen lebih tinggi daripada persentase Kabupaten Bojonegoro. Persentase balita wasting di Kecamatan Balen 3,47%, sedangkan di Kabupaten Bojonegoro 2,5%. Persentase stunting di Kecamatan Balen 11,84%, sedangkan di Kabupaten Bojonegoro 10,45% (Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2014). Kemiskinan menjadi penyebab dasar masalah wasting dan stunting pada balita di Kabupaten Bojonegoro. Sebanyak 8,33% kejadian wasting dan stunting di Kabupaten Bojonegoro disebabkan oleh faktor kemiskinan. Penyebab lain yang secara tidak langsung memengaruhi kejadian wasting dan stunting pada balita adalah pola asuh ibu terhadap balita. Berdasarkan data Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro (2013), wasting dan stunting pada balita sebanyak 54,17% disebabkan oleh pola asuh ibu yang kurang baik terhadap balitanya. Perilaku ibu dalam mengasuh balitanya memiliki kaitan yang erat dengan kejadian wasting pada balita. Ibu dengan pola asuh yang baik akan cenderung memiliki anak dengan status gizi yang baik pula, begitu juga sebaliknya, ibu dengan pola asuh gizi yang kurang cenderung memiliki anak dengan status gizi yang kurang pula (Virdani, 2012). Pola asuh ibu merupakan perilaku ibu dalam mengasuh balita mereka. Perilaku sendiri berdasarkan Notoatmodjo (2005) dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap yang baik, yang selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai sesuai, maka akan muncul perilaku yang baik pula. Pengetahuan sendiri didapatkan dari informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal maupun dari media (non formal), seperti radio, TV, internet, koran, majalah, dll. Tingkat pendidikan memengaruhi seseorang dalam menerima informasi. Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan lebih mudah dalam menerima informasi daripada orang dengan tingkat pendidikan yang kurang. Informasi tersebut dijadikan sebagai bekal ibu untuk mengasuh balitanya dalam kehidupan sehari- hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan pola asuh ibu dengan kejadian wasting dan stunting pada balita dari keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. METODE Penelitian cross sectional ini menggunakan populasi seluruh balita usia 13-59 bulan dari keluarga miskin yang tinggal di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro, yaitu sebanyak 79 balita. Sampel penelitian dipilih secara acak menggunakan teknik simple random sampling yaitu sebanyak 49 balita. Teknik pengumpulan data untuk data primer yaitu wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran berat badan menggunakan electric scale, sedangkan pengukuran tinggi badan atau panjang badan menggunakan microtoise atau lengthboard. Variabel tingkat pengetahuan

86 Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1 Januari Juni 2015: hlm. 84 90 terdiri dari pengetahuan mengenai gizi seimbang, kandungan zat gizi pada makanan, dan kesehatan anak. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu kurang, cukup, dan baik. Ibu dikatakan memiliki pola asuh kurang apabila jumlah jawaban benar <60%, kategori cukup 60%- 80%, dan kategori baik >80%. Variabel pola asuh terdiri dari perawatan kesehatan dasar, pemberian makan, higiene perorangan, dan keadaan tempat tinggal yang kemudian dikompositkan. Teknik penyajian data menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang antara tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, serta pola asuh ibu dengan status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB dan TB/U. Teknik analisis data menggunakan uji statistik chi-square dengan α = 0,05. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, dengan No. Etik 282-KEPK. HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks TB/U menggambarkan status gizi balita di masa lampau, sedangkan indeks BB/ TB menggambarkan status gizi balita di masa sekarang. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap keadaan kurang gizi dalam waktu pendek. Efek terhadap kekurangan zat gizi akan berpengaruh pada tinggi badan balita dalam kurun waktu yang relatif lama. Dalam penelitian ini disajikan distribusi frekuensi balita berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, pola asuh ibu, dan status gizi balita berdasarkan indeks BB/ TB dan TB/U. Distribusi silang antara tingkat Tabel 1. Status Gizi Balita Keluarga Miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Berdasarkan Indeks BB/TB dan TB/U Tahun 2015 Variabel Jumlah (n) Persen (%) Status Gizi Balita berdasarkan Indeks BB/TB Gemuk 3 6,1 Normal 40 81,7 Wasting 6 12,2 Status Gizi Balita berdasarkan Indeks TB/U Normal 26 53,1 Stunting 14 46,9 pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan pola asuh ibu dengan status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB dan TB/U. Berdasarkan Tabel 1, status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB sebagian besar dalam kategori normal (81,7%). Namun sebanyak 12,2% balita mengalami wasting. Berdasarkan indeks TB/U, hampir setengahnya yaitu sebesar 46,9% balita mengalami stunting. Berdasarkan umur, persebaran balita hampir merata pada masing-masing kelompok umur, pada kelompok umur 13-28 terdapat 34,7% balita, pada kelompok umur 29-44 terdapat 30,6% balita, dan pada kelompok umur 45-59 terdapat 34,7% balita. Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar balita 63,3% balita berjenis kelamin laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Masalah wasting pada balita berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 13-28 bulan (23,5%), sedangkan pada kelompok umur 45-50 bulan masalah wasting sebesar 5,9%. Pada masalah stunting, terbanyak pada kelompok umur 29-44 bulan. Namun pada kelompok umur 13-38 bulan persentase masalah stunting juga relatif tinggi, yaitu sebesar 52,9%, sedangkan pada kelompok umur 45-59 bulan persentase masalah stunting sebanyak 35%. Masa balita merupakan masa yang rawan mengalami masalah kurang gizi, hal tersebut dikarenakan pada masa balita tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang relatif cepat dibandingkan masa-masa yang lain. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh pada masa balita akan menentukan kualitas pertumbuhan di masa yang akan datang. Masalah stunting banyak terjadi pada balita kategori usia 13-38 bulan dan 29-44 bulan. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena bisa jadi stunting pada balita tersebut terjadi sebelum balita mencapai 13-38 bulan dan 29-44 bulan, namun manifestasinya lebih nampak pada usia 13-38 bulan dan 29-44 bulan. Berdasarkan jenis kelamin, masalah wasting pada balita laki-laki (12,9%), hampir sama jika dibandingkan dengan perempuan (11,1%), sedangkan masalah stunting lebih banyak terjadi pada perempuan (50%) daripada laki-laki (45,2%).

Cholifatun dkk., Hubungan Tingkat Pendidikan 87 Tabel 2. Persentase Wasting dan Stunting Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Pada Keluarga Miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 Variabel Jumlah (n) Wasting Normal Stunting Normal Total Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) Umur (Bulan) 13-28 4 23,5 13 76,5 9 52,9 8 47,1 17 100 29-44 1 16,7 14 93,3 8 53,3 7 46,7 15 100 45-59 1 5,9 16 94,1 6 35,0 11 64,7 17 100 Jenis Kelamin Laki-Laki 4 12,9 27 87,1 14 45,2 17 54,8 31 100 Perempuan 2 11,1 16 88,5 9 50,0 9 50,0 18 100 Persen (%) Tabel 3. Distribusi Silang antara Tingkat pendidikan, Tingkat Pengetahuan, dan Pola Asuh Ibu dengan Kejadian Wasting dan Stunting pada Balita Keluarga Miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 Status Gizi Berdasarkan Status Gizi Berdasarkan Variabel Indeks BB/TB TOTAL P Indeks TB/U TOTAL P Wasting Normal Value Stunting Normal Value n % n % n % n % n % n % Tingkat Pendidikan Tamat SD 1 5,9 16 94,1 17 100 9 52,9 8 47,1 17 100 Tamat SMP 4 14,8 23 85,2 27 100 0,581 11 40,7 16 59,3 27 100 0,605 Tamat SMA 1 20,0 4 80,0 5 100 3 60,0 2 40,0 5 100 Tingkat Pengetahuan Kurang 3 16,7 15 83,3 18 100 8 44,4 10 55,6 18 100 Cukup 3 11,1 24 88,9 27 100 0,632 13 48,1 14 51,9 27 100 0,963 Baik 0 0,0 4 100,0 4 100 2 50,0 2 50,0 4 100 Pola Asuh Ibu Kurang 2 11,1 16 88,9 18 100 9 50,0 9 50,0 18 100 Sedang 3 11,1 24 88,9 27 100 0,719 12 44,4 15 55,6 27 100 0,928 Baik 1 25,0 3 75,0 4 100 2 50,0 2 50,0 4 100 Berdasarkan Tabel 3 baik ibu yang memiliki tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA sebagian besar memiliki balita dengan status gizi yang normal. Wasting pada balita banyak terjadi pada balita yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan terakhir SMA (20%). Begitu pula dengan stunting, kejdian stunting lebih banyak terjadi pada ibu dengan tingkat pendidikan terakhir SMA (60%). Berdasarkan uji hubungan didapatkan p wasting= 0,581, dan p stunting= 0,605, p wasting dan p stunting >α artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Taurina (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak prasekolah dan sekolah dasar di Kecamatan Godean berdasarkan indeks BB/TB. Penelitian Anindita (2012) juga menyatakan hal yang sama, bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan stunting pada balita. Indeks BB/TB merefleksikan status gizi pada masa kini, sedangkan indeks TB/U merefleksikan status gizi balita pada masa lampau. Pendidikan ibu merupakan hal dasar bagi tercapainya gizi balita yang baik. Tingkat pendidikan ibu tersebut terkait dengan kemudahan ibu dalam menerima informasi tentang gizi dan kesehatan dari luar. Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi dari luar, dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Tingkat pendidikan pada keluarga miskin sebagian besar dalam kategori rendah, hal ini dikarenakan keterbatasan ekonomi yang dialami sehingga mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih

88 Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1 Januari Juni 2015: hlm. 84 90 tinggi. Dalam penelitian ini, ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah tidak selalu memiliki balita dengan masalah stunting dan wasting yang lebih banyak daripada ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan ibu merupakan penyebab dasar dari masalah kurang gizi, dan masih banyak faktorfaktor lain yang dapat memengaruhi terjadinya masalah kurang gizi, khususnya wasting dan stunting pada keluarga miskin. Masalah wasting lebih banyak terjadi pada ibu dengan tingkat pengetahuan yang kurang (16,7%), sedangkan stunting lebih banyak pada ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik (50%). Namun tidak sedikit juga balita yang memiliki ibu dengan tingkat pengetahuan kurang dan cukup yang mengalami stunting. Berdasarkan uji hubungan didapatkan p wasting= 0,632, dan p stunting= 0,963, p wasting dan p stunting >α artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Hal ini sejalan dengan penelitian Hendrayati (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian wasting pada balita. Sulastri (2012) juga menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita. Kejadian wasting dan stunting pada balita terkait dengan asupan zat gizi pada balita. Asupan zat gizi yang dimakan oleh balita sehari-hari tergantung pada ibunya sehingga ibu memiliki peran yang penting terhadap perubahan masukan zat gizi pada balita. Ibu dengan tingkat pengetahuan yang lebih baik kemungkinan besar akan menerapkan pengetahuannya dalam mengasuh anaknya, khususnya memberikan makanan sesuai dengan zat gizi yang diperlukan oleh balita, sehingga balita tidak mengalami kekurangan asupan makanan. Dalam penelitian ini, pada masalah wasting semakin baik tingkat pengetahuan Ibu, persentase wasting semakin sedikit, bahkan Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik seluruhnya memiliki balita yang normal. Pada masalah stunting, berkebalikan dengan wasting, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik memiliki balita dengan masalah stunting lebih besar daripada ibu dengan pengetahuan yang kurang dan cukup. Tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tidak menjamin memiliki balita dengan status gizi yang normal. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Namun, perilaku selain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya sosio ekonomi, sosio budaya, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pola asuh, masalah wasting terbanyak pada ibu dengan pola asuh yang baik, yaitu sebanyak 25%, sedangkan pada masalah stunting terbanyak terjadi pada balita yang memiliki ibu dengan pola asuh sedang (55%). Namun pada balita yang memiliki ibu dengan pola asuh yang kurang dan baik, persentase stunting juga cukup besar yaitu sebesar 50%. Hasil uji hubungan didapatkan nilai p wasting= 0,719, p stunting= 0,928, p wasting dan p stunting > α artinya tidak ada hubungan antara pola asuh ibu dengan masalah wasting dan stunting pada balita keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Pola asuh ibu memiliki peran dalam kejadian wasting dan stunting pada balita karena asupan makanan pada balita sepenuhnya diatur oleh ibunya. Ibu dengan pola asuh baik akan cenderung memiliki balita dengan status gizi yang lebih baik daripada ibu dengan pola asuh yang kurang. Namun dalam penelitian ini ibu dengan pola asuh yang baik belum tentu memiliki balita dengan masalah wasting dan stunting yang lebih kecil daripada ibu dengan pola asuh yang kurang. Hal ini bisa jadi dikarenakan meskipun pola asuh ibu baik, pada keluarga miskin terdapat keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga pola asuh ibu tidak memengaruhi terjadinya masalah wasting dan stunting. Masalah wasting pada balita menggambarkan kekurangan zat gizi yang dialami pada balita dalam kurun waktu yang relatif singkat dan barubaru ini. Kondisi wasting yang terjadi pada balita

Cholifatun dkk., Hubungan Tingkat Pendidikan 89 keluarga miskin secara umum tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan pola asuh ibu. Bisa jadi, kondisi wasting tersebut dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya riwayat penyakit infeksi dan ketersediaan pangan tingkat rumah tangga. Stunting merupakan gambaran kekurangan gizi pada balita dalam kurun waktu yang relatif lama. Indeks TB/U menggambarkan status gizi balita masa lampau. Secara umum, tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, dan pola asuh ibu dengan masalah stunting pada balita keluarga miskin. Ada banyak faktor yang memengaruhi terjadinya masalah stunting di luar faktor tersebut, diantaranya adalah status gizi ibu balita ketika mengandung. Ibu hamil yang mengalami kurang gizi akan mengakibatkan janin yang dikandung juga mengalami kekurangan zat gizi. Kekurangan zat gizi pada kehamilan yang terjadi terus menerus akan melahirkan anak yang mengalami kurang gizi. Kondisi ini jika berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama akan menyebabkan anak mengalami kegagalan dalam pertumbuhan (stunting). Selain itu ibu yang pendek juga berisiko melahirkan anak yang pendek. KESIMPULAN DAN SARAN Pada balita keluarga miskin lebih banyak terjadi masalah stunting dibanding masalah wasting, selain itu masalah wasting dan stunting pada balita keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan pola asuh ibu. Namun, ada faktor lain di luar faktor yang diteliti tersebut yang memengaruhi kejadian wasting dan stunting. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat faktor lain di luar faktor yang diteliti yang dapat memengaruhi masalah wasting dan masalah stunting pada balita keluarga miskin. Selain itu, Dinas Kesehatan perlu melakukan upaya peningkatan pengetahuan tentang gizi dan pentingnya gizi seimbang untuk balita dengan sasaran ibu hamil melalui sosialisasi rutin yang dilakukan bersama bidan desa. Upaya ini diharapkan mampu menjaga gizi yang optimal pada balita dari sebelum dilahirkan sampai dengan kehidupan selanjutnya sehingga tidak mengalami kekurangan gizi. DAFTAR PUSTAKA Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Kecukupan Protein & Zinc dengan Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6-35 Bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1), 617-626. Diakses dari http://ejournals1.undip. ac.id/index.php/jkm Astuti, S. D., dan Taurina, F. S. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Prasekolah dan Sekolah Dasar di Kecamatan Godean. KESMAS, 7(1), 15-20. Diakses dari http:// journal.uad.ac.id/index.php/kesmas/article/ viewfile/1048/pdf_3 Badan Pusat Statistik. (2008). Bojonegoro dalam Angka Tahun 2014. Bojonegoro: BPS. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Depkes RI. Badan Pusat Statistik. (2014). Persentase Kemiskinan di Jawa Timur Tahun 2014. Surabaya: BPS Jawa Timur. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2014). Laporan Bulanan Seksi Gizi Tahun 2014 (LB3). Surabaya: Dinkes Provinsi Jawa Timur. Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. (2014). Profil Status Gizi Balita di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014. Bojonegoro: Dinkes Kabupaten Bojonegoro. Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. (2013). Profil Status Gizi Balita di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014. Bojonegoro: Dinkes Kabupaten Bojonegoro. Flek, A. (2010). Children With Poor Nutrition. Diakses dari http://healthyeating.sfgate.com/ children-poor-nutrition-6555.html. Hendrayati, Aswita, A., dan Darmawati. (2013). Faktor yang Memengaruhi Kejadian Wasting Pada Anak Balita di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Media

90 Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1 Januari Juni 2015: hlm. 84 90 Gizi Pangan, 15(1), 56-61. Diakses dari https://jurnalmediagizipangan.files.wordpress. com/2013/11/9-hendrayati.pdf Kesuma, R. (2012). Dampak Anak Kurang Gizi. Diakses dari http://www.te,po.co/read/ news/2012/09/24/060431529/dampak-anak- Kurang-Gizi Ni mah, C. (2015). Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Keluarga Miskin di Daerah Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Bojonegoro (Skripsi tidak terpublikasi). Universitas Airlangga, Surabaya. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Sulastri, D. (2012). Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah di Kecamatan Lubuk Kilang Kota Padang. Majalah Kedokteran Andalas, 29(1), 39-50. Virdani, A. S., (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Terhadap Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut Kelurahan Kalirungkut Kota Surabaya (Skripsi tidak terpublikasi). Universitas Airlangga, Surabaya.