PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SEBAGAI DAMPAK KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG TRIAD KRR DI SMAN KECAMATAN KISARAN TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

HUBUNGAN PENDIDIKAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DENGAN KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI DESA SUKOMULYO ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

Rina Indah Agustina ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

No :.. II. Sumber Informasi. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI. Diajukan oleh : Teguh Kurniawan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

Transkripsi:

PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SEBAGAI DAMPAK KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL Yustina Ananti 1, Evy Ernawati 2 1,2 STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta E-mail: yustina010311@gmail.com Abstract Latar Belakang: Persoalan kenakalan remaja di Indonesia beberapa tahun belakang ini telah memasuki titik kritis. Banyak remaja yang memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, minuman keras, berjudi, berkelahi, membuat keonaran, melakukan hubungan seksual dan mengkonsumsi narkoba. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi minuman beralkohol dengan perilaku seks pranikah. Metode: Penelitian Deskriptif Analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 33, ditentukan melalui purposive sampling. Teknik pengumpulan datanya dengan memberikan kuisoner kepada responden dan analisis menggunakan chi-square. Hasil: Remaja di pedukuhan Tambakbayan Yo gyakarta (69,7%) mengkonsumsi minuman beralkohol dan (57,6%) melakukan seks berat. Sedangkan remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks berat (69,6%), mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks sedang (26,1%) dan yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks ringan (4,3%). Kesimpulan: Sebagian besar remaja di pedukuhan Tambakbayan Yogyakarta mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks pranikah, tetapi tidak ada hubungan antara konsumsi minuman beralkohol dengan perilaku seks pranikah. Kata Kunci: seks pranikah, konsumsi minuman beralkohol 1. PENDAHULUAN Persoalan kenakalan remaja di Indonesia beberapa tahun belakang ini telah memasuki titik kritis. Frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan remaja saat ini sudah mengarah pada perbuatan yang melanggar norma, hukum, dan agama. Masalah kenakalan remaja tumbuh berkembang dan membawa akibat - akibat tersendiri sepanjang masa yang sulit untuk di cari ujung pangkalnya. Sering kita dikejutkan oleh berita-berita kenakalan remaja melalui media masa, cetak maupun elektronik yang sudah kelewat batas [1]. Beberapa penelitian terkait dengan kehidupan remaja Indonesia pada umumnya menyimpulkan nilai nilai hidup remaja sedang dalam proses perubahan, yaitu adanya kecenderungan untuk bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Remaja mulai melakukan aktivitas seksual pada usia yang lebih muda, hal ini di tunjukan dengan semakin banyaknya remaja yang telah melakukan perilaku seks pranikah. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah laku seksual yang di dorong oleh hasrat seksual lawan jenisnya, yang dilakukan oleh remaja sebelum menikah, baik mulai dari tingkat yang kurang intim sampai melakukan hubungan seksual [2]. Sebuah studi kualitatif yang dilakukan di Yogyakarta tahun 2002 tentang kehamilan tidak dinginkan pada 44 remaja di Yogyakarta menunjukan 11 dari 18 remaja yang hamil (usia 15 19 tahun) melakukan aborsi dan 17 lainnya meneruskan kehamilannya.[2] Banyak remaja yang memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, minuman keras, berjudi, berkelahi, membuat keonaran serta melakukan hubungan seksual dan mengkonsumsi narkoba [3]. 165

Perilaku seks bebas tidak lepas dari lingkungan yang membentuk pribadi, biasanya salah satu hal yang dapat menjerumuskan seorang untuk melakukan seks bebas adalah mengkonsumsi minuman keras atau biasa dikenal dengan alkohol. Hal ini dikarenakan alkohol dapat mempengaruhi perilaku manusia termasuk perilaku seks bebas. Kandungan metanol yang ada dalam minuman keras dapat menyebabkan perilaku agresif, beringas, berani, dan kadang-kadang sudah tidak dapat mengendalikan diri sehingga cenderung melakukan hal-hal yang negatif seperti seks bebas. Selain itu juga alkohol dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sebagai depresan. Alkohol mengurangi aktifitas, kegelisahan, kebingungan, ketegangan dan rasa malu. Ketika dosis alkohol ditingkatkan, penekanan aktifitas otak dapat mengakibatkan perkataan yang kacau, hilangnya koordinasi anggota badan dan kendali emosi. Seorang peminum dapat terlihat lebih cerewet dari biasanya, menunjukan peningkatan kepercayaan diri dan kehilangan kendali diri. Mesikupun alkohol dapat terasa sebagai stimulan, efek efek ini adalah akibat penekanan aktifitas otak yang normal. Orang dengan pengaruh alkohol akan berperilaku seks pranikah karena kemampuan seorang alkoholik untuk menahan dorongan seksual pada umumnya lebih tinggi dibanding dengan seseorang yang tidak menggonsumsi alkohol. Penggunaan alkohol merupakan salah satu faktor resiko paling penting terhadap jumlah pasangan seks dan pendidik kesehatan harus menekankan kaitan antara penggunaan alkohol, jumlah pasangan seks serta resiko terinfeksi HIV dan PMS [4]. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang remaja di Pedukuhan Tambakbayan RT 08/RW 03, 9 diantaranya mengatakan bahwa pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan hubungan seksualitas, dan 1 diantaranya tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan hubungan seksual. Minuman beralkohol yang dikonsumsi adalah ciu (minuman oplosan), arak, jumbo, mansion, anggur orang tua, bir, anggur merah dan wisky. Dari ke 9 orang di atas 7 diantaranya mengatakan minuman beralkohol merupakan salah satu faktor pemicu terjadi hubungan seksual pranikah. Berdasarkan uraian diatas maka semakin banyak peredaran minuman alkohol di masyarakat yang mudah didapatkan maka semakin banyak individu yang mengkonsumsi minuman tersebut. Selain itu konsumsi minuman beralkohol dapat berpengaruh pada kehidupan sehari hari individu yang mengkonsumsinya dalam hal ini pada perilaku seks pranikah. Maka pada penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah konsumsi minuman beralkohol dapat mempengaruhi seks pranikah. 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bertempat tinggal di RT 08/RW 03 padukuhan Tambakbayan sebanyak 50 orang. Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampingl. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.[5] Analisis data dilakukan dengan menggunakan perhitungan secara statistic. Metode statistic yang digunakan yaitu uji Chi Square (x 2 ) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variable yang diduga ada hubungan. 3. HASIL 166

Tabel 1: Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Umur, Penggunaan Alkohol Dan Perilaku Seks Pranikah Di Pedukuhan Tambakbayan Yogyakarta Karaktersirik responden Frekuensi (F) Persentase (%) Umur Remaja awal 11 14 tahun 0 0% Remaja menengah 15 18 tahun 0 0% Remaja akhir 19 24 tahun 33 100% Konsumsi alkohol Ya 23 69,7% Tidak 10 30,3% Seks pranikah Berat 19 57,6% Sedang 11 33,3% Ringan 3 9,1% Berdasarkan tabel 1 terdapat 100% remaja di Pedukuhan Tamabakbayan Yogyakarta berusia 19 24 tahun. Sebagian besar yaitu 23 (69,7%) remaja mengkonsumsi minuman beralkohol dan sebagian besar yaitu 19 (57,6%) remaja melakukan seks pranikah berat. Tabel 2: Hubungan Antara Konsumsi Minuman Beralkohol Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Di Pedukuhan Tambakbayan Yogyakarta Variabel Seks pranikah p. value X 2 Konsumsi Alkohol Berat Sedang Ringan Ya 16 (69,6%) 6 (26,1%) 1 (4,3%) Tidak 3 (30%) 5 (50%) 2 (20%) Jumlah 19 (57,6%) 11 (33,3%) 3 (9,1%) 0,83 4,969 Berdasarkan tabel 2 diketahui remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks pranikah berat sebesar 16 (69,6%), remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks sedang sebesar 6 (26,1%) dan remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks ringan sebesar 1 (4,3%). Remaja yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks berat 30,3%, sedang remaja yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks sedang 50,0% dan remaja yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks ringan 20,0%. Berdasarkan hasil uji chi-square adalah X 2 hitung adalalah 4,969 < X 2 tabel 0,05 (2) = 5,991 atau nilai (Asymp. sig. 2-sided) p = 0,83 lebih besar α = 0,05, maka Ho diterima artinya pada kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan antara konsumsi minuman beralkohol dengan perilaku seks pranikah. 4. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini didapatkan 33 (100%) remaja di Pedukuhan Tamabakbayan Yogyakarta berusia 19 24 tahun, dan dari 33 remaja sebagian besar yaitu 23 (69,7%) mengkonsumsi minuman beralkohol dan 19 (57,6%) melakukan seks pranikah berat serta 11 (33,3%) melakukan seks pranikah 167

sedang. Berdasarkan tahap perkembangan remaja kelompok usia ini merupakan kelompok usia remaja akhir. Data ini mengimplikasikan bahwa frekuensi usia remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol pada penelitian ini terjadi pada kelompok usia remaja akhir. Secara terpisah dilihat dari lokasi penelitian, dilakukan dilingkungan kos mahasiswa yang berasal dari luar daerah sehingga responden berada pada usia remaja akhir, selain itu sebagian besar mahasiswa membawa kebiasaan minum minuman beralkohol dari daerah asal. Secara psikologis, pada periode usia ini dapat diinterpretasikan sebagai ketidakmampuan remaja akhir untuk mengekspresikan atau menampakkkan pengungkapan kebebasan diri secara positif dan kegagalan mencari teman sebaya yang positif kurang selektif sehingga konsumsi minuman beralkohol dan seks pranikah berat dan sedang pada usia ini banyak terjadi. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia yaitu masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik dan perubahan sosial. Tahap perkembangan remaja akhir (late adolecents) dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan berada pada tahap masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian antara lain egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, sifat atau ciri perkembangan remaja akhir antara lain menampakkan pengungkapkan kebebasan diri, mencari teman sebaya lebih selektif, dapat mewujudkan perasaan cinta dan memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak [8]. Hasil penelitian ini menunjukkan remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks pranikah berat sebesar 16 (69,6%), dan yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks berat 30,3%. Perilaku seks bebas tidak lepas dari lingkungan yang membentuk pribadi, biasanya salah satu hal yang dapat menjerumuskan seorang untuk melakukan seks bebas adalah mengkonsumsi minuman keras atau biasa dikenal dengan alkohol. Hal ini dikarenakan alkohol dapat mempengaruhi perilaku manusia termasuk perilaku seks bebas. Kandungan metanol yang ada dalam minuman keras dapat menyebabkan perilaku agresif, beringas, berani, dan kadang-kadang sudah tidak dapat mengendalikan diri sehingga cenderung melakukan hal-hal yang negatif seperti seks bebas [4]. Sedangkan remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks sedang sebesar 6 (26,1%) lebih kecil dibandingkan dengan remaja yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks sedang sebesar 50,0% sedangkan remaja yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks ringan sebesar 20,0% lebih besar dibandingkan dengan remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks ringan sebesar 1 (4,3%). Data ini mengimplikasikan bahwa minuman beralkohol bukan merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja. Lingkungan tempat tinggal dan kurangnya kontrol orang tua dapat memicu terjadinya perilaku seks pranikah, seperti pada lokasi penelitian ini, dimana remaja bertempat tinggal kos-kosan, jauh dari pengawasan orang tua dan tidak ada induksemang di rumah kos tersebut memungkinkan atau dapat menjadi pemicu terjadinya seks pranikah ini. Faktor yang berhubungan dengan standar kebebasan seks pranikah adalah kerentanan dari jenis tempat tinggal seperti asrama/kos-kosan. Remaja yang baru memasuki dunia perkuliahan memiliki keinginan untuk hidup mandiri dan jauh dari orang tua. Salah satu caranya adalah dengan tinggal di asrama atau kos-kostan. Di asrama atau kos-kosan, kebebasan dalam melakukan sesuatu yang mereka senangi serta kurangnya pengawasan 168

dari pemilik kost atau kontrol dari orang tua dapat membuat remaja memiliki keinginan untuk mencoba hal baru. Apabila remaja mendapatkan pengaruh negatif dari luar dan tidak memiliki pertahanan diri yang kuat dapat terjerumus ke dalam perilaku seksual pranika [10]. Hubungan seks pranikah dilakukan pria dan wanita yang belum terikat perkawinan, dimana nantinya mereka akan menikah satu sama lain atau masingmasing akan menikah dengan orang lain. Hubungan seksual ini umumnya terjadi diantara mereka yang telah meningkat remaja menuju dewasa. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat pada saat seseorang memasuki masa remaja mulai timbul dorongan-dorongan seksual didalam dirinya. Seks pranikah atau dalam bahasa populernya disebut extra marital intercourse atau kinky seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar, bukan saja oleh agama tetapi oleh Negara dan filsafat. Ironinya perilaku ini nyatanya cenderung disukai oleh anak muda terutama kalangan remaja yang secara biopsikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan. Berdasarkan definisi seks pranikah adalah aktivitas dan hubungan seks yang dilakukan sebelum menikah, di mana seks ini dibagi menjadi seks berat, seks ringan dan seks sedang. Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan seks pranikah salah satunya adalah alkohol. Berdasarkan hasil penelitian ini hasil uji chi-square menunjukan X 2 hitung adalah 4,969 < X 2 tabel 0,05 (2) = 5,991 atau nilai signifikansi p= 0,83 > α = 0,05, maka Ho diterima artinya pada kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan antara konsumsi minuman beralkohol dengan perilaku seks pranikah, sehingga ada faktor lain yang menyebabkan perilaku seks pranikah seperti adat istiadat, media informasi, pengaruh teman dan lainnya. Berdasarkan kondisi dimana responden berdomisili dimungkinkan kondisi lingkungan kos-kosan yang bebas dan jauh dari pengawasan orangtua sehingga membawa dalam pergaulan bebas sampai melakukan seks pranikah. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan a. Remaja berusia 16 24 tahun di Pedukuhan Tambakbayan Yogyakarta yang mengkonsumsi minuman beralkohol 69,7 %, dan yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol 30,3%. b. Remaja usia 16 24 tahun di Pedukuhan Tambakbayan Yogyakarta yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan hubungan seks berat 69,6%, yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks berat 30,3%, remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks sedang 26,1%, yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks sedang 50,0% sedangkan remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan melakukan seks ringan 4,3%, tetapi yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol tetapi melakukan seks ringan 20,0%. c. Tidak ada hubungan antara konsumsi minuman beralkohol dengan perilaku seks pranikah pada remaja di Pedukuhan Tambakbayan Yogyakarta karena berdasarkan uji chi-square menujukan X 2 hitung adalalah 4,969 < X 2 tabel 0,05 (2) = 5,991 atau nilai (Asymp. sig. 2- sided) p = 0,83 lebih besar α = 0,05. 5.2. Saran a. Bagi remaja berasal dari luar Jawa yang berada di Pedukuhan Tambakbayan diharapkan untuk menghilangkan tradisi mengkonsumsi 169

minuman beralkohol sehingga dapat mencegah terjadinya hal hal yang tidak diharapkan khususnya perilaku seks pranikah. b. Bagi peneliti selanjutnya perlu adanya penelitian dengan populasi remaja asli penduduk Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA [1]. Nancy. P dalam : Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto;2010. [2]. Tukiran. Pitoyo, A., Kutanegara, P. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarata: PSKK UGM;2010. [3]. Indraprasti D & Rachmawati M A. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Minum Minuman Keras Pada Remaja Laki-Laki. Naskah Publikasi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Budaya Universitas Islam Indonesia;2008. [4]. Widodo. Perilaku Seks Bebas Pada Seorang Alkoholik. Jakarta: Universitas Guna Darma;2007. Internet, diakses pada tanggal 12 mei 2013 didapat dari www.gunadarma ac. Id [5]. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta;2012. [6]. Skinner, dalam Wawan, Dewi. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika;2010. [7]. Suryoputro A dalam Tukiran, Pitoyo A, Kutanegara P. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarata : PSKK UGM;2010. [8]. Widyastuti Y. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya;2009 [9]. Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: EGC;2010 [10]. Rimawati E. Fenomena Perilaku Seksual Ayam Kampus di Kota Semarang. http://isjd.pdii.lipi.go.id. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro; 2012. 170